Kulihat, lokomotif telah memutuskan dirinya dari rangkaian untuk disambungkan kembali di arah sebaliknya. Dari stasiun inilah KA Serayu akan menuju Bandung untuk kemudian meneruskan perjalanannya hingga ke Jakarta.
Hari mulai gelap selepas kereta berangkat dari stasiun Kroya. Bayang-bayang senja tenggelam bersama Matahari yang menyelingkuhi Bumi tempatku berpijak. Tiada lagi yang bisa kulihat dari kaca jendela, selain pantulan lampu rumah-rumah penduduk yang terlihat berkelap-kelip.Â
Kini kaca jendela juga menampilkan wajahku sendiri yang memantul. Ada kesedihan yang tersirat dari wajah itu, yang tak kutahu akan bertahan sampai kapan. Aku terdiam lama untuk kemudian memandangi wajah yang sendu itu. Untuk seseorang yang telah beberapa kali melewati perpisahan, mengapa rautku begitu menyedihkan?
Kereta tiba di stasiun Banjar. Di sini kereta berhenti agak lama untuk naik-turun penumpang dan pergantian kru dan masinis. Aku, dan beberapa penumpang KA Serayu, menggunakan kesempatan berhenti agak lama ini untuk keluar dan merokok. Aku lalu berbincang dengan sesama penumpang KA Serayu, yang curhat soal betapa susahnya dia mendapatkan tiket mudik lebaran.Â
Ia mengaku, bahkan untuk mendapatkan tiket KA Serayu yang hari itu ia naiki, ia harus menunggu adanya orang yang memilih untuk membatalkan perjalanannya. Kalau dipikir, aku dan keluarga cukup beruntung. Sebab, saat tiket arus balik lebaran dibuka, kami langsung mendapatkan tiket KA Serayu ini dengan waktu kurang dari 5 menit.
Lepas dari stasiun Banjar, setelah singgah di stasiun Tasikmalaya, kereta terhenti di stasiun kecil bernama Indihiang. Menurut info yang kudapat, kereta akan bersilang dengan KA Turangga tujuan Surabaya Gubeng. Aku lagi-lagi keluar, memanfaatkan waktu bersilang ini untuk membakar sebatang rokok. Tak lama KA Turangga datang, menyibak malam pekat nan dingin, dengan kecepatan seperti kilat.
Mataku terlelap selepas kereta berangkat dari stasiun Indihiang. Begitu bangun, kereta akan tiba di jalur 2 stasiun Cipeundeuy. Sesampainya di sana, di jalur 1 terdapat KA Lodaya yang tak lama berangkat setelah KA Serayu tiba. Cukup lama katanya kereta akan berhenti.Â
Sebab, selain menaik-turunkan penumpang, juga terjadi pengisian air dan pengecekan rem yang wajib dilakukan di stasiun ini. Aku dan banyak penumpang KA Serayu, menggunakan kesempatan berhenti lama ini untuk keluar dan merokok. Kurasakan hawa dingin yang merambat ketika aku keluar dari rangkaian kereta. Tubuhku menggigil. Hoodie yang kukenakan bahkan tak sanggup untuk menampung kehangatan. Sungguh hawa dingin yang teramat ekstrem, yang melebihi dinginnya AC di dalam kereta.