Apapun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula”
Pernah dengar nama Howard Kelly? Ia adalah ginekolog terkemuka di dunia (1858 – 1943). Sepanjang karirnya, ia menjadi pelopor metoda operasi dan penemu cystoscope – alat endoskopi yang digunakan pada pasien. Singkatnya, Howard Kelly adalah dokter yang sangat berjasa dalam pengembangan ilmu kedokteran.
Di balik segala keberhasilannya, ada sebuah kisah masa kecil sang dokter yang sangat menggugah hati. Suatu hari di akhir abad 19, seorang anak miskin yang berjualan dari rumah ke rumah untuk membiayai sekolahnya merasa sangat lapar. Ia ingin makan, tapi uangnya hanya 1 sen.
Akhirnya ia memutuskan untuk minta makan di rumah berikutnya. Ketika sampai di sebuah rumah, seorang gadis membuka pintu dan menyambut kedatangannya. Ia menjadi gugup karena kebaikan dan kecantikannya. Niat meminta makan diurungkan, akhirnya bocah miskin ini hanya meminta segelas air.
Sang gadis memperhatikan wajah sang bocah yang lemah sebagai tanda sangat kelaparan. Ia pun lalu masuk ke dalam rumah dan kembali membawakan segelas susu besar. Bocah miskin kelaparan itu pun meminumnya perlahan-lahan hingga ia menjadi kenyang dan kuat lagi
“Berapa harus kubayar segelas susu ini?” kata anak itu.
“Kau tidak harus membayar apa-apa,” jawab si gadis. “Ibu melarangku menerima pembayaran atas kebaikan yang kulakukan.”
“Bila demikian, ku ucapkan terima kasih banyak dari lubuk hatiku.”
Bocah miskin itu pun pergi. Dalam hatinya sungguh berterima kasih atas kemurahan Tuhan lewat sang gadis, sehingga kepercayaannya kepada Tuhan dan sesama manusia bertumbuh semakin kuat. Ternyata masih ada orang-orang baik dan tulus…
Bertahun-tahun berlalu
Seorang dokter muda mendapat undangan dari sesama rekan terkait penyakit langka seorang pasien. Ia terpilih dalam tim dokter ahli yang menangani masalah ini. Ketika mendengar nama dan kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh di mata sang dokter. Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien.
Benar dugaannya. Dokter muda ini segera mengenali wanita yang sedang sakit itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya. Sejak hari itu sang dokter memberikan perhatian khusus pada kasus si pasien. Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa disembuhkan. Merasa pasiennya sudah sembuh total, sang dokter meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada si pasien.
Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantor sang dokter. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu di pinggirnya. Tagihan itu kemudian dikirimkan ke kamar pasien. Si pasien takut membuka amplop nota tagihan karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya. Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu :
Telah dibayar lunas dengan segelas susu
Tertanda
Dr. Howard Kelly
……………………………………………..
Tadi malam, sehabis nonton film pendek KitavsKorupsi, dan teringat terutama film pendek yang diperankan oleh Tora Sudiro dan diarahkan oleh Ine Febriyanti, film ini berjudul Selamat Siang, Risa! Berlatar belakang waktu di tahun ’70-an. Seorang pria bernama Arwoko (Tora Sudiro) bekerja sebagai seorang mandor gudang dengan sikap tegasnya yang jujur dan anti berbuat curang. Namun, sikapnya tersebut kemudian mendapatkan ujian ketika salah seorang anaknya sedang menderita penyakit parah sementara ia dan istrinya, Niken (Dominique) sama sekali tidak memiliki uang.
Saya agak geregetan sendiri, saat ada orang yang menawarkan uang kepada Tora dan ditolak, karena jumlahnya besar, disaat keluarga Tora kesulitan keuangan, dan dalam visualisasi film anak Tora sedang sakit. Tora sempat bilang bahwa jika menolak uang haram itu dianggap sebagai sebuah kebodohan maka : “Kesalahan dan kebodohan ini tidak akan saya sesali sampai mati”. Dan saat bilang begini, diruang bersebelahan dengan ruang tamu ada si Istri yang mencuri dengar menangis sembari menggendong anak yang sakit, entah antara menangis sedih karena anak sakit tak ada biaya berobat sedang suami di tawarkan uang melimpah tak mau, atau menangis senang karena suami taat pada nilai – nilai kebenaran, walau menyulitkan ?. susah sekali menjadi orang jujur, dan dalam kehidupan nyata, berapa banyak yang kuat menolak berperilaku korup jika dalam film saja divisualisasikan yang jujur selalu sulit hidupnya ?
Saya pun ingat kembali sama kisah – kisah hukum tabur tuai, apapun yang ditanam akan berbuah kembali pada kita dan tanaman itu bisa tanaman yang baik atau buruk. Dan ada cerita yang indah milik Pak Jamil yang saya kutipkan disini yang persis sama dengan cerita lain diatas, bahwa perbuatan baik berbalas hal baik dan sebaliknya :
Ibu I miss You
Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula. Kali ini izinkan saya menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003.
Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah sakit di Jakarta. Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat tinggi. Bahkan sudah satu pekan isteri saya telah terbujur di ruang ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli kabel-kabel yang tersambung ke sebuah layar monitor.
Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat isteri saya. Dokter berkata, “Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti obat ibu”. Sayapun menjawab “Mengapa dokter meminta izin saya? Bukankan setiap pagi saya membeli berbagai macam obat di apotek dokter tidak meminta izin saya” Dokter itu menjawab “Karena obat yang ini mahal Pak Jamil.” “Memang harganya berapa dok?” Tanya saya. Dokter itu dengan mantap menjawab “Dua belas juta rupiah sekali suntik.” “Haahh 12 juta rupiah dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok? Dokter itu menjawab, “Sehari tiga kali suntik pak Jamil”.
Setelah menarik napas panjang saya berkata, “Berarti satu hari tiga puluh enam juta, dok?” Saat itu butiran air bening mengalir di pipi. Dengan suara bergetar saya berkata, “Dokter tolong usahakan sekali lagi mencari penyakit isteriku, sementara saya akan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar penyakit istri saya segera ditemukan.” “Pak Jamil kami sudah berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan berbagai laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa kami deteksi secara tepat, kami harus sangat hati-hati memberi obat karena istri Bapak juga sedang hamil 8 bulan, baiklah kami akan coba satu kali lagi tapi kalau tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya, pak.” jawab dokter.
Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat ruang ICU. Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, “Ya Allah Ya Tuhanku… aku mengerti bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-Mu, akupun mengerti bahwa setiap kebaikan yang aku lakukan pasti akan Engkau balas dan akupun mengerti bahwa setiap keburukan yang pernah aku lakukan juga akan Engkau balas. Ya Tuhanku… gerangan keburukan apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji aku dengan sakit isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga dan pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau Maha Tahu bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher nyamuk. Dan Engkaupun mengetahui hal yang kecil dari itu. Aku pasrah kepada Mu Ya Tuhanku. Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah menyembuhkan istriku, semudah Engkau mengatur milyaran planet di jagat raya ini.”
Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan kejadian puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam keluarga yang miskin papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya sekolah yang hanya Rp. 25 per bulan. Akhirnya saya memberanikan diri mencuri uang ibu saya yang hanya Rp. 125. Saya ambil uang itu, Rp 75 saya gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya gunakan untuk jajan.
Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata berkata, “Pokoknya yang ngambil uangku kualat… yang ngambil uangku kualat…” Uang itu sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh ibuku. Melihat hal itu saya hanya terdiam dan tak berani mengaku bahwa sayalah yang mengambil uang itu.
Usai berdoa saya merenung, “Jangan-jangan inilah hukum alam dan ketentuan Yang Maha Kuasa bahwa bila saya berbuat keburukan maka saya akan memperoleh keburukan. Dan keburukan yang saya terima adalah penyakit isteri saya ini karena saya pernah menyakiti ibu saya dengan mengambil uang yang ia miliki itu.” Setelah menarik nafas panjang saya tekan nomor telepon rumah dimana ibu saya ada di rumah menemani tiga buah hati saya. Setelah salam dan menanyakan kondisi anak-anak di rumah, maka saya bertanya kepada ibu saya “Bu, apakah ibu ingat ketika ibu kehilangan uang sebayak seratus dua puluh lima rupiah beberapa puluh tahun yang lalu?”
“Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil, duit itu sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-teganya ada yang ngambil,” jawab ibu saya dari balik telepon. Mendengar jawaban itu saya menutup mata perlahan, butiran air mata mengalir di pipi.
Sambil terbata saya berkata, “Ibu, maafkan saya… yang ngambil uang itu saya, bu… saya minta maaf sama ibu. Saya minta maaaaf… saat nanti ketemu saya akan sungkem sama ibu, saya jahat telah tega sama ibu.” Suasana hening sejenak. Tidak berapa lama kemudian dari balik telepon saya dengar ibu saya berkata: “Ya Tuhan pernyataanku aku cabut, yang ngambil uangku tidak kualat, aku maafkan dia. Ternyata yang ngambil adalah anak laki-lakiku. Jamil kamu nggak usah pikirin dan doakan saja isterimu agar cepat sembuh.” Setelah memastikan bahwa ibu saya telah memaafkan saya, maka saya akhiri percakapan dengan memohon doa darinya.
Kurang lebih pukul 12.45 saya dipanggil dokter, setibanya di ruangan sambil mengulurkan tangan kepada saya sang dokter berkata “Selamat pak, penyakit isteri bapak sudah ditemukan, infeksi pankreas. Ibu telah kami obati dan panasnya telah turun, setelah ini kami akan operasi untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu.” Bulu kuduk saya merinding mendengarnya, sambil menjabat erat tangan sang dokter saya berkata. “Terima kasih dokter, semoga Tuhan membalas semua kebaikan dokter.”
Saya meninggalkan ruangan dokter itu…. dengan berbisik pada diri sendiri “Ibu, I miss you so much.”
———————————
“Pada akhirnya, buah perbuatan akan selalu mengikuti kita.”
Ekspektasi saya menonton tadi malam ingin sekali melihat bahwa yang tidak korup akhirnya berakhir bahagia, misal keluarga Tora mungkin tidak kaya dalam arti berlebihan tetapi ending ceritanya adalah berkecukupan, lalu anak – anaknya berhasil dalam kehidupan mereka. Dan yang korup sebaliknya, walau mungkin banyak uang suatu ketika terhantam balik oleh perbuatan mereka, misal tertangkap korupsi, lalu dipenjara, lalu keluarga berantakan, hidup tak tenang dst.
Jadi bahwa apapun yang dilakukan akan berbalik ke kita sendiri, perlu diperlihatkan dalam film tsb, dan perilaku positif diperlihatkan mendapat ganjaran positif sebaliknya perilaku negative. Jadi yang menonton bisa bilang : wah susah-susah bentar gak papa lah, yang penting saya yakin yang baik akan menghasilkan buah baik yang suatu saat datang menyapa keluarga saya :). Soalnya kalau jujur gambarannya susah terus, siapa yang mau jadi orang jujur di jaman sekarang ini ? *uhuk2.
walau begitu, terus terang saya tetap senang ada film seperti ini. karena penting orang mengerti dan mengetahui bahwa perbuatan korup ada dan hidup dimana – mana, dan karena merusak, harus dilawan oleh siapa saja. hanya saja penekanan balasannya harus dipertegas, biar yang nonton lebih tergerak untuk menentang dan melawan korupsi.
“Apapun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula”
Koyao !!
semoga berguna
@dayurifanto
sumber :
http://duniaandromedaku.blogspot.com/2012/07/inspirasi-tagihan-mahal-rumah-sakit.html#ixzz24L51G9VN
http://warmada.staff.ugm.ac.id/Life/ibu.html
http://amiratthemovies.wordpress.com/2012/06/24/review-kita-versus-korupsi-2012/
wanasedaju.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H