Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fasisme dan Ancaman Demokrasi Abad 21

13 Oktober 2020   23:25 Diperbarui: 29 September 2021   00:26 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : slate.com

Lalu jika orang Papua melihat ke cermin fasis, mereka akan melihat Papua sebagai hal terindah di dunia, lalu menuntut kemerdekaan, meski diakui bukan itu masalah utama tuntutan referendum.

Tidak berarti bahwa kita sekarang menghadapi pemutaran ulang tahun 1930-an. Fasisme dan kediktatoran mungkin akan kembali, tapi mereka akan kembali dalam bentuk baru, bentuk yang jauh lebih relevan dengan realitas teknologi baru abad ke-21. 

Dahulu kala, tanah adalah aset terpenting di dunia. Karena itu, politik adalah perjuangan untuk menguasai tanah. Dan kediktatoran berarti bahwa semua tanah dimiliki oleh satu penguasa atau oleh oligarki kecil.

Di zaman modern, mesin menjadi lebih penting daripada tanah. Politik menjadi perjuangan untuk menguasai mesin. Dan kediktatoran berarti terlalu banyak mesin yang terkonsentrasi di tangan pemerintah atau elit kecil. 

Sekarang data menggantikan tanah dan mesin sebagai aset terpenting. Politik menjadi perjuangan untuk mengontrol arus data. Dan kediktatoran sekarang berarti terlalu banyak data terkonsentrasi di tangan pemerintah atau elit kecil.

Bahaya terbesar yang sekarang dihadapi demokrasi adalah revolusi dalam teknologi informasi yang akan membuat kediktatoran lebih efisien daripada demokrasi. Di abad ke-20, demokrasi dan kapitalisme mengalahkan fasisme dan komunisme karena demokrasi lebih baik dalam mengolah data dan mengambil keputusan. 

Hanya saja dengan adanya teknologi abad ke-20, tidak efisien untuk mencoba dan memusatkan terlalu banyak data dan tenaga di satu tempat. Tapi bukanlah hukum alam bahwa pemrosesan data terpusat selalu kurang efisien daripada pemrosesan data yang terdistribusi.

Dengan munculnya kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin, sangat efisien untuk memproses sejumlah besar informasi di satu tempat, untuk mengambil semua keputusan di satu tempat, dan kemudian pemrosesan data terpusat akan lebih efisien daripada pemrosesan data terdistribusi. 

Teknologi awan seperti Google Cloud, Icloud, dsb., terbukti jauh… jauuuuh lebih efisien daripada metode penyimpanan dan pendistribusian data yang tidak terpusat. Kemudian cacat utama dari rezim otoriter di abad ke-21 - upaya untuk memusatkan semua informasi di satu tempat - akan menjadi keuntungan terbesar mereka, para diktator.

Bahaya teknologi lain yang mengancam masa depan demokrasi adalah penggabungan teknologi informasi dengan bioteknologi, yang mungkin menghasilkan pembuatan algoritme yang mengenal kita lebih baik daripada diri kita sendiri. 

Setelah memiliki algoritme seperti itu, sistem eksternal, seperti pemerintah, tidak hanya mampu memprediksi keputusan saya, tapi juga dapat memanipulasi perasaan dan emosi saya. Seorang diktator mungkin tidak dapat memberi saya perawatan kesehatan yang baik, tapi dia akan bisa membuatku mencintainya dan membenci oposisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun