Chat GPT diprogram untuk memberikan informasi umum, sehingga kosakata yang tersedia masih terbatas.
Misal, pengguna meminta puisi dengan permintaan: buatkan saya puisi yang menceritakan rindu dengan orang tua di Jakarta.
Setelah perintah selesai, pengguna dapat meminta pilihan puisi lain dengan tema yang sama beberapa kali. Hasilnya, sebagian besar kata yang diberikan tidak jauh berbeda.
4. Plagiarisme
Chat GPT memang bisa menjalankan perintah untuk menuliskan ulang sebuah artikel. Misal sebuah artikel utuh yang diambil dari salah satu situs untuk ditulis ulang secara otomatis.
Untuk mendeteksi plagiarisme seperti pada situs plagiarisme cheker, Chat GPT memang bebas plagiat. Tetapi jangan senang dahulu!
Chat GPT hanya mampu menghasilkan kosakata dengan batas refrensi yang dicerna, seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya.
Artinya, meski lolos plagiarisme cheker, hasil tulisan Chat GPT tetap saja plagiat. Kenapa demikian?
Karena, Chat GPT hanya merangkum informasi yang diberikan kepadanya, bukan menghasilkan sebuah hal yang baru.
Lagi pula tulisan yang dihasilkan dengan Chat GPT bisa dideteksi melalui robot yang sama. Dengan sistem ini, guru dan dosen juga tidak perlu risau untuk membedakan mana tulisan 'asli' mahasiswa atau robot AI.
5. Google Lebih Pintar
Sebagian besar data Chat GPT merujuk pada berbagai jenis data bahasa seperti buku, artikel, website, dan percakapan manusia untuk mengembangkan pemahaman tentang bahasa manusia.