Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Reklamasi Teluk Jakarta di Persimpangan

18 Mei 2016   19:26 Diperbarui: 23 Mei 2016   22:10 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegaduhan reklamasi pantai Jakarta bergema di jejaring sosial, setidaknya di salah satu grup yang saya ikuti. Seperti biasa yang membuat gaduh adalah munculnya opini yang membuat soal reklamasi seolah pertandingan catur, jika yang menolak memegang buah putih, maka yang mendukung pasti memegang buah hitam, begitu pula sebaliknya. Repotnya, tidak ada yang merasa memegang bidak hitam.

Tergelitik dengan persoalan reklamasi itu saya duduk sebentar, untuk secara hati-hati menuliskan sepenggal opini dangkal dari sudut lingkungan laut yang saya pahami. Tulisan ini pun dimulai dari sebuah pertanyaan mendasar: Sebetulnya apa tujuan reklamasi sampai diributkan begitu rupa?

Sebagian pihak mengatakan reklamasi dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan tenggelamnya Jakarta akibat penurunan muka tanah yang setiap tahun semakin mengkhawatirkan. WOW,... Melihat tujuan yang sangat mulia dan penuh pesona, tentunya reklamasi harus didukung dengan segenap jiwa oleh warga Jakarta dan Indonesia.

Benarkah demikian? Pihak lain justru mencurigai reklamasi hanyalah akal-akalan kapitalis yang berkolaborasi dengan oknum pemerintah untuk menumpuk keuntungan sebesar-besarnya dari proyek raksasa “giant sea wall of Jakarta”.

Reklamasi sendiri, benarkah solusi Jakarta? Untuk menjawab itu tentunya dibutuhkan kajian sangat mendalam yang melibatkan berbagai pihak dan ahli di bidangnya. Tetapi jika orang awam seperti saya diperbolehkan berpendapat, saya sangat menentang reklamasi dengan beberapa alasan berikut.

Pertama. Isu lingkungan pesisir Jakarta merupakan bagian dari isu Jakarta sebagai megapolitan, yang wilayahnya meliputi daerah di sekeliling Jakarta seperti Depok, Bogor, dan Tangerang. Kualitas lingkungan di Jakarta adalah proses dan akumulasi panjang dari sebuah kota yang menerima beban terlalu berat karena pembangunan berlebihan “Jakarta sentris” di masa lalu.

Bagaimana mungkin reklamasi menjadi solusi ketika pencemaran dan sedimentasi sungai, pengelolaan sampah, minimnya ruang hijau terbuka, eksploitasi air tanah yang berlebihan, hingga persoalan interaksi warga Jakarta dengan lingkungannya tidak diselesaikan lebih dahulu? Pendek kata-nya, isu lingkungan Jakarta adalah isu multikompleks yang tidak mungkin selesai dengan sebuah mantera ajaib: reklamasi.

Kedua. Reklamasi tidak hanya mengubah lanskap daratan Jakarta, tetapi juga mengubah perairan dan pola arus teluk Jakarta.

Selama puluhan tahun perairan Teluk Jakarta sudah sangat mirip tempat pembuangan limbah akhir dengan menerima berbagai sisa kegiatan manusia. Letak Jakarta yang berada lebih di bawah menjadikannya pusat muara dari sungai-sungai di daerah sekelilingnya. Namun alih-alih menjadi seperti Mesir yang dijuluki The Gift Of The Nile, Jakarta justru memperoleh hadiah berupa kotoran dan sampah akibat perilaku penghuni hulu sungai. Termasuk daerah teluk Jakarta, menjadi muara dari sungai limbah.

Arus dan gelombang laut sangat kompleks, dipengaruhi berbagai faktor, dari kontur dasar perairan dan kedalaman, hingga faktor luar semisal perubahan musim. Pertanyaan yang menggelitik benak saya adalah: akan ke mana perubahan gelombang dan arus laut itu membawa pencemaran teluk Jakarta? Sudahkah diperitungkan resiko jangka pendek dan panjang dari perubahan tersebut terhadap daratan lain, wilayah pesisir dan pulau-pulau di sekitar Jakarta? Belum lagi kerusakan lingkungan di daerah tempat jutaan meter kubik tanah pengurukan diambil.

Poin ketiga ada hubungannya dengan poin dua. Jangan lupa lautan sebetulnya rumah bagi ikan-ikan, rajungan, udang, mangrove bahkan terumbu karang yang ada di ujung kepulauan seribu. Kemungkinan potensi naiknya endapan zat pencemar dan menyebarnya pencemaran tadi akibat perubahan arus laut di teluk Jakarta ke daerah di sekitarnya mengancamnya kelangsungan hidup berbagai biota laut. Seberapa besar ongkos resiko kerusakan lingkungan akibat reklamasi, perlu diperhitungan secara hati-hati sebelum menyatakan apakah reklamasi merupakan solusi terbaik bagi Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun