Lulus dari S1 saya pun bekerja sebagai fasilitator lapangan di salah proyeknya ACDI-VOCA di Manokwari. Sebagian besar waktu saya bekerja dengan Petani Perempuan Arfak di Pantai Utara, Oransbari dan Ransiki di Manokwari.
Setelah dua tahun bekerja, saya mendapat beasiswa dari Ford Foundation USA, untuk melanjutkan studi S2 di Universitas Indonesia, dengan program Women's Studies.Â
Saya mendalami Women's studies karena terinspirasi oleh pengalaman pribadi orang tua. Penelitian S2 saya tentang Bagaimana Perempuan Kamoro Melakukan Adaptasi terhadap perubahan lingkungan akibat tailing dari PT.Freeport. Pendekatan Ekofeminism membantu saya menemukan bahwa, dengan pengetahuan lokal (indigenous knowledge) perempuan Kamoro telah melakukan berbagai strategi untuk bertahan hidup dengan cara mengenali bahan pangan lokal yang relatif aman untuk dikonsumsi bagi keluarga.
Sekarang ini saya sedang melanjutkan S3 di Flinders University, saya kembali meneliti masyarakat Kamoro, yang bagi saya adalah laboratorium Sosial untuk belajar Gender dan budaya perempuan.Â
Selain itu, saya juga beruntung sebab Flinders membekali dengan pemahaman soal Indigenous Research Methodology yang saya gunakan dalam penelitian ini. Juga membantu menemukan diri saya sebagai indigenous Papua yang kebetulan adalah researcher. Semua itu karena saya punya ketertarikan untuk menghabiskan banyak waktu membaca.Â
Waktu kuliah di S2, saya hanya disodorkan sejumlah buku tentang ecofeminism oleh ketua program di UI dan diminta untuk membacanya dan merumuskannya dalam desain penelitian saya. Karena waktu itu tidak ada mahasiswa lain seangkatan yang tertarik memilih mata kuliah perempuan dan lingkungan.Â
Ketua Program saat itu bilang, "Els, kalau kamu memang serius mau meneliti tentang perempuan dan lingkungan, kamu baca sendiri deh literaturenya, kemudian saya (program) akan sediakan mentor untuk diskusi, karena tidak ada kelas untuk mata kuliah ini, peminatnya tidak ada, hanya kamu saja". Saat itu Perempuan dan Lingkungan adalah mata kuliah pilihan jadi kalau peminatnya sedikit, tidak dibuka kelasnya.
Moment itu adalah moment di mana saya mendapati bahwa membaca memiliki kekuatan yang luar biasa (powerful) membentuk pengetahuan saya.
Sebagian besar desain penelitian thesis terutama Pendekatannya adalah hasil dari saya membaca berbagai literature (dalam bahasa Inggris).Â
Dan ketika mememulai semester pertama sebagai Mahasiswi Ph.D lagi-lagi membaca adalah wajib hukumnya dan saya telah menjadi biasa karena kebiasaan membaca ini sudah sejak kecil.Â
Walaupun penyesuaian tetap diperlukan seperti di bulan-bulan pertama, saya juga butuh waktu untuk mencerna satu jurnal dan sampe rasanya mual - mual karena membaca. Tapi ternyata saya bisa, dan membaca tetaplah menyenangkan.