Padahal iklan itu sebetulnya upaya pemerintah untuk menggenjot pendapatan negara dari pajak, yang hampir tidak pernah mencapai target yang diharapkan.
Tahun 2019 ini saja, pendapatan pajak diperkirakan hanya 92% dari angka yang ditargetkan. Sementara tahun 2018, terjadi pengurangan atau shortfall sebesar Rp. 1.424 Trilyun dari pendapatan pajak. Tahun 2017 target pajak hanya menyentuh angka 91%, dan tahun sebelumnya hanya 83%. Tidak pernah 100%.
Ribuan trilyun rupiah yang semestinya diperoleh guna membiayai pembangunan hilang begitu saja. Â Sementara masyarakat protes kalau negara berhutang untuk menutup anggaran.
Berkaca dari pelayanan bank yang seragam di tiap kantor cabangnya, dibandingkan sebagian besar kantor pajak melayani WP tanpa keramahan, melesetnya pencapaian target penerimaan pajak tersebut bagi saya bukan hal yang mengejutkan. Tanpa mengabaikan faktor lain, salah satu biang kerok rendahnya penerimaan pajak  adalah pelayanan ala kadarnya dari petugas pajak.
Masyarakat datang ke kantor pajak untuk melaksanakan kewajiban mereka. Kalau melihat kantornya saja sudah bikin sebal, bagaimana masyarakat mau patuh untuk "menyerahkan" sebagian uang miliknya bagi kepentingan negara?
Di dunia perbankan menjadi pengetahuan yang sangat mendasar bahwa senyum, sapa, keramah-tamahan dan ketulusan membantu nasabah merupakan kunci bagi perkembangan sebuah bank. Itulah yang semestinya diadopsi oleh para petugas di setiap KPP untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Bukan merasa menjadi boss saat duduk di kursi kerja KPP.
Kementerian keuangan harus mulai mengambil langkah revolusioner dengan menerapkan standarisasi pelayanan bagi setiap Kantor Pajak Pratama (KPP). Karena KPP adalah ujung tombak bagi penerimaan keuangan negara.Â
Jika pencapaian penerimaan pajak ingin naik hingga di atas 100%, penting bagi tiap kantor pajak untuk menerapkan standarisasi pelayanan seperti pelayanan bank.
Saatnya petugas pajak berbenah. Bisa? Semoga.
Bekasi, 22 juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H