Rumah baca, perpustakaan komunitas yang abang tahu di Manokwari apa saja bang ?
Saya pernah dengar teman-teman dari Muhamadiyah ada bikin seperti taman baca di pondok pesantren, juga Ibu Aksamina Kambuaya dengan Taman Baca Masyarakatnya, dan Pak Gideon Suprapto juga.
Apa harapan Bang David dengan membuka perpustakaan KSM untuk khalayak umum ?
Mahasiswa, anggota KSM Manokwari dan masyarakat pada umumnya dapat memanfaatkannya untuk menambah pengetahuan.
Ada kendala untuk mewujudkannya ?
Kendalanya mungkin karena kami belum cukup meluangkan waktu untuk kegiatan membaca ini sebelumnya, mungkin juga karena aktivitasnya kurang bervariasi. Selain itu saya pikir bisa jadi karena buku – buku fiksi yang tersedia kurang beragam. Itu sebabnya tahun 2015 ini, kami buka perpustakaan KSM secara reguler dan menambah koleksi buku-buku.
Kira – kira menurut abang, dukungan seperti apa yang KSM butuhkan ?
Kawan – kawan atau mereka yang tergerak mendukung bisa bantu kami dalam hal pengadaan buku-buku teks dan mungkin kalau ada kegiatan menyangkut membaca bisa berkolaborasi bersama – sama.
Baik, jadi itu kebutuhan KSM ya bang, kalau impian abang terhadap eksistensi anggota atau relawan KSM ada bang ?
Ada, tentu saja. Siapa tahu ada yang mau support kegiatan kami ini, saya punya keinginan untuk membawa teman – teman komunitas studi banding ke kota Makassar, Yogjakarta atau Surabaya. Juga studi banding ke Perguruan Tinggi, terutama yagn ada jurusan pendidikan, selain itu juga berjejaring ke komunitas –komunitas literasi di berbagai kota tersebut. Supaya ada inspirasi dan pengalaman melihat langsung kegiatan kreatif di tempat lain.
Terinpirasi untuk dapat membuat kegiatan kreatif saat kembali ke Manokwari ya. Kalau melihat literasi di Manokwari, apa harapannya bang ?