Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Punahnya Bahasa Ibu, Bencana Budaya yang Mengintai

13 Juni 2019   07:20 Diperbarui: 13 Juni 2019   07:39 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UNESCO juga memberikan rekomendasi kepada setiap negara untuk menggunakan bahasa ibu sebagai pengantar pendidikan. Anak yang belajar di sekolah hanya boleh menggunakan lingua franca (bahasa pengantar resmi) setelah tahun keempat sekolahnya. 

Artinya setiap guru PAUD dan Sekolah Dasar sebetulnya wajib menguasai bahasa daerah dan menggunakannya sebagai bahasa pengantar pendidikan.

Selain membangkitkan kesadaran berbahasa masyarakat, pemerintah juga mestinya mulai melakukan langkah nyata untuk mencegah punahnya bahasa ibu. Peraturan dan infrastruktur berbahasa mesti disusun dan diterapkan untuk menumbuhkan budaya menggunakan bahasa daerah. 

Melalui tulisan singkat ini saya menuntut pemerintah untuk menjalankan amanah UNESCO untuk menggunakan bahasa daerah atau bahasa ibu sebagai bahasa pengantar pendidikan.

Walau pun bahasa tidak menjadi ukuran beragama, satu hal yang mungkin benar. Tuhan bisa saja mengasihi hamba-Nya karena bahasa. Pepatah mengatakan "Bahasa menunjukkan budaya". Bahkan bahasa disandingkan dengan kata "Budi", menjadi Budi Bahasa. Bahasa adalah cerminan akhlak manusia dalam bergaul dengan sesamanya melalui kata-kata. 

Kalau pun tidak bisa mendapat kekasih bule karena bahasa Inggris yang asal jadi, minimal kita dicintai Tuhan karena berbahasa baik. Bukan begitu kawan?

(Brebes, 13 Juni 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun