"Iriani Wanma memenangi penghargaan Crocodile Prize, Buk Bilong Pikinini Award tahun 2014 untuk penulis anak di Papua New Guinea (PNG)."
Crocodile prize sendiri adalah penghargaan tahunan bagi para penulis di PNG yang dimulai sejak tahun 2011 sampai dengan sekarang. Ratusan tulisan masuk dan diterima panitia pada tiap tahun penyelenggaraannya. Bayangkan e, mantap apa!
Mengingat saya senang mengoleksi bacaan anak terutama berlatar Papua, maka begitu mengetahui ada penulis bernama Iriani Wanma menang penghargaan penulisan di PNG, saya penasaran. Dia yang menang, saya ikut senang. Dari namanya yang bermarga Biak, saya menduga ia benar seorang Biak, dari Papua. Dan memang, salah satu orang tuanya berasal dari Biak, Papua.
Melalui penelusuran melalui internet, saya menemukan cerita Iriani yang menang penghargaan tersebut. Cerita itu merupakan cerita pendek anak, sepertinya juga dibuat dalam bentuk buku bacaan anak bergambar.
Cerita Oa dan Kaipa dalam bahasa Inggris tersebut dapat kita baca di sini. Kisah yang ditulis Iriani mengingatkan saya pada The Very Hungry Caterpillar, yang ditulis oleh Eric Carle, sebab salah satu tokohnya adalah ulat.
Melalui kisah Eric Carle, ulat tersebut begitu lapar dan mencari makan tiap hari hingga suatu saat tidur panjang, sebelum nantinya mengalami proses metamorfosis. Sedang ulat dalam kisah yang ditulis Iriani akan mengagetkan sahabatnya, membuatnya mengira sang ulat sombong dan tak mau berteman lagi dengannya. Mengapa ya?
Pada tahun 2017, saya menerjemahkannya menggunakan dialek melayu Papua dan mempostingkannya di salah satu grup FB. Kali ini untuk memudahkan pembaca lainnya, saya menerjemahkan ceritanya ke dalam bahasa Indonesia. Selamat menikmati.
**
Oa si Belalang dan Kaipa si Ulat Kecil
Oleh Iriani Wanma*
Pada sebuah kebun di belakang rumah, tinggal Oa si belalang dan ulat bernama Kaipa. Keduanya masih kecil, bersahabat akrab. Tubuh mereka berwarna hijau daun. Kaipa jauh lebih lambat dari Oa sehingga Oa yang selalu datang bermain dan mengunjungi Kaipa. Mereka tinggal di dedaunan pohon aibika.
Setiap pagi setelah Oa bangun, ia akan melompat ke daun tempat Kaipa tinggal dan mereka sarapan bersama sambil bercerita. Oa akan menceritakan petualangannya, dan Kaipa akan mendengarkan dengan penuh minat.
"Oa, kamu sungguh hebat, beruntung sekali," kata Kaipa pada suatu pagi.
"Ah, aku berharap aku juga bisa berkelana seperti kamu, bisa melihat tempat-tempat baru seperti yang kamu lihat."
"Jangan khawatir, Kaipa," kata Oa. "Kamu makan yang banyak, terus makan sampai kenyang, biar cepat besar. Aku yakin suatu hari nanti kamu akan tumbuh seperti aku, punya kaki, sayap, dan bisa melompat serta terbang seperti aku."
Waktu pun berjalan, sehari, dua hari, seminggu, dan berminggu-minggu. Oa dan Kaipa mulai bertumbuh dan berubah. Oa menjadi besar dan kuat dengan kaki yang lebih panjang, lompatan yang semakin tinggi, dan petualangan yang semakin jauh. Sedangkan Kaipa menjadi lebih gemuk dan jauh lebih lambat lagi.
"Oh Oa, aku sudah makan seperti yang kamu bilang kemarin, tapi rasanya tidak ada perubahan," seru Kaipa. Ia menggoyang-goyangkan kakinya, "Lihat, kakiku tambah berat dan sepertinya tidak bisa dipakai buat melompat. Dan sayap juga tidak ada," keluhnya.
"Wah, sepertinya makan tidak membuat efek apa-apa! Aku tidak akan pernah bisa seperti kamu!" Kaipa menggelengkan kepalanya dengan sedih.
Oa diam karena tidak tahu harus berkata apa. Ia mendekati Kaipa dan memeluk punggungnya untuk menghiburnya.
Suatu pagi, Oa melompat ke daun Kaipa untuk sarapan seperti biasa. "Kaipa? Kaipa, kamu di mana?"
"Di sebelah sini," kata Kaipa. Oa memanjat tangkai ke daun aibika yang lebih rendah dan mendongak. Ternyata, ada Kaipa yang bergantung terbalik.
"Hei Oa," kata Kaipa.
"Mengapa kamu terbalik, Kaipa?"
"Aku tidak tahu. Aku hanya merasa digantung terbalik tadi malam, pagi-pagi sudah seperti ini," jawab Kaipa.
"Kamu tidak turun makan bersamaku lagi?" tanya Oa.
"Aku tidak lapar, jadi kamu bisa makan sendiri dulu, di sana ada banyak daun aibika enak," kata Kaipa.
Oa mengunyah daun aibika, sementara Kaipa tergantung terbalik dan mendengarkan cerita petualangan Oa kemarin. Besok pagi, Oa datang untuk sarapan lagi, tetapi Kaipa masih tidur nyenyak, jadi Oa makan sendiri saja, tidak ingin mengganggu Kaipa. Tidak terasa, selama tiga hari berturut-turut Kaipa tertidur saat Oa datang pagi-pagi. Pada hari keempat, Oa tidak sabar untuk membangunkan Kaipa untuk makan pagi bersama.
Pagi hari begitu Oa membuka mata dan terbangun, ia langsung menuju daun tempat Kaipa berada. "Psst... Kaipa," bisiknya, tidak ingin membuat Kaipa kaget dan terbangun tiba-tiba. Tapi Kaipa tidak merespon sehingga Oa memutuskan untuk berteriak, "KAIPA! BANGUN!" Namun, tidak ada satu gerakan pun yang datang dari Kaipa. Oa melompat ke atas daun Kaipa dan melompat-lompat di atas daun sampai daun bergoyang, "Bangun, bangun, bangun, Kaipa!" Tapi tetap saja tidak ada suara dan gerakan dari sahabatnya itu.
Waktu pun terus berjalan. Terasa lambat waktu berputar bagi Oa. Dua minggu berlalu dan Oa berhenti untuk datang melihat Kaipa lagi. Oa merasa sedih karena Kaipa tidak mau berbicara dengannya. Akhirnya, Oa tidak pernah lagi sarapan di daun tempat Kaipa tinggal. Sedih. Oa tidak terlalu suka bermain dengan teman-teman belalangnya; ia hanya menginginkan sahabat baiknya, Kaipa, kembali dan mau bermain lagi.
Hingga pada suatu pagi yang indah dan cerah saat Oa membuka matanya, ia melihat ada seekor kupu-kupu kuning cerah di depannya. "Hai sobat," kata kupu-kupu kuning itu sambil tersenyum lebar.
"Ah! Kamu siapa?! Dan mengapa hinggap di daun saya?" teriak Oa.
Oa takut pada kupu-kupu itu.
"Oa," kata kupu-kupu kuning saat ia berjalan ke arahnya.
"Wah, aku ini Kaipa."
"Kaipa?" Oa mendekat untuk melihat baik kupu-kupu kuning itu. "Kamu berubah sekarang, sangat berbeda."
Kaipa tersenyum, "Iya, lihat, sekarang aku punya sayap, Oa," katanya dengan sukacita saat mengepakkan sayapnya yang kuning cerah. "Kita bisa pergi berpetualang bersama sekarang juga."
"Oh Kaipa, aku sudah tidak sabar bermain bersamamu lagi, sudah lama sekali!" teriak Oa.
Dua sahabat segera sarapan bersama seperti biasanya, meski kali ini di daun tempat Oa tinggal. Makan pagi terasa begitu nikmat. Mengapa rasanya berbeda dengan makanan di hari sebelumnya?
Mereka menemukan jawabannya setelah melihat satu dengan lainnya. Ada sahabat baik yang tak sabar berangkat untuk petualangan pertama mereka bersama-sama.
Hari itu matahari bersinar begitu cermerlang.
-Selesai-
Tambahan:
*Iriani Wanma adalah peraih Crocodile Prize Award 2014, sebuah penghargaan kepenulisan di Papua Nugini.
** Cerita ini diterjemahkan secara bebas oleh D.Rifanto.
***Aibika adalah sebutan untuk tanaman gedi atau pohon gedi. Tanaman yang jika dibuat sayur, enak sekali rasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H