Mohon tunggu...
Dayvia Aprilliya
Dayvia Aprilliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tetap Menulis dan Bersemedi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030067

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seru dan Menantang! Pengalaman Pertama dalam Projek Film Dokumenter di Gunung Kidul, Yogyakarta

23 Mei 2022   18:50 Diperbarui: 27 Mei 2022   09:46 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menulis adalah Bekerja untuk Keabadian". Quotes Pram tersebut tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sosok Pramoedya Ananta Toer telah menginspirasi banyak orang. Di tengah pengasingannya dalam penjara, beliau tetap menjadi manusia yang seutuhnya bebas.       

Mencurahkan segala pikirannya dengan tinta pena, berlembar-lembar aksara ditulisnya. Buah pikirannya yang kritis dan mendalam tertuang pada buku-bukunya yang tak lekang oleh waktu, memberikan kesan tersendiri bagi pembacanya. 

Hal ini membuat saya memaknainya, "menulis" adalah berkarya. Cocok disandingkan dengan quotes masyhur oleh filsuf Descartes  "Aku Berpikir, Maka Aku Ada". Dengan berkarya, apalagi bermanfaat bagi sesama, eksistensi diri tidak hanya dinikmati sendiri, tetapi juga dapat dirasakan orang lain selayaknya apresiasi.

Banyak cara untuk berkarya. Berkuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menekuni program studi (prodi) Ilmu Komunikasi, saya mencari kegiatan apa yang bisa saya lakukan sebagai selingan setelah kuliah. Bingung karena tidak ada UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang saya minati, akhirnya saya bergabung dengan komunitas prodi. 

Di prodi Ilmu Komunikasi saya terdapat lima komunitas, yaitu PRO (Public Relations Oriented), Kostrad (Komando Strategi Advertising), Ide Kata, MOV (Movement of Voice), dan Neon. Kelimanya masing-masing bergerak di bidang public relations (PR), advertising, kepenulisan dan jurnalistik, broadcasting, serta fotografi.

Melalui acara Welcoming Expo 2021 yang memperkenalkan komunitas-komunitas yang ada prodi, saya meyakinkan diri untuk bergabung, salah satunya dengan komunitas Kostrad. 

Kostrad sendiri merupakan komunitas yang didedikasikan untuk periklanan dan dunia kreatif. Kostrad merupakan sarana belajar dan diskusi, mulai dari tahapan pra produksi hingga pasca produksi, dari brainstorming hingga evaluasi tentang periklanan dan dunia kreatif lainnya. 

Setelah bergabung dengan Kostrad, banyak sekali info-info lomba kreatif. Kami pun mengikuti sebuah lomba yang diselenggarakan oleh Penerbit Erlangga. 

Lomba ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan Anniversary ke-70 Penerbit Erlangga yang terbuka untuk tiga kategori: pelajar SMA/SMK sederajat, mahasiswa, dan umum.

Minggu akhir Februari kami memulai diskusi lomba. Kami, teman-teman dan saya anggota Kostrad angkatan 2021 membentuk tim produksi untuk kompetisi film dokumenter. 

Awalnya kami berdiskusi sambil ngopi-ngopi santai membahas tema film dokumenter. Semua anggota tim menyampaikan sudut pandang mengenai ide, gagasan, dan pendapat kami. Dari sejumlah tema yang sudah ditentukan, kami memilih dua opsi tema karena kondisi salah satu tempat yang kami pilih akan disurvei terlebih dahulu.

Setelah ditinjau, ternyata tempat untuk tema situs bersejarah tersebut regulasinya kurang cocok oleh kami sehingga akan berdampak pada konsep materi dan kemungkinan resiko yang cukup besar. Maka, pada diskusi selanjutnya, kami memutuskan tema yang satunya, kekayaan alam Indonesia. Kami menilai tidak kalah menariknya dengan situs budaya, Yogykarta juga banyak menyuguhkan keindahan alamnya.

Sebagaimana tema yang telah disepakati bersama, kami mengambil fokus pada zona pantai. Kemudian kami mencari dan menulusuri via internet tentang pantai-pantai Yogyakarta yang menurut kami belum begitu terkenal dan tersorot masyarakat umum. Kami menemukan satu pantai, surga yang tersembunyi di Kabupaten Gunung Kidul. 

Tepatnya adalah Pantai Ngrenehan, terletak di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, sekitar 30 kilometer dari Wonosari, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai ini merupakan pantai kampung nelayan. Sebagian besar masyarakat Ngrenehan menggantungkan kehidupannya pada hasil laut.

Berbagai persiapan telah dirancang, seperti job desk, alat-alat produksi, dan tugas-tugas lainnya. Utamanya tentu kami melakukan survei sambil mempersiapkan berbagai perlengakapan dan kebutuhan menuju produksi. 

Survei lokasi dilakukan dua kali. Survei pertama (10/03) mengenai perhubungan dengan pengurus setempat, nelayan dan pihak-pihak pantai, serta kondisi dan situasi pantai. Survei kedua (17/03) untuk memastikan kembali spot-spot shoot video, briefing narasumber, tempat tinggal, dan lain-lain.

Disupport oleh kakak tingkat Kostrad, kami diberi masukan dan arahan. Rancangan yang saya rasa cukup lancar dari yang sebelumnya berpusing ria, "debat" santai akan narasi, rencana anggaran, dan laporan lokasi. Namun, tidak berhenti di situ, berhari-hari di sela-sela survei, bolak-balik kampus kami menunggu pembina, mengurus pengajuan proposal film dokumenter. Yah... semacam digantung. 

Maklum, saat itu padat-padatnya agenda fakultas, harus selalu sabar menanti dosen-dosen yang sedang rapat. Tapi pada akhirnya, bimbingan kating dan pembina menuai kelancaran, Alhamdulillah proposal kami disetujui dan mendapat izin. Voila! Cusss siap produksi!

Dok. pribadi | Foto Bersama Kru Team Film Dokumenter
Dok. pribadi | Foto Bersama Kru Team Film Dokumenter

Singkat cerita, 25-26 Maret 2022, dua hari satu malam kami melaksanakan kegiatan produksi film di Ngrenehan. Malam sebelum produksi, kami menginap di ruko teman yang kami sebut "basecamp" agar memudahkan titik kumpul dan crosschecknya. 

Esoknya pukul 6 pagi, kami siap berangkat. Keadaan pagi yang masih dingin tak lantas memadamkan semangat kami. Sekitar tiga jam perjalanan sampai di lokasi karena kami sempat berhenti untuk shoot di Tugu Selamat Datang Gunung Kidul dan sarapan pagi.

Pukul 9-an sampai di lokasi, kami disambut oleh pegawai Ibu pedagang setempat untuk mengantarkan kami di ruangan samping warung basecamp menginap selama di sana. 

Segera kami menurunkan alat-alat produksi dari mobil, lalu menata barang-barang dari tas bawaan, rehat sejenak, dan persiapan. Pukul 11 kru dibagi dua tim karena Day #1 masih longgar, hanya agenda wawancara dan shoot sunset. Dengan bergantian, kru wawancara terlebih dahulu bertugas. 

Sore, sekitar waktu Ashar kami semua berkumpul kembali untuk menyantap bekal rica-rica bebek yang kami bawa di Pantai Ngobaran, sebelah Pantai Ngrenehan. Selesai "makan malan", menyusul agenda kedua, kru menjalankan tugas, membidik sunset di atas bukit pantai. Kru lain yang sudah tidak bertugas bermain-main di pantai. Impas, sama-sama bertugas sekaligus healing~

Malam tiba, kami "meeting time" untuk mengevaluasi semua agenda di hari pertama produksi, memback-up data, memeriksa kembali alat-alat di selingi obrolan, tawa, dan canda kami semua menikmati malam di hamparan rumput parkiran depan basecamp, dihiasi tenda dan tumblrlight oleh salah satu teman. Beres crosscheck, kami menyebar, ada yang mengobrol, bersantai sambil bernyanyi. Kami saling mengingatkan satu sama lain untuk beristirahat, mencharge energi untuk hari kedua yang lumayan padat.

Next, Day #2, dimulai lebih pagi. Pukul tiga dini hari, sebagian kru bersiap untuk shoot sunrise di atas bukit. Sebagian lagi bangun sembari subuh. Pukul enam pagi kami semua kru menjalankan tugasnya masing-masing. 

Agenda shooting: mulai dari nelayan, pelelangan ikan, pasar, pedagang, pengunjung, hingga ambience Ngrenehan, dan melanjutkan wawancara narasumber. 

Di lapangan, menurut teman-teman dan saya pribadi "ga sulit juga ga gampang", seperti koordinasi shoot kepada talent video, menaklukan deburan ombak laut ketika shoot di atas kapal, sampai jalanan dari pantai ke pedesaan yang jauhnya kurang lebih tiga kilometer.  

Seharian penuh produksi, sore hari semua agenda selesai. Kami berberes, merapikan barang-barag bawaan dan basecamp. Sesudah bersih-bersih kami berpamitan dan berterimakasih kepada selaku pengurus nelayan atas izin tempat dan ibu pemilik warung sebagai basecamp tempat tinggal. 

Kami betul-betul menikmati suasana Pantai Ngrenehan. Sumber alam yang melimpah, pemandangan yang indah. Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

Melalui dokumenter ini, sebagai generasi muda penerus bangsa sudah sepatutnya mensyukuri dan menjaga alam pemberian Yang Maha Kuasa. Dari Ngrenehan yang memiliki daya tarik tersendiri, kami sangat berharap akan ada pengembangan, bahkan kemajuan dari usaha kami dalam menyorotnya. Sayang sekali, jika tiada kelanjutan dalam akses dan pemberdayaan masyarakatnya.

Dok. Kostrad | Poster Film
Dok. Kostrad | Poster Film

Terima kasih atas usaha semua pihak. Meskipun belum juara utama, Film Dokumenter "Ngrenehan: Antara Laut dan Kehidupan" kami terpilih dalam delapan nominasi dan menjadi juara favotit kategori Mahasiswa Erlangga Art Awards 2022!

Selengkapnya Anda bisa mengaksesnya di...

Link Trailer: https://youtu.be/1_cdIjk-bXE

Link Film: https://youtu.be/aornDYcWCtI

Link Short BTS: https://vt.tiktok.com/ZSdXXHVy1/?k=1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun