Bergeser dari area sejarah jenang, di bagian Miniatur Menara Kudus serta kompleknya. Di area ini, suasana dibangun mirip ketika Anda berkunjung ke Menara Kudus karena menara diletakkan di bagian tengah serta di sekitarnya ada gapura komplek Menara. Di bagian dalam setelah gapura terdapat Diorama Pasar Bubar. Diorama tersebut menggambarkan aktivitas jual beli pasar. Pasar tradisional ini dahulu terletak di sekitar komplek Menara Kudus. Di situ lah pada tahun 1930 jenang diperjualbelikan. Di sebelah diorama, terdapat Maket Komplek Menara yang terbuat dari stik es krim, maket ini menggambarkan area mulai dari Menara, Masjid Menara (Masjid Al-Aqsa), Pendopo Tajug, hingga makam Sunan Kudus.
Di area selanjutnya, bagian tentang Kota Kudus dengan konsep "Koedoes Tempo Doeloe". Di sana terdapat Rumah Joglo, Rumah Adat Jawa Tengah. Di Kudus sendiri, Rumah Joglo bernama Joglo Pencu karena mempunyai atap genteng yang disebut Atap Pencu. Di sekitar luar Rumah Adat Kudus tersebut dihiasi oleh beberapa potret, di antaranya potret Bupati Kudus dari masa ke masa dan potret hasil dokumentasi Kudus zaman dulu.
Memasuki ruang Gusjigang X-Building, ruang ini merupakan visualisasi falsafah hidup masyarakat Kudus melalui ajaran warisan Sunan Kudus. Gusjigang adalah akronim dari "baGUS akhlaknya, pintar mengaJI, dan terampil berdaGANG". Filosofi ini mencerminkan aspek spiritual, intelektual, dan entrepreneurship. Gusjigang X-Building mengusung konsep "Dari Kudus Menyapa Peradaban Dunia". Bagian awal ruang Gusjigang berisikan 1) biografi tokoh-tokoh berpengaruh di Kudus: Sunan Kudus, Sunan Muria, KH. Telingsing, KHR Asnawi, KHM Arwani Amin, KH. Turaichan Adjhuri, RMP Sosrokartono, HM Subchan ZE, H. Djamhari, dan Nitisemito, 2) Karya Puisi dan Lagu Gusjigang, serta 3) Ruang Literasi dan Kajian Peradaban Islam Nusantara. Di tengah ruangan diletakkan pajangan pohon kaligrafi melingkar yang bertuliskan QS. Al-Ikhlas.
Di bagian dalam setelah ruang kajian Gusjigang terdapat Ruang Trilogi Ukhuwah. Ruang ini memuat visualisasi nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah, dan Ukhuwah Basyariyah yang berarti persudaraan sesama muslim, ikatan kebangsaan, dan ikatan kemanusiaan. Nilai-nilai tersebut merupakan satu kesatuan utuh. Konsep Ruang Trilogi Ukhuwah dicetuskan dengan maksud menyongsong "Fondasi Pembangunan Negeri -- Menguatkan NKRI". Ruang ini berisi 1) Jejak langkah dua ulama' besar KH. Hasyim Asy'ari (pendiri NU) dan KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), 2) Pesan-pesan para ulama nusantara, dan 3) Keindonesiaan: Tujuh Pahlawan Revolusi G30SPKI, Presiden-Presiden RI, Bhineka Tunggal Ika, dan Indonesia Emas 2045. Bagi saya, ruang ini seperti mengisyaratkan hidup berdampingan di Indonesia berarti harus menjunjung tinggi toleransi bahwa perbedaan adalah fitrah dan keberagaman adalah ruh.
Di selingan area Gusjigang, terdapat stand kearifan lokal budaya Kudus, di antaranya meliputi: photoboot Pakaian Adat Kudus. Di stand ini photoboot Anda bisa berfoto seolah-olah menggunakan Pakaian Adat Kudus, di bagian dinding dihiasi dengan Lukisan Timbul Manusia Gusjigang dan Tari Gusjigang, dilanjutkan dengan stand kerajinan dan budaya asli Kudus, seperti Jenang, Batik, Rokok Kretek, Ukiran, dan Terbang Papat.
Usai ruang stand, berpindah ke dalam ruang galeri, Anda akan menemui Replika Ka'bah. Lalu, Galeri Al-Qur'an yang memajang Al-Qur'an dari jenis ukuran jumbo, kuno daun lontar, bahan kulit sapi, mini stambul Turki, sampul emas pintu ka'bah, bahan kertas kuno, kuno dari surau, kuno dari pesantren. Di Galeri Al-Qur'an ini juga sekaligus Galeri Asmaul Husna dan penjelasannya serta pajangan kaligrafi Ayat Kursy.