Para penyanyi dari bangsa katak hanya bisa menyanyikan nada sumbang. Nyanyian kesedihan dan sindiran kepada pemimpin baru. Nada-nada sendu menghiasi siang malam kami.
Andai 'ku jadi radja, mau apa tinggal minta/ Tunjuk sini tunjuk sana dengan sedikit kata/ Andai 'ku jadi radja, punya uang, punya harta/ Dan yang pasti aku juga akan punya kuasaÂ
Andai aku jadi radja, 'ku diangkat dielukan/ Dikelilingi bawahan dan orang-orang suruhan/ Nikmatnya jadi radja, dengan menjentikkan jari/ Dan lambaian tangan maka terpuaskan nafsuku**)
***
Pak Bulus, tak bersemangat mengajar di Perguruan Danau Tenang. Gundah rakyat Danau Tenang, sampai juga ke telinganya. Beliau orang yang paling tertekan di antara warga. Salah satu muridnya, tak menjunjung amanah ilmu yang diberikannya. Berkali Guru Kura-kura ingin bertemu sang Pemimpin untuk memberikan nasehat, tapi bak membentur benteng yang kuat.Â
Pak Bulus semakin hari, semakin kuyu. Kecekatannya tak tampak lagi. Wajah sejuknya, raut tenangnya, bagai terlipat sembilu. Suara lantangnya tak  lagi terdengar di tengah para cantrik. Pita suaranya seakan kusut. Nama besarnya, dengan mudah tercoreng. Dada pak Bulus hanya bisa dielus. Merenungi murid salah urus.
Â
Danau Tenang, 17 Juli 2020
*) lirik "Katak Ngorek"
**) lirik "Radja - /rif"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H