Mohon tunggu...
Dbee Curly
Dbee Curly Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I wanna be blogger regularly, but always have excuses. hoho.. sorry to my self :D\r\n\r\nhttp://dbeecurly.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Panggilan Salju

22 April 2012   05:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:17 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku tak ke gereja hari ini. Mau kembali tidur saja, biarkan Pastor berkotbah tanpa aku hari ini. Aku mau melanjutkan imaginasi dalam dunia mimpi saja.

Putih, kecil-kecil, terbang-terbang menghiasi tarianku berputar kesana kemari. Salju.

Aku lari jauh sekali, empuk di karpet putih ini, tak terasa dingin tapi hangat pun sejuk.

Berguling-gulingan di hamparan karpet salju, sungguh menentramkan.

Kubuka mata, melihat langit-langit kamar, iya, mimpinya memang indah, tapi kenyataanya tak begitu. Aku masih tinggal di iklim tropis, mau liburan ke pasir putih saja harus nabung 3 bulan. huft. payah.

-----------------------------------------------

"Ting Tong Ting Tong, telepone jenengan muni, nyuwun di angkat nggihhh... 2 X" (suara dering handphoneku yang bahasa Indonesianya: "Ting Tong Ting Tong, telepon anda berbunyi, mohon diangkat yaaaa...").

"Hei, napa Kau Ron?"

"Jalan yuk, masak di kos mulu, hibur dirilah. besok udah Monday looh."

"Ah, malas. ke gereja aja aku ga datang, kalo jalan masak aku iya'in. ogah, entar berdosa ah Ron."

"Jiaaaah... kalo dosa, tinggal ngaku dosa aja ntar, terus buat dosa lagi lah. Jangan kayak orang susah deeh.."

"Haiiizzz... mau kemana siih?"

"Haha.. ntar aku jemput. Ikut aja. 5 menit lagi yak"

"seterah." tut. tut. tut.

---------------------------------------------

"Jiaaaah... apaan nie, ngajak malah ke taman kota gini. hadoohhh.. panas ni, belang deh!"

"Lah tak apalah belang, aku aja sayang kok sama Si Belang di rumah. Lagian, dapat es cendol gratis kan lumayan. Jarang kan makan es cendol."

"Haiiissshhhh.... cendol mah sering kaleee di samping kantor juga mangkal terus Bapaknya."

"Kenapa gak ke gereja? mimpi ke tempat bersalju lagi? masak ngorbanin mimpi daripada ketemu Tuhan siih?"

"Heeeeem." tak menggubris, biarin aku asyik menyeruput cendol hijau manis ini.

"Udahlah, gak usah terlalu dipikirin tentang Salju-saljuan, karena kamu terlalu terobsesi sama salju, makannya masuk mimpimu tuh, alam bawah sadarmu telah di setting kalo gak mimpi salju tiap malam, gak afdol."

"Heeeeeeemm. Aku udah bilang kan, berjuta kali, Salju itu memang sepertinya ingin aku datangi. Mimpinya sama terus tiga bulan ini. Tinggal cari aja, di Puncak Jaya wijaya kali, or di Korea, Swiss, si Salju ga bilang sih janjiannya dimana."

"Hadoohh.. tobat deh, punya temen penapsir mimpi amatiran kayak gini. Kebanyakan gaul sama Bule seh... Orang lokal aja napa, ga usah import kale."

"Idiiihh.. sapa yang import. Salju itu kayak ngasih pesan tauk, suruh aku cepet datang, tapi sayangnya tabunganku belum cukup untuk pergi ke tempat terdekat yang ada saljunya, jadinya si Salju ganggu aku tiap malam deh. Hadeeeh..... tersiksa tiap malam." Padahal gak tersiksa sih, malah terasa semakin dekat aku dengan si salju, dia memanggil aku tiap malam.

"Kamu harus periksa tuh, ada yang aneh di kepalamu Jeng, semenjak kau jatuh di kolam renang 3 bulan lalu. Gegar otak kale or malah udah stadium 4 lagi kekurang warasan you."

"hahaha..iya kali ya Ron."

----------------------------------------------------------

"Bip Bip" - "Ron, aku udah di negeri Salju looh, gak nyangka yak. Salju beneran memanggilku. Aku gak mau pulang."

------------------------------------------------------------

Roni membaca koran berita pagi, tercekat, terdiam, tak kuasa membaca, tapi harus tuntas dibaca.

"Seorang wanita ditemukan tewas di kamar mandinya dalam keadaan tersenyum, busa sabun putih memenuhi seluruh ruangan kamar mandi, belum diketahui motif kematiannya, diduga terkena serangan jantung."

-------------------------------------------------------------

#cerita tak tahu mau dibawa kemana di hari Minggu, Ap 22, 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun