Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Genjutsu Itu Hoax (Infinite Tsukuyomi di Langit Indonesia)

2 Juni 2019   05:25 Diperbarui: 2 Juni 2019   13:34 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Infinite Tsukuyomi adalah teknik genjutsu yang dikisahkan dalam manga Naruto. Melalui medium pantulan cahaya bulan, Infinite Tsukuyomi menghisap setiap orang yang berada di bawah rembulan ke dalam ilusi massal. Semua orang tertidur dalam kepompong, sementara cakra mereka dihisap sebagai sumber energi. Mirip seperti kehidupan ilusi dalam trilogi The Matrix. Di dunia matrix, manusia hidup di alam mimpi, yang terasa bagi mereka kenyataan .

Menghilangnya kemampuan masyarakat membedakan fakta dan realita dengan ilusi dan kabar bohong, itulah esensi hoax. Seperti Infinite Tsukuyomi, hoax merupakan genjutsu yang sangat kuat. Sedemikian kuat hoax sehingga tidak peduli seberapa banyak gelar akademik seseorang, ustadz, ulama, dosen, guru, orang-orang yang berpendidikan tinggi dan diajarkan untuk berpikir rasional sekali pun, apalagi masyarakat awam, tidak bisa melepaskan diri dari jeratan hoax.

Bermula dari media sosial dan berita di internet, batas antara realita dan ilusi memudar. Gambar, video, dan bacaan pendek, yang menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat milenial menjadi benih dan ladang tempat tumbuh suburnya hoax.

Satu kebohongan, diberi 10 narasi, diperkuat oleh 10 gambar, didukung 10 video yang membangkitkan emosi, diterima satu juta orang. Mungkin hanya 10% yang mempercayainya. 

Bagaimana jika 10 kebohongan, diberi masing-masing 10 narasi, masing-masing diperkuat 10 gambar dan 10 video yang membangkitkan emosi? Bukan 10 juta orang yang akan menerimanya, tetapi berkali-kali lipat dari jumlah itu. Berkali-kali lipat lagi orang meyakini hoax yang mereka terima. Berkali-kali lipat lagi orang yang hatinya dirasuki kemarahan dan kebencian.

Sebetulnya berita hoax mudah ditandai dengan ciri judul yang berlebihan. Isi cerita yang membangkitkan emosi, ketakutan, kemarahan, kebencian, atau tuduhan-tuduhan. Narasi yang membangkitkan emosi-lah kuncinya, karena membuat isi cerita melompat melewati pemrosesan logis.

Tanpa proses logis dan pemikiran fakta menjadi buram karena cerita yang disajikan masuk langsung ke alam bawah sadar manusia.

Setidakmasukakal atau semustahil apa pun hoax itu, orang meyakininya tanpa memeriksa lagi kebenarannya. Semua orang bermimpi, hidup di dunia ilusi.

Jadi, sama sekali jangan heran kalau anda mengingatkan orang yang menyebarkan hoax, kemudian anda malah dimusuhi, dimaki-maki atau malah diberi cap tidak baik. Karena anda berusaha membangunkan mereka yang tengah berilusi. Tidak ada orang yang suka diganggu saat mereka bermimpi, meskipun mimpinya buruk.

Penerima hoax yang sudah meyakini kemudian tidak hanya menjadi penerima, tetapi menjadi penyebar aktif kebohongan. Karena tumbuhnya rasa berkewajiban untuk menyebarkan ilusi yang mereka yakini sebagai kebenaran itu. Setiap orang menjadi pemantul berita hoax, menyebarkan Infinite Tsukuyomi. 

Dunia pun semakin bising oleh gema hoax.

Efek gemanya semakin kuat ketika tokoh masyarakat atau tokoh panutan yang menjadi agen aktif penyebar hoax. Berita yang dikabarkan oleh orang yang dihormati, dikenal, dikagumi, atau dicintai, terbukti lebih dipatuhi dan didengarkan orang banyak. Meskipun itu berita bohong. Alasan yang sama kenapa produk di TV diiklankan oleh artis atau tokoh ternama. Meskipun produknya biasa-biasa saja.

Jadi jangan heran, kalau suatu saat anda melihat seorang individu yang baik, berpendidikan tinggi, ramah, rajin beribadah, tetapi di dunia maya suka menyebarkan berita bohong, menghasut, menuduh, mencela, dan tidak beradab. Seolah-olah kita melihat dua manusia yang berbeda di dua dunia.

Kontradiktif. Ketika orang berbicara moral, kesopanan, adab dan kebaikan agama. Di saat yang sama, di dunia maya mereka justru menunjukkan perilaku tidak beradab.

Karena membutuhkan cakra yang sangat besar, Infinite Tsukuyomi didesain oleh tokoh -bukan manusia- dengan kekuatan luar biasa di balik layar. Pembaca Naruto semula mengira Madara Uchiha merupakan dalang utama, penggerak Akatsuki, dan musuh terakhir yang harus dikalahkan. Ternyata Kaguya Otsutsuki muncul di detik-detik terakhir sebagai tokoh antagonis utama.

Demikian halnya dengan hoax. Di dunia teknologi informasi, lawan kita bukan lagi manusia. Hoax menjadi bagian dari desain superkomputer, algoritma, dan big data yang dipanen dari media sosial. Semua yang terjadi di dunia maya ada dalam kendali raksasa yang menancapkan kukunya untuk mengendalikan negara kita demi kepentingan mereka.

Anda boleh mempercayai berita apa pun, tapi belajarlah ber-tabayyun. Lebih-lebih lagi, belajarlah menahan jari-jari anda.

Jangan menjadi korban genjutsu Infinite Tsukuyomi, apalagi sampai ikut menularkan ilusinya.

Bogor, 2 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun