"Baiklah Eli, sampai jumpa. Jangan lupa bangun pagi ya, karena besok hari senin. Jaga dirimu Eli."Â
Kami saling melambai tangan tanda berpisah. Aku berjalan menjauh pergi. Aku menoleh ke belakang, lalu tersenyum pada Risa yang dibalas olehnya juga. Ia tetap berdiri di tempat semula.Â
Di bawah penerangan lampu kuning jalanan, aku melihat senyum penuh arti dari sahabat terbaikku.
Jarak rumah angker dengan lapangan tak terlalu jauh, sekitar 15 rumah. Kulihat jam tangan, pukul 09.30. Pasti di lapangan sudah ramai.Â
Memang desaku sering mengadakan acara nobar, alasannya agar kita semua bisa menikmati film bersama sekaligus membentuk keharmonisan antar masyarakat.Â
Para laki-laki akan gotong royong memasang layar lebar dan menggelar karpet, sedangkan wanita akan menyiapkan makanan-makanan ringan.Â
Aku dan Risa selalu bersemangat menyantap berbagai hidangan yang ada. Apalagi kue lapis mbok Imah dan es lilin mbak Lina, itu favorit kami.
Dan sampailah aku di lapangan. Semua orang duduk rapi di atas karpet. Tampaknya film sudah mulai sedari tadi.
"Eli sini!" mbak Lina melambaikan tangan ke arahku sambil menunjuk tempat kosong disebelahnya.
"Sendirian saja, mana Risa?"
"Ah...Risa sedang ada janji dengan temannya." jawabku singkat.