Mohon tunggu...
djarot tri wardhono
djarot tri wardhono Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis apa saja, berbagi dan ikut perbaiki negeri

Bercita dapat memberi tambahan warna

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Simalakama Transportasi

5 Mei 2020   11:11 Diperbarui: 5 Mei 2020   11:10 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk tingkat lokal, tuntutan pelarangan pergerakan masssal yang disuarakan beberapa pihak, dianggap menjadi satu strategi pencegahan penyebaran, selain pada himbauan untuk beraktivitas di rumah. 

Di sisi lain terdapat mobilitas individu, sebagai bentuk transportasi yang aman selama pandemik. Namun biaya mobilitas individu ini relatif mahal bagi sebagian besar masyarakat. Di sisi lain, untuk dapat menjalankan aktivitasnya bagi warga yang tidak bisa melakukan aktivitasnya di rumah, tentu akan menggunakan transportasi massal.

Inilah dilema yang dihadapi transportasi, bagai buah simalakama. Antara memutus rantai penyebaran dan mendukung aktivitas ekonomi sosial. Aktivitas ekonomi baik yang bersifat makro maupun sosial ekonomi dari individu masyarakat. Negara tentunya tak akan mampu menanggung biaya hidup semua masyarakat perkotaan dalam keadaan “tidak bergerak”. 

Sehingga ini yang menyebabkan kenapa angkutan massal masih diperbolehkan jalan. Ini untuk memenuhi pergerakan orang berpenghasilan rendah. Di sisi lain, angkutan massal KRL telah berkurang cukup drastis hingga dibawah 8% daya angkut harian. Meski secara prosentase kecil namun angka jumlah penumpangnya masih ribuan.

Jadi apakah pilihannya menghindar sebagai vektor atau menggerakkan roda ekonomi. Dua hal yang tidak bisa dihindari. Akhirnya posisi tengah sebagai jalan kompromi.

Kompromi yang dilakukan seperti yang diterapkan pada KRL, MRT dan Trans Jakarta, adalah pengurangan frekuensi perjalanan dan juga pembatasan kapasitas angkutan. 

Pihak penumpang diwajibkan menggunakan pelindung diri berupa masker sebagai tindak pencegahan terhadap potensi penularan. Semoga kompromi ini dapat menjawab dilema transportasi tersebut dan

*) Dr. Jean-Paul Rodrigue, Dr. Thomas Luke (Department of Virology, Naval Medical Research Center) and Dr. Michael Osterholm (Director of the Center for Infectious Disease Research and Policy (CIDRAP), University of Minnesota)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun