Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Profesi-profesi Korban Fanatisme Politik

27 Mei 2019   14:53 Diperbarui: 28 Mei 2019   09:07 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahwa sebagian media tidak netral, betul. Tapi bukan berarti setiap beritanya tidak bisa dipercaya. Kuncinya adalah: ambil berita dari berbagai sumber, dan berpikirlah obyektif mencari fakta. Ingat profesi wartawan itu bukan main-main.

2. Polisi dan Tentara.

Aparat merupakan mangsa paling empuk bagi para penghina profesi.

Posisi aparat keamanan merupakan dilema. Di satu sisi, aparat keamanan merupakan abdi rakyat, alat negara yang bertugas menjaga ketertiban dan keamanan untuk masyarakat. Di sisi lain, aparat keamanan berada dalam komando pemerintah, bisa digunakan sebagai alat menjaga kekuasaan.

Sehingga tugasnya tumpang tindih antara menjaga kepentingan masyarakat dengan kepentingan penguasa. Dilema terjadi ketika kepentingan masyarakat tidak sesuai dengan kepentingan penguasa.

Tapi terlepas dari itu, aparat keamanan tetaplah sebuah profesi mulia. Untuk menghadirkan rasa aman di tengah masyarakata, para petugas keamanan berjibaku 24 jam, meninggalkan keluarga, bahkan berkorban nyawa. Jihad yang sebenar-benarnya jihad adalah menjaga kemananan dan ketertiban dari tangan jahil pelaku kriminal, bukan membuat kerusuhan tengah malam lalu menyalahkan petugas saat jatuh korban.

Kalau kondisi keamanan tidak kondusif, bagaimana kita akan mencari nafkah yang halal? Bahwa ada aparat yang korup atau tidak amanah, ya ada. Tapi itu persoalan yang berbeda.

gambar: solopos.com
gambar: solopos.com

3. Hakim.

Adil itu tidak selalu sesuai keinginan mayoritas orang.

Memutuskan keadilan itu tidak mudah. Ada pertimbangan bukti-bukti, ada cerita yang simpang siur dari berbagai sumber, ada kesaksian yang benar dan ada kesaksian palsu. Hakim harus bisa memilah-milah semua menjadi sebuah keputusan adil. Menjadi hakim itu pendidikannya lama, pengabdiannya juga lama. Intinya, sangat tidak mudah memutuskan perkara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun