Efek gemanya semakin kuat ketika tokoh masyarakat atau tokoh panutan yang menjadi agen aktif penyebar hoax. Berita yang dikabarkan oleh orang yang dihormati, dikenal, dikagumi, atau dicintai, terbukti lebih dipatuhi dan didengarkan orang banyak. Meskipun itu berita bohong. Alasan yang sama kenapa produk di TV diiklankan oleh artis atau tokoh ternama. Meskipun produknya biasa-biasa saja.
Jadi jangan heran, kalau suatu saat anda melihat seorang individu yang baik, berpendidikan tinggi, ramah, rajin beribadah, tetapi di dunia maya suka menyebarkan berita bohong, menghasut, menuduh, mencela, dan tidak beradab. Seolah-olah kita melihat dua manusia yang berbeda di dua dunia.
Kontradiktif. Ketika orang berbicara moral, kesopanan, adab dan kebaikan agama. Di saat yang sama, di dunia maya mereka justru menunjukkan perilaku tidak beradab.
Karena membutuhkan cakra yang sangat besar, Infinite Tsukuyomi didesain oleh tokoh -bukan manusia- dengan kekuatan luar biasa di balik layar. Pembaca Naruto semula mengira Madara Uchiha merupakan dalang utama, penggerak Akatsuki, dan musuh terakhir yang harus dikalahkan. Ternyata Kaguya Otsutsuki muncul di detik-detik terakhir sebagai tokoh antagonis utama.
Demikian halnya dengan hoax. Di dunia teknologi informasi, lawan kita bukan lagi manusia. Hoax menjadi bagian dari desain superkomputer, algoritma, dan big data yang dipanen dari media sosial. Semua yang terjadi di dunia maya ada dalam kendali raksasa yang menancapkan kukunya untuk mengendalikan negara kita demi kepentingan mereka.
Anda boleh mempercayai berita apa pun, tapi belajarlah ber-tabayyun. Lebih-lebih lagi, belajarlah menahan jari-jari anda.
Jangan menjadi korban genjutsu Infinite Tsukuyomi, apalagi sampai ikut menularkan ilusinya.
Bogor, 2 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H