Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pintar Menghemat Listrik, Andil Kecil Kita Menyelamatkan Negeri

10 April 2016   17:09 Diperbarui: 13 April 2016   00:04 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Baru minggu kemarin beli pulsa listrik 500 ribu, kok sudah habis? Gimana sih PLN?” Gerutu tetangga saya ketika tiba-tiba meteran listriknya berbunyi tanda harus segera diisi.

Tidak ada orang yang mau pengeluaran listriknya membengkak, ketika subsidi listrik dicabut saja banyak pihak yang “berteriak”. Sayangnya jangankan usaha mengurangi penggunaan listrik yang tidak perlu, sebagian masyarakat bahkan tidak mengetahui profil penggunaan listriknya sendiri, dan mengalihkan tanggung jawab kepada penyedia energi ketika tagihan listriknya naik. Padahal masyarakat kita termasuk manusia boros energi, terutama dibanding negara ASEAN lain. Rata-rata masyarakat Indonesia mengkonsumsi listrik sebesar 528,87kWh/tahun per kapita, lebih tinggi dibanding 494,34 kWh/tahun konsumsi masyarakat Filipina, Laos 338,58 kWh/tahun, dan hampir 6 kali konsumsi Myanmar yang hanya 69,51 kWh/tahun.

Sementara itu statistik PT. PLN (persero) menunjukkan konsumsi listrik nasional tahun 2014 didominasi rumah tangga sebesar 84.086,46 GWh atau 42,34% konsumsi listrik nasional. Konsumsi listrik rumah tangga dari tahun 2013 ke 2014 juga tumbuh sebesar 6.875,46 GWh, atau lebih dari separuh kenaikan produksi listrik nasional pada periode yang sama, yaitu sebesar 12.366,37 GWh. Di saat yang sama, hingga akhir tahun 2014 lalu masih ada 18,30% rumah tangga nasional, atau sekitar 12.877.921 keluarga yang belum menikmati aliran listrik.

[caption caption="1"][/caption]

[caption caption="pelanggan PLN 2014"]

[/caption]

Persoalan belum selesai di situ, karena ada masalah yang lebih kritis. Data PT. PLN (persero) tahun 2014 menunjukan 91,17% produksi listrik nasional berasal dari sumber energi tidak terbarukan, dengan komposisi batubara 84.076,12 GWh (47,96%), gas alam 49.312,48 GWh (28,13%), dan minyak bumi 26.433,18 GWh (15,08%). Sementara pembangkit listrik yang digerakkan tenaga air hanya 11.163,62 GWh (6,37%), dan 4.285,37 GWh (2,44%) berasal dari panas bumi. Dibandingkan tahun 2013 penggunaan bahan bakar minyak meningkat, sedangkan pangsa panas bumi dan air yang menjadi harapan energi terbarukan justru mengalami penurunan. Melihat tren laju konsumsi listrik dan penyediaan energi, diperkirakan dalam 10-15 tahun ke depan Indonesia akan mengalami krisis listrik.

Untungnya sebuah studi ilmiah menunjukkan bahwa 80% pemborosan energi listrik disebabkan oleh faktor manusia, sehingga sedikit perubahan kebiasaan menggunakan alat-alat listrik rumah tangga dapat berpengaruh signifikan pada penghematan listrik. Artinya, kita bisa melakukan sesuatu untuk meredam laju konsumsi listrik nasional, minimal sebagai pribadi berkontribusi dengan melakukan penghematan listrik rumah tangga. Bayangkan jika kesadaran hemat listrik sudah membudaya di setiap individu dan mencapai potensi penghematan hingga 15% konsumsi listrik nasional, nilai itu setara dengan konsumsi minyak bumi untuk produksi listrik nasional selama 1 tahun.

Pada dasarnya banyak cara untuk menghemat energi listrik, tentu tanpa harus membuat kita seolah hidup di zaman batu. Penghematan itu bisa dilakukan dari hal-hal paling sederhana dalam kegiatan keseharian kita, dan dari sekeliling kita tanpa terasa. Berikut ini langkah-langkah tips menghemat listrik sederhana yang pernah kami lakukan untuk merubah perilaku keseharian kami menggunakan perangkat listrik.

Langkah pertama: kenali perangkat listrik rumah kita

Pernahkah saat membeli alat-alat listrik kita membaca manual atau minimal sekedar melihat berapakah konsumsi dayanya? Meski pun terlihat mudah karena tinggal colok langsung bisa dipakai, setiap perangkat listrik sebetulnya unik dan memiliki cara penggunaan khas. Memahami tata cara penggunaan perangkat elektrik bisa menjadi pijakan awal kita untuk memasuki budaya hemat listrik.

Alat pengkondisi udara (AC/penyejuk ruangan) misalnya, dari pemasangan hingga pemilihan suhu optimal, dan perawatan membutuhkan penanganan yang cukup rumit. Padahal, AC rata-rata menyedot sekitar 50% konsumsi listrik rumah tangga, sementara di kantor-kantor angka tadi bisa mencapai 70%, sehingga AC merupakan alat elektrik paling rakus energi.

Sejatinya dibanding memasang AC cara yang lebih efektif menyejukan rumah adalah bertanam tumbuhan. Rumah yang “hijau” tidak cuma sejuk, tapi juga sehat, kaya oksigen, lebih indah, dan hemat listrik. Saat ini ruang yang terbatas bukan kendala dengan adanya teknologi taman vertikal. Tetapi, jika itu tidak cukup dan harus memakai AC, maka hal paling penting untuk dilakukan adalah menghitung volume ruang untuk disesuaikan dengan kapasitas AC yang dipasang. Penggunaan AC melebihi kebutuhan ruang bukan hanya pemborosan, tetapi sebuah korupsi energi. Lalu dari tata cara pemasangan perangkat AC, unit dalam ruangan tidak boleh dipasang terlalu dekat ke lubang langit-langit, pintu, jendela dan ventilasi, untuk menghindari energi yang digunakan mendinginkan ruang berpotensi terbuang ke luar. Tutuplah ruangan ketika AC dinyalakan supaya sirkulasi udara dari AC mengalir optimal sehingga lebih hemat listrik. Pembersihan komponen seperti filter, kipas dan coil secara berkala, diketahui efektif menghemat listrik antara 10% - 20%. Penting juga untuk diingat, fungsi AC adalah sebagai penyejuk ruangan, bukan pendingin. Suhu antara 23" C - 25" C merupakan suhu optimum yang cukup memberi kenyamanan kepada manusia. Penelitian BPPT menunjukan setiap kenaikan temperatur AC 1" C menghemat 3% - 5% energi listrik, sehingga pemakaian di suhu optimum sangat dianjurkan. Jika semua dilakukan, ada potensi sekitar 30% - 40% daya listrik bisa dihemat.

Contoh lain perangkat elektrik yang lebih umum adalah setrika. Apakah kita sudah mengenal setrika dan menggunakannya secara benar untuk mengurangi konsumsi listrik? Cara terbaik menyeterika pakaian adalah memisah-misahkan pakaian sesuai jenis kainnya. Lalu proses menyeterika dimulai dengan pakaian yang membutuhkan panas tinggi, seperti linen dan katun, giliran berikutnya kain yang membutuhkan panas lebih rendah seperti woll, lalu sutera, dan terakhir untuk kain yang membutuhkan panas rendah seperti nylon. Dengan cara tersebut panas setrika diturunkan secara perlahan dan mengurangi penggunaan dayanya.

Langkah kedua: Mengetahui profil pribadi penggunaan listrik

Setelah setiap perangkat listrik teridentifikasi catatlah konsumsi dayanya, lalu dengan memperkirakan berapa waktu penggunaan setiap alat listrik kita bisa melakukan simulasi dan melihat profil konsumsi listrik rumah tangga kita.

[caption caption="Tabel Simulasi Profil Konsumsi Listrik RT"]

[/caption]

Kebetulan kami tinggal di kota yang cukup panas, tidak mengherankan alat listrik yang menempati peringkat pertama adalah sebuah Air Conditioner (AC) dengan konsumsi sebesar 46,26%, disusul kebutuhan penerangan berupa 8 lampu sebesar 15,42%, lalu lemari pendingin dengan konsumsi 14,46%, berikutnya Rice Cooker yang juga berfungsi sebagai penghangat nasi, menggunakan sekitar 13,49% listrik rumah tangga kami. Sisanya dibagi relatif merata untuk komputer (3,08%),  televisi (2,57%), mesin cuci (1,54%), pompa air (1,45%), setrika (1,54%) dan alat elektronik lain sebesar kurang dari 0,2%.

Simulasi setiap perangkat menjadi hal penting untuk menentukan langkah-langkah penghematan. Hasil simulasi di rumah kami tidak jauh berbeda, hanya selisih sekitar 5-10kWh, ketika dicocokkan dengan total konsumsi listrik yang harus kami bayarkan setiap bulan.

[caption caption="Grafik Profil Konsumsi RT"]

[/caption]

Langkah ketiga: berikan label untuk perangkat listrik di rumah kita

Tentunya susah mengingat semua perangkat elektrik yang ada di rumah, labeling akan mempermudah kita untuk mengingat alat-alat listrik yang konsumsinya perlu dibatasi, kami pakai seperlunya, atau yang tidak terlalu perlu diperhatikan pemakaiannya. Karena ternyata tingginya konsumsi listrik hanya digunakan untuk beberapa alat tertentu, pada alat elektrik yang konsumsi listriknya menempati urutan 4 besar (AC, lampu-lampu, penghangat nasi dan lemari pendingin) kami menempelkan stiker kecil berwarna merah menyala pada saklar, alat yang bersangkutan, dan remote control, jika ada remote.

Khusus untuk lemari pendingin, meski pun mendapat label merah, karena kita tidak mungkin mencabut stop kontak, mengisinya dalam kapasitas sedang adalah langkah yang paling tepat untuk hemat energi. Lemari pendingin yang kosong, atau sebaliknya terlalu penuh, mengkonsumsi listrik lebih banyak. Label merah di lemari pendingin adalah untuk mengingatkan agar menghindari memasukkan makanan, atau minuman panas ke dalam lemari pendingin, serta memastikan pintu lemari tertutup rapat dan tidak dibiarkan terlalu lama terbuka, atau dibuka-tutup terlalu sering, karena membuat lemari pendingin bekerja lebih keras.

Perangkat lain yang rendah konsumsinya kami beri label hijau, atau label kuning jika dirasa sangat sering dipakai dan harus dicabut pada saat-saat tertentu, seperti perangkat komputer jinjing yang dilengkapi baterai pengisi daya.

[caption caption="Labelling perangkat"]

[/caption]

Langkah ke empat: Mengurangi penggunaan alat listrik yang tidak perlu

Namun demikian, pemberian label tersebut tidak serta merta membuat kita menggunakan perangkat dengan label kuning dan hijau sebebas mungkin. Penggunaan setiap alat listrik tetap mempertimbangkan fungsi dan kebutuhan, serta mematikannya pada saat tidak digunakan. Bahkan untuk perangkat yang menggunakan baterai, dengan mencabut aliran catu daya saat baterai 100% terisi akan meningkatkan usia pakai baterai. Sehingga kami merasa diingatkan untuk tetap menggunakan setiap alat listrik dengan sebijak mungkin.

Contoh lain adalah penggunaan penghangat nasi kami hanya memasak untuk sekali bersantap, atau jika harus dihangatkan, kami menghangatkan nasi hanya untuk jangka waktu pendek. Dengan itu ada lebih dari 40% penghematan energi listrik yang dikonsumsi alat. Sebab dibanding penanak nasi elektrik, penghangat nasi yang dihidupkan terus menerus mengkonsumsi energi listrik 3-4 kali lebih banyak.

Hal yang mirip dengan penghangat nasi bisa ditemui pada dispenser, karena itulah jika kami memiliki dispenser pasti akan kami labeli dengan label merah. Menyalakan dispenser setiap waktu akan menghabiskan energi yang setara dengan menggunakan lemari pendingin, jadi lebih bijaksana hanya menyalakannya ketika dibutuhkan.

Kampanye PLN untuk mematikan lampu di masa beban puncak, juga bisa menjadi acuan waktu mengatur aktivitas menggunakan perangkat listrik yang menyedot daya cukup besar. Misal, menghindari menyeterika pakaian atau memasak nasi menggunakan rice cooker elektrik antara pukul 17:00 - 22:00.

Langkah ke lima: Memilih perangkat listrik hemat energi.

Seiring perkembangan teknologi, inovasi di berbagai bidang menghasilkan alat penerangan dan alat-alat elektrik yang jauh lebih hemat energi dibandingkan 10-20 tahun lalu. Sehingga perangkat yang tidak bisa dihindari untuk tidak dimatikan, merupakan pilihan paling tepat adalah menggunakan teknologi terbaru di bidangnya.

Lampu dengan teknologi LED misalnya. Walau pun harga lampu LED 4-5 kali lebih mahal dari Lampu Hemat Energi biasa (Compact Fluorecent Lamp/CFL), penggunaan lampu LED lebih menghemat dalam jangka panjang, baik dari sisi ongkos beli maupun penggunaan energi. Selain umur lampu LED berumur 6-8 kali CFL dan 30-40 kali lebih awet dari lampu pijar, untuk tingkat kecerahan yang sama Lampu LED cuma mengkonsumsi energi 40%-60% dari CFL, bahkan hanya mengkonsumsi listrik 10% lampu pijar biasa.

Demikian halnya dengan untuk memilih lemari pendingin atau AC, teknologi terbaru yang hemat energi,seperti teknologi pendingin hibrida, dapat menjadi pertimbangan utama dalam pembeliannya. Pelajaran dari akuisisi paling menggemparkan tahun ini, ketika Foxconn mengakuisisi Sharp Corporation, salah satu alasannya adalah Sharp mengembangkan teknologi layar OLED (organic light emitting diode), yang diramalkan menguasai pasar masa depan karena mengkonsumsi 40% - 50% energi lebih rendah dibandingkan layar LED-LCD (light emiting diode-liquid crystal display). Penghematan energi adalah sebuah tren masa depan.

Penutup

Bagi pemerintah selain menerbitkan Undang-Undang (UU) Energi No.30/2007 dan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Konservasi energi, upaya-upaya sistematis yang ditujukan bagi konsumen bisnis, industri maupun rumah tangga untuk menghemat listrik harus dibarengi kampanye menumbuhkan kesadaran berhemat secara berkesinambungan. Flyer, brosur, iklan televisi, jingle, infografis, ceramah, seminar, atau melalui pendidikan di sekolah, adalah berbagai sarana untuk menumbuhkan kesadaran menggunakan listrik hanya sesuai kebutuhan. Bahkan jika dibutuhkan, perlu dipertimbangkan kebijakan PT PLN (persero) untuk menerjunkan SDM yang langsung menyentuh masyarakat guna menumbuhkan kesadaran hemat listrik.

Bagi konsumen seperti kita, tidak semata-mata kita mampu membayar lalu merasa bisa mengkonsumsi energi listrik tanpa mempedulikan masa depan, tapi tumbuhkan kesadaran bahwa hari ini kita masih cukup beruntung bisa menikmati listrik berlimpah yang mempermudah segala aktifitas dan kehidupan kita. Karena di saat yang sama, bagi lebih dari 45 juta orang saudara sebangsa kita hingga akhir tahun 2014 lalu listrik masih menjadi sejenis kemewahan.

Kita menyadari jika energi listrik terus diboroskan hari ini, tidak ada yang tersisa untuk kehidupan generasi masa depan. Mungkin sebagian dari kita akan mengalami kehidupan yang berat dan suram di hari tua akibat krisis listrik. Sebab listrik telah menjadi hal vital yang membuat kehidupan kita lebih baik. Agar listrik bisa terus dinikmati menghematnya bukan lagi kebutuhan dan kewajiban, melainkan sebuah keniscayaan. Kalau bukan sekarang, kapan lagi kita mulai berhemat energi (listrik)?

 

Bahan Bacaan dan Sumber Gambar:

Statistik PLN 2013, 2014, diterbitkan oleh Sekretariat PT PLN (persero), http://www.pln.co.id/dataweb/STAT/STAT2013IND.pdf

Statistik PLN 2014, 2015, diterbitkan oleh Sekretariat PT PLN (persero), http://www.pln.co.id/wp-content/uploads/2012/01/Statistik-PLN-2014_for-website-10-Juni-2015.pdf

http://finance.detik.com/read/2015/08/20/142953/2996701/1034/ri-dibayangi-krisis-listrik-masyarakat-masih-boros-energi

http://www.listrikindonesia.com/instansi_pemerintah_boros_listrik_970.htm

https://www.washingtonpost.com/news/wonk/wp/2016/03/30/foxconns-acquisition-of-sharp-reveals-intense-pressures-in-global-electronics-industry/

OLED Myths, http://www.oled-a.org/images/pdfs/OLED%20Myths.pdf

http://www.wwf.or.id/?10200/Hemat-listrik-Buat-apa-Kan-masih-mampu-bayar

http://www.itjen.kemenkeu.go.id/baca/41

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun