Mohon tunggu...
Dayu Rifanto
Dayu Rifanto Mohon Tunggu... Pengajar -

Pengajar, Pegiat Sosial. Blogger, Menyukai memasak. Pendiri @Bukuntukpapua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sehabis Nonton "Kita Vs Korupsi"

25 Agustus 2012   03:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:21 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1345864077643637222

Seorang dokter muda mendapat undangan dari sesama rekan terkait penyakit langka seorang pasien. Ia terpilih dalam tim dokter ahli yang menangani masalah ini.  Ketika mendengar nama dan kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh di mata sang dokter.  Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien.

Benar dugaannya. Dokter muda ini segera mengenali wanita yang sedang sakit itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya. Sejak hari itu sang dokter memberikan perhatian khusus pada kasus si pasien. Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa disembuhkan. Merasa pasiennya sudah sembuh total, sang dokter meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada si pasien.

Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantor sang dokter. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu di pinggirnya. Tagihan itu kemudian dikirimkan ke kamar pasien. Si pasien takut membuka amplop nota tagihan karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya. Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu :

Telah dibayar lunas dengan segelas susu

Tertanda

Dr. Howard Kelly

……………………………………………..

Tadi malam, sehabis nonton film pendek KitavsKorupsi, dan teringat terutama film pendek yang diperankan oleh Tora Sudiro dan diarahkan oleh Ine Febriyanti, film ini berjudul Selamat Siang, Risa! Berlatar belakang waktu di tahun ’70-an. Seorang pria bernama Arwoko (Tora Sudiro) bekerja sebagai seorang mandor gudang dengan sikap tegasnya yang jujur dan anti berbuat curang. Namun, sikapnya tersebut kemudian mendapatkan ujian ketika salah seorang anaknya sedang menderita penyakit parah sementara ia dan istrinya, Niken (Dominique) sama sekali tidak memiliki uang.

Saya agak geregetan sendiri, saat ada orang yang menawarkan uang kepada Tora dan ditolak, karena jumlahnya besar, disaat keluarga Tora kesulitan keuangan, dan dalam visualisasi film anak Tora sedang sakit. Tora sempat bilang bahwa jika menolak uang haram itu dianggap sebagai sebuah kebodohan maka : “Kesalahan dan kebodohan ini tidak akan saya sesali sampai mati”. Dan saat bilang begini, diruang bersebelahan dengan ruang tamu  ada si Istri yang mencuri dengar menangis sembari menggendong anak yang sakit, entah antara menangis sedih karena anak sakit tak ada biaya berobat sedang suami di tawarkan uang melimpah tak mau, atau menangis senang karena suami taat pada nilai – nilai kebenaran, walau menyulitkan ?. susah sekali menjadi orang jujur, dan dalam kehidupan nyata, berapa banyak yang kuat menolak berperilaku korup jika dalam film saja divisualisasikan yang jujur selalu sulit hidupnya ?

Saya pun ingat kembali sama kisah – kisah hukum tabur tuai, apapun yang ditanam akan berbuah kembali pada kita dan tanaman itu bisa tanaman yang baik atau buruk. Dan ada cerita yang indah milik Pak Jamil yang saya kutipkan disini yang persis sama dengan cerita lain diatas, bahwa perbuatan baik berbalas hal baik dan sebaliknya :

Ibu I miss You

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun