Membaca Membuat Pikiran Terbuka.
Sewaktu masih kecil, saya suka membaca buku cerita tentang Kancil yang cerdik dan Buaya, Kura-kura dan Monyet, serta sangat senang mendengarkan dongeng dari orang tua.
Saat ini beberapa buku yang akrab saya bawa bersama saya, antara lain tentang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, ada juga buku-buku motivasi yang senang saya baca misalnya 'Berpikir dan Berjiwa Besar,''Alkitab' serta buku-buku pertanian dan biografi orang -- orang yang dapat dijadikan contoh dan model pembelajaran yang baik.
Pada cerita dongeng misalnya, kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang baik dan banyak akal dalam menghadapi berbagai situasi hidup yang mungkin tidak menentu, tetapi juga tetap rendah hati ketika berhasil dalam melakukan sesuatu.
Sementara pada buku pengembangan masyarakat, kita diajarkan bagaimana metode pengembangan masyarakat yang baik.
Demikian juga Alkitab yang mengajarkan kita untuk senantiasa berbuat baik. Terkadang, jika membaca, kalau ada yang ganggu sa suka marah, karena sedang asik dengan buku.
Ketika saya membaca, semua pikiran saya menjadi lebih terbuka untuk mengetahui banyak hal, itu sebab orang yang suka baca buku akan mengetahui banyak hal, mulai dari hal kecil sampai hal besar sehingga anak Papua gemar membaca itu penting dan harus.
Jika kilas balik waktu kecil dulu, hidup saya tidak lepas dari jaring, mancing untuk tangkap ikan. Saya hidup di tepian sungai gorong-gorong di Timika.
Saat saya masih kecil, orang tua sering sering sakit, dampaknya ke sekolah saya, terkadang masuk dan tidak masuk, sehingga bisa dibilang sekolah saya tidak lancar waktu kecil.
Ketika saya tidak punya tempat mancing dan menjaring ikan karena perusahaan telah merubah lokasi pencarian menjadi bendungan, saya bertekad harus bersekolah baik dan belajar secara sungguh-sungguh.
Kemampuan membaca terasah, karena sepulang sekolah saya coba membaca ulang pembelajaran di sekolah dan juga membaca ulang buku-buku pelajaran saat di rumah. Ini punya dampak, nilai saya baik dan akhirnya saya mendapat beasiswa untuk studi di Pulau Jawa setelah tamat dari SMP.
Walaupun hanya anak petani yang sakit-sakitan, tetapi karena ketekunan belajar dan membaca, saya pun dapat menyelesaikan studi di seluruh jenjang studi yang pernah saya ikuti.
Saya menamatkan Sekolah Dasar di SD Inpres Koperapoka, Timika. Selanjutnya melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP YPPK St. Bernardus Timika.
Saat itu, saya dan 72 pelajar dari Papua lainnya mendapat beasiswa Direktorat Jenderal Pendidikan Mengengah Umum tahun 2002 untuk studi lanjut SMA ke Pulau Jawa, dan saya masuk di SMA Negeri 2 Madiun di Jawa Timur. Lulus dari Madiun, saya lanjut kuliah S1 di Universitas Pasundan di Bandung. Lalu melanjutkan S2 ke Unika Soegijapranata Semarang dan terakhir saya menyelesaikan studi Doktoral di bidang Community Development di salah satu perguruan Tinggi di Filipina dan diwisuda tahun 2015 lalu.
Kalau ingat kembali masa kecil hidup di tepian gorong -- gorong di Timika, saya harus kerja keras, belajar serius, sungguh -- sungguh.
Sehingga saat kuliah dan sungguh -- sungguh : di S1 saya dapat predikat cumlaude, saat S2 mendapat thesis terbaik, dan ketika menyelesaikan S3.
Puji Tuhan saya mendapat nominasi outstanding leadership. Semua melalui proses belajar yang panjang disertai tahan banting untuk melewati proses.
Menurut saya, siapapun yang punya tekad kuat pasti akan berhasil. Tentunya dengan membaca dan terus belajar.
Tentang Leonardus Tumuka
HR Manager di Rumah Sakit Mitra Mayarakat-Timika, selain itu juga menjadi pengajar di salah satu perguruan tinggi di Timika. Aktivitasnya yang lain adalah mendampingi masyarakat Kamoro dalam membudidayakan kepiting bakau, menjadi penulis di media lokal dan memberi motivasi pentingnya pendidikan dan sekolah bagi adik-adik Kamoro dan Amungme. (Dayu Rifanto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H