Mohon tunggu...
D. Rifanto
D. Rifanto Mohon Tunggu... Konsultan - Membaca, menulis dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mempunyai ketertarikan yang besar pada isu literasi dan sastra anak, anak muda serta pendidikan masyarakat. Dapat dihubungi melalui dayurifanto@gmail.com | IG @dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Iriani Wanma dan Cerita Anak

29 Juni 2024   20:25 Diperbarui: 29 Juni 2024   20:26 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sebuah kebun di belakang rumah, tinggal Oa si belalang dan ulat bernama Kaipa. Keduanya masih kecil, bersahabat akrab. Tubuh mereka berwarna hijau daun. Kaipa jauh lebih lambat dari Oa sehingga Oa yang selalu datang bermain dan mengunjungi Kaipa. Mereka tinggal di dedaunan pohon aibika.

Setiap pagi setelah Oa bangun, ia akan melompat ke daun tempat Kaipa tinggal dan mereka sarapan bersama sambil bercerita. Oa akan menceritakan petualangannya, dan Kaipa akan mendengarkan dengan penuh minat.

"Oa, kamu sungguh hebat, beruntung sekali," kata Kaipa pada suatu pagi.
"Ah, aku berharap aku juga bisa berkelana seperti kamu, bisa melihat tempat-tempat baru seperti yang kamu lihat."

"Jangan khawatir, Kaipa," kata Oa. "Kamu makan yang banyak, terus makan sampai kenyang, biar cepat besar. Aku yakin suatu hari nanti kamu akan tumbuh seperti aku, punya kaki, sayap, dan bisa melompat serta terbang seperti aku."

Waktu pun berjalan, sehari, dua hari, seminggu, dan berminggu-minggu. Oa dan Kaipa mulai bertumbuh dan berubah. Oa menjadi besar dan kuat dengan kaki yang lebih panjang, lompatan yang semakin tinggi, dan petualangan yang semakin jauh. Sedangkan Kaipa menjadi lebih gemuk dan jauh lebih lambat lagi.

"Oh Oa, aku sudah makan seperti yang kamu bilang kemarin, tapi rasanya tidak ada perubahan," seru Kaipa. Ia menggoyang-goyangkan kakinya, "Lihat, kakiku tambah berat dan sepertinya tidak bisa dipakai buat melompat. Dan sayap juga tidak ada," keluhnya.
"Wah, sepertinya makan tidak membuat efek apa-apa! Aku tidak akan pernah bisa seperti kamu!" Kaipa menggelengkan kepalanya dengan sedih.

Oa diam karena tidak tahu harus berkata apa. Ia mendekati Kaipa dan memeluk punggungnya untuk menghiburnya.

Suatu pagi, Oa melompat ke daun Kaipa untuk sarapan seperti biasa. "Kaipa? Kaipa, kamu di mana?"
"Di sebelah sini," kata Kaipa. Oa memanjat tangkai ke daun aibika yang lebih rendah dan mendongak. Ternyata, ada Kaipa yang bergantung terbalik.
"Hei Oa," kata Kaipa.
"Mengapa kamu terbalik, Kaipa?"
"Aku tidak tahu. Aku hanya merasa digantung terbalik tadi malam, pagi-pagi sudah seperti ini," jawab Kaipa.
"Kamu tidak turun makan bersamaku lagi?" tanya Oa.
"Aku tidak lapar, jadi kamu bisa makan sendiri dulu, di sana ada banyak daun aibika enak," kata Kaipa.

Oa mengunyah daun aibika, sementara Kaipa tergantung terbalik dan mendengarkan cerita petualangan Oa kemarin. Besok pagi, Oa datang untuk sarapan lagi, tetapi Kaipa masih tidur nyenyak, jadi Oa makan sendiri saja, tidak ingin mengganggu Kaipa. Tidak terasa, selama tiga hari berturut-turut Kaipa tertidur saat Oa datang pagi-pagi. Pada hari keempat, Oa tidak sabar untuk membangunkan Kaipa untuk makan pagi bersama.

Pagi hari begitu Oa membuka mata dan terbangun, ia langsung menuju daun tempat Kaipa berada. "Psst... Kaipa," bisiknya, tidak ingin membuat Kaipa kaget dan terbangun tiba-tiba. Tapi Kaipa tidak merespon sehingga Oa memutuskan untuk berteriak, "KAIPA! BANGUN!" Namun, tidak ada satu gerakan pun yang datang dari Kaipa. Oa melompat ke atas daun Kaipa dan melompat-lompat di atas daun sampai daun bergoyang, "Bangun, bangun, bangun, Kaipa!" Tapi tetap saja tidak ada suara dan gerakan dari sahabatnya itu.

Waktu pun terus berjalan. Terasa lambat waktu berputar bagi Oa. Dua minggu berlalu dan Oa berhenti untuk datang melihat Kaipa lagi. Oa merasa sedih karena Kaipa tidak mau berbicara dengannya. Akhirnya, Oa tidak pernah lagi sarapan di daun tempat Kaipa tinggal. Sedih. Oa tidak terlalu suka bermain dengan teman-teman belalangnya; ia hanya menginginkan sahabat baiknya, Kaipa, kembali dan mau bermain lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun