Setibanya di depan rumah ibunya, Ali terkejut dengan sikap ibunya yang begitu dingin. Ibunya bahkan nggak mempersilahkannya masuk. Ibunya mengatakan tak mengenalnya dan menutup pintu begitu saja. Ali pulang dengan kecewa dan sedih bukan main.
Lalu, apakah Ali harus pulang begitu saja ke Indonesia membawa kecewa?Â
ReviewÂ
Pertama kali lihat posternya, sebenernya nggak begitu tertarik sih. Tapi, sewaktu sekilas lihat trailer nya yang ternyata mengusung isu keluarga, seketika saya jadi kepo Â
Film ini menceritakan kehidupan Ali yang menurut saya cukup berat. Gimana nggak? Dari kecil udah ditinggal ibunya ke New York demi mengejar cita-cita. Hal-hal seperti ini yang seringkali bikin saya berpikir keras tanggung jawab sebagai istri sekaligus ibu. Otak saya yang rada-rada pun bolak-balik mempertanyakan banyak hal
Emang boleh ya kalau udah berkeluarga, pergi ke luar negeri untuk mengejar cita-cita? Iya kalau waktunya singkat, kalau lama kayak gitu gimana? Belum lagi omongan keluarga, tetangga, temen, dll. Suami gimana? Psikologis anak gimana?Â
Walaupun semua itu balik lagi ke pasangan tersebut. Selama mereka sama-sama saling dukung, saya rasa nggak masalah (semoga). Balik lagi, nggak ada nilai benar dan salah yang absolut. Kebenaran bakalan jadi relatif tergantung individunya. Eeeehhh, kenapa jadi begini omongannya ya Â
Back to Ali!
Penggambaran keluarga besar ayah Ali di film ini sangat amat relate banget dengan kondisi keluarga Indonesia, yang menurut saya toxic (meski nggak semua). Memang sih tujuannya menjaga perasaannya Ali. mereka juga berjasa dalam membesarkan Ali selama Ali ditinggal ibunya yang lalu ditinggal ayahnya meninggal juga.Â
Tapi, Ali yang usianya udah gede gitu, dia berhak menentukan pilihannya. Termasuk pilihan menemui ibunya terlepas ibunya bakal terima dia atau nggak. At least, Ali menemukan jawaban yang selama ini dicarinya. Nggak cuma diam dan bertanya-tanya Â
Hhhh, seringkali emang kita merasa benar akan sesuatu padahal kita nggak tahu pasti apa yang kita kerjain. Meski dengan embel-embel demi kebaikan si A misalnya. Saya seneng banget dengan pilihan Ali yang nekat terbang ke New York hehe. Karena kalau saya ada di posisi dia, ya teman-teman tahulah apa yang bakal saya lakuin