Mohon tunggu...
Putu Dea Nita Dewi
Putu Dea Nita Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Ganesha

Saya merupakan Mahasiswi dari program studi Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha. Saya memilki ketertarikan yang besar pada kegiatan menyurat Aksara Bali dan menyurat Lontar yang sudah saya tekuni sejak duduk di bangku sekolah dasar. Saya juga sangat suka menulis dan hobi bersepeda.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menimbang Makna Ngaben: Melestarikan Tradisi atau Memicu Pemborosan?

14 Juli 2024   05:18 Diperbarui: 14 Juli 2024   06:32 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: detik.com

Sumber foto: pixoto.com
Sumber foto: pixoto.com

Jadi, apabila upacara Ngaben masih dikatakan sebagai upacara yang bersifat boros semata, menurut pandangan saya hal tersebut tidaklah benar. Perspektif  terkait boros atau tidaknya upacara Ngaben ini dapat bervariasi tergantung pada sudut pandang individu dan keluarga yang melaksanakannya. Karena besarnya biaya yang dikeluarkan dalam upacara Ngaben ini kembali lagi pada tingkatan Yadnya  yang dipilih oleh masing-masing orang. Jika memang benar upacara Ngaben dilaksanakan secara meriah dan besar besaran, hal tersebut kembali lagi kepada masyarakat yang melaksanakan upcara Ngaben tersebut, jika mereka tidak merasa terbebani maka dalam ajaran agama Hindu tidak ada larangan untuk melakukan upacara dengan meriah dan besar besaran. Oleh karena itu, meskipun biayanya tinggi banyak masyarakat Hindu yang menganggapnya sebagai investasi yang layak sebagai bentuk untuk melaksanakan kewajiban agama dan bentuk bhakti serta cinta kasih kepada para leluhur ataupun orang yang telah meninggal tetapi pelaksanaannya juga harus tetap dilandasi dengan penuh keyakinan dan keikhlasan serta yang terpenting tidak menjadi ajang pamer untuk menunjukkan kekayaan dan kesuksesan.

Sehingga dalam melaksanakan upacara Ngaben sebagai sebuah wujud Yadnya (persembahan atau pengorbanan suci yang dilaksanakan secara tulus ikhlas), kita harus perlu membiasakan diri untuk bertindak dengan ketulusan hati dan tanpa mengharapkan imbalan. Dengan demikian, tidak ada Yadnya yang tidak mungkin dilakukan, karena yang terpenting bagi kita sebagai manusia adalah memahami esensi sebenarnya dari Yadnya tersebut. Tidak peduli seberapa mewah atau sederhananya upacara yang dilakukan, selama itu dilakukan dengan hati yang tulus ikhlas maka semua yang dilakukan akan diterima dengan baik dan membawa berkah.  Sebagai generasi muda, penting juga bagi kita untuk melakukan revitalisasi terhadap tradisi Ngaben ini sehingga nantinya tradisi Ngaben dapat tetap terjaga dan tidak tergerus oleh perkembangan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun