Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mengenal Produk Keuangan, Menjaga Ekonomi Negara

31 Agustus 2020   23:11 Diperbarui: 31 Agustus 2020   23:10 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kompasiana

Namun jika ditelusuri, kemudahan membantu transaksi maupun kecepatan transaksi hanyalah bagian kecil dari fungsi uang elektronik. Terdongkraknya penggunaan uang elektronik disebabkan adanya kemudahan yang membantu kehidupan penggunanya. Karenanya penyelenggara uang elektronik yang mengedepankan kemudahan hidup penggunanya yang diprediksi akan semakin berkembang.

Di samping uang elektronik yang baru diperkenalkan tahun 2007, sebenarnya banyak produk keuangan yang berfungsi membantu kemudahan transaksi keuangan. Salah satunya wesel -yang sudah kehilangan pengguna-, Travel Cheque, Giro, hingga internet banking dan mobile banking merupakan produk keuangan alat bantu transaksi, yang lebih dahulu hadir di masyarakat.

"Produk keuangan yang kedua adalah produk perlindungan. Paling umum kita kenal ya macam-macam asuransi. Ada asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi tenaga kerja, asuransi kerugian, dana pensiun, dan lain sebagainya."

Sesuai fungsinya, produk perlindungan ditujukan untuk melindungi sesuatu yang dianggap berharga oleh pembayar polis. " Kalau menginginkan perlindungan, artinya kita wajib membayar. Jangan berharap uangnya akan dikembalikan beserta profit. Itu produk yang lain lagi." Jelas kawan saya, serius.

"Misal aku bayar asuransi jiwa. Sebagai tulang punggung keluarga, jiwaku yang diasuransikan. Tetapi sebetulnya yang dilindungi adalah anak istriku. jika sewaktu-waktu aku meninggal. Atau contoh lain asuransi kesehatan. Kita membayar ketika sehat, tapi kita menerima manfaat saat sakit. Tentu kalau bisa jangan sampai sakit kan?" Ia menutup penjelasannya dengan pertanyaan retorika.

Aku mengangguk-ngangguk, mencoba menyerap ucapannya.

Perkembangan industri asuransi memang tidak sekencang uang elektronik, tetapi masih terbilang positif. Jika pada tahun 2014 aset industri asuransi bernilai Rp. 807,7 triliun, maka pada akhir tahun 2019 telah mencapai angka Rp. 1,326,7 triliun. Pendapatan asuransi komersial pun meningkat dari Rp. 169,86 triliun menjadi Rp. 261,65 triliun.

Namun demikian angka itu dinilai masih jauh dari target ideal. Penyebabnya sederhana, data OJK menunjukkan indeks literasi asuransi manusia Indonesia tahun 2017 baru berada di angka 15,8%. 

Sementara itu jumlah premi mencapai 4,7 juta dari total 267 juta penduduk Indonesia. Itu pun masih terpusat di kota-kota besar. Artinya, kesadaran berasuransi masyarakat Indonesia masih rendah, dan mereka yang sadar terpusat di kota besar. Tantangan industri asuransi adalah bagaimana produk perlindungan murni, yang membutuhkan biaya dan kedisiplinan, mendapat tempat di masyarakat.

"Nah, di produk keuangan investasi baru kita bicara profit. Kita harus ingat, investasi merupakan uang yang ditanam. Tidak selamanya tanaman bisa dipanen, ada kalanya gagal panen. Karena itu meskipun banyak klasifikasi, untuk kemudahan pribadi kubagi produk investasi keuangan hanya menjadi dua. Investasi berresiko rendah dan investasi berresiko tinggi."

Sembari menghirup kopi yang mulai mendingin, saya mendengarkan kawan saya berbagi pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun