Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Profesi-profesi Korban Fanatisme Politik

27 Mei 2019   14:53 Diperbarui: 28 Mei 2019   09:07 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap profesi pada dasarnya mulia. Entah itu menjadi petani, pedagang, nelayan, pegawai pemerintah, wartawan, kuli panggul pun tetap mulia, karena menjadi sarana memperoleh rezeki halal untuk diri dan keluarga.

Tapi fanatisme politik telah menjungkirbalikkan pandangan itu. Banyak profesi, pekerjaan, bahkan pengabdian, akhirnya menjadi bahan pelecehan karena pandangan politik fanatik.

Berikut ini beberapa pekerjaan yang menjadi cibiran akibat fanatisme politik.

1. Wartawan

Jangan percayai media mainstream. Itulah jargon utama yang bergema sebagai bentuk pelecehan terhadap profesi pengabar berita. Seakan-akan wartawan dan media pasti berbohong dalam mengabarkan berita.

FYI, jadi wartawan itu susah tau. Ada kode etik, harus bisa memilah-milah mana yang bisa diberitakan dan mana yang tidak boleh. Kalau wartawan atau pekerja media memberitakan segala hal yang mereka dengar, itu namanya bukan lagi wartawan, tapi biang gosip. Kalau semua hal harus diberitakan buat aja seluruh koran jadi tabloid Lampu Merah, atau seluruh acara TV jadi SILET; mengupas tuntas gosip terkini.

Wartawan itu harus memegang prinsip 5W+H (Siapa, di mana, kapan, kenapa, apa yang terjadi dan bagaimana), sumbernya harus jelas, harus ricek berita supaya layak tayang.  Belum lagi ada dewan pers yang mengawasi. Kalau berita yang ditayangkan membikin resah, tanggung jawab dunia akherat.

Apalagi, kalau di lapangan kondisi kacau balau dan rusuh, nyawa taruhannya. Niat meliput berita malah jadi liputan dan ditangisi keluarga.

Ironisnya, mereka yang memegang motto "jangan percaya media mainstream" justru sangat suka menerima berita dari sumber yang tidak jelas. Tidak bisa membedakan mana opini dan berita. Mempercayai hoax sebagai fakta dan membagikannya tanpa beban. Lebih percaya gosip dibandingkan media.

gambar: 123rf.com
gambar: 123rf.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun