Mohon tunggu...
D. Rifanto
D. Rifanto Mohon Tunggu... Konsultan - Membaca, menulis dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mempunyai ketertarikan yang besar pada isu literasi dan sastra anak, anak muda serta pendidikan masyarakat. Dapat dihubungi melalui dayurifanto@gmail.com | IG @dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Mengenal Kanguru Pohon si Mantel Emas dari Papua

30 November 2021   07:16 Diperbarui: 30 November 2021   07:18 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dayu Rifanto

"Itu hewan apa ?" Ucap anak saya menunjuk cover buku yang akan saya bacakan padanya. "Kanguru" jawab saya. Tapi ia bertanya kembali. "Mengapa di atas pohon, bukannya Kanguru berlarian di tanah ?" Ini jenis kanguru yang berbeda lagi, jawab saya sembari mulai membacakan buku tersebut padanya. Kebiasaan membacakan buku sebelum tidur, menjadi sebuah rutinitas setiap malam, karena kami percaya, kesukaan anak pada cerita dan buku, akan tumbuh jika ia mendapatkan sebuah kegiatan rutin harian yang berhubungan dengan buku. Pintu masuk akan kebiasaan membaca ini, kami harus gunakan secara maksimal, semenjak ia berusia dua tahun, sampai dengan sekarang di usianya yang beranjak enam tahun.

Malam itu kami berjumpa dengan Kanguru Mantel Emas, dalam buku bacaan anak berjudul "Mantel Emas" yang diterbitkan oleh penerbit Litara. Penerbit yang dikenal dengan produksi buku-buku bacaan anak bergambar yang berkualitas, penuh dengan keberagaman tema dan disertai dengan jenjang membaca sesuai dengan kemampuan membaca anak. 

Buku-buku yang mereka terbitkan kerap mendapatkan penghargaan baik di dalam maupun luar negeri, termasuk buku "Mantel Emas" yang mendapat penghargaan "Authors Award -- Samsung KidsTime di Singapura pada tahun 2017. Penghargaan ini adalah inisiatif bersama antara National Book Development Council of Singapore (NDCCS) dan Samsung Electronics yang memilih buku bacaan anak dari negara -- negara ASEAN terbaik dan dibukukan secara digital untuk platform Samsung KidsTime, sehingga konten lokal dan regional dalam bahasa aslinya dapat menjangkau khalayak yang lebih luas di Asia Tenggara.

Buku -- buku bacaan anak berkualitas, yang salah satunya diterbitkan dari penerbit ini juga mengingatkan saya pada riset Inovasi, hasil penilaian membaca kelas awal nasional (EGRA, USAID/ RTI, 2014) yang dilaksanakan di tahun 2014. 

Di mana penelitian tersebut menunjukkan hanya 47 persen siswa kelas dua SD yang dapat membaca dengan lancar dan mengerti artinya; yang berarti mereka layak melanjutkan ke kelas tiga. Di wilayah Indonesia timur (Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua), angka ini hanya menyentuh 23 persen.

Temuan Inovasi antara lain, yang pertama kurangnya kurikulum atau kompetensi guru untuk mengajar membaca di kelas awal, karena keliru berasumsi bahwa semua anak yang masuk kelas satu SD sudah bisa membaca; kedua rendahnya mutu kompetensi mengajar dan keterampilan tentang bagaimana mengajarkan membaca dan literasi; dan ketiga. 

Terbatasnya akses ke materi bacaan yang tepat, terutama siswa di wilayah terpencil, tapi juga di seluruh negeri secara umum. Tidak ada buku bacaan anak yang cukup menarik dan tepat usia (buku bacaan berjenjang) yang tersedia di negeri ini. Terlebih lagi, anak-anak yang tidak memiliki kemampuan membaca dasar di kelas awal akan tertinggal dari teman-teman mereka -- tanpa pernah bisa mengejar ketertinggalannya. Mereka akan sulit memahami pelajaran di kelas yang lebih tinggi.

"Bapaaaak, jangan tidur!" celutukan anak saya membuat saya terbangun dari membaca lantang saya yang mulai ngawur. Ternyata sembari membacakan buku padanya, saya didera kantuk tak tertahankan. 

Mantel Emas kecil dan ibunya tinggal di hutan Papua, bersama banyak hewan dan tanaman menakjubkan. Sebagaimana kanguru lain, waktu kecil Mantel Emas tidur di kantong ibunya. Ia juga mengumpulkan benda-benda cantik dari hutan dan menyimpan di kantong tidurnya. Suatu hari, ibu melarang Mantel Emas tidur di kantongnya. Ia sedih, kenapa tak boleh lagi tidur di kantong ibunya ?

Itu adalah bangunan kisah dari buku anak tentang Mantel Emas yang membuat anak saya begitu tertarik ingin bertemu Kanguru Pohon. Mantel Emas adalah hewan mamalia, dan seperti yang kita ketahui, hewan mamalia merupakan hewan yang paling adaptif dan dapat ditemukan di setiap benua dan samudra. Ukuran mamalia juga sangatlah beragam, mulai dari kelelawar yang ukurannya sangat kecil sampai paus biru yang sangat besar.

Tanah Papua sendiri menempati peringkat tiga dalam jumlah mamalia yang hidup di daerahnya. Secara lengkap, jumlah jenis mamalia di Indonesia adalah 268 jenis di Kalimantan, 257 jenis di Sumatra, 241 jenis di Papua, 207 jenis di Sulawesi, 193 jenis di Jawa, 149 jenis di Maluku, dan 125 jenis di Nusa Tenggara (LIPI, 2014).

Sayangnya, banyak dari hewan ini yang mengarah pada kepunahan. Menurut Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation Nature and Natural Resources) tercatat bahwa di Indonesia terdapat 23% jenis mamalia dan 12% jenis burung masuk dalam kategori terancam punah. Salah satu penyebabnya adalah akibat rusaknya habitat hewan, yang bisa disebabkan oleh gaya hidup konsumtif yang tidak ramah lingkungan, penggunaan plastik atau kaleng yang berlebihan, pemborosan air, dan pemakaian energi yang tidak bijak, belum lagi misal pada Papua, hutan -- hutan yang dialih fungsikan menjadi lahan perkebunan industri.

Kanguru Pohon Mantel Emas merupakan hewan marsupial (berkantung) yang berukuran 41-77 cm dengan panjang ekor 40-87 cm dan berat badan 14,5 kg. Kanguru pohon mantel emas ditemukan di hutan tua Papua dan dulu pernah dianggap telah punah. Ciri- ciri hewan ini adalah memiliki rambut halus pendek yang berwarna coklat muda keemasan dan berwarna kuning pucat di bagian perut.

Pada ekspedisi survei mamalia di Mamberamo -- Area Foya, pada tahun 2005, sebuah tim kolaborasi yang berasal dari Universitas Papua, Universitas Harvard dan Konservasi Internasional berhasil mengamati kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus).

Keberadaan spesies ini dilaporkan oleh Dr. Jared Diamond, pada tahun 1981 dan menjadi pembicaraan para ahli mamalia selama 25 tahun. Kanguru pohon mantel emas yang berstatus hampir punah ini tercatat sebagai penemuan pertama (first record) untuk wilayah Indonesia.

"Wah kanguru pohonnya berkantung, bisa buat sembunyikan permen" kata anak saya kembali, yang mau tak mau membuat pecah tawa saya dibuatnya. Hilang sudah rasa kantuk yang awalnya datang.

Selepas itu, kami pun saling berbagi tentang beragam jenis hewan yang tinggal di hutan Papua dan kembali mengingat pengalaman beberapa waktu lalu berkeliling ke taman wisata alam di kilo 17 -- Sorong. Menikmati perjalanan di alam dan mengenal banyak pohon, termasuk beragam jenis anggrek. Dalam perjalanan kami juga menemukan laba -- laba berwarna merah biru dan bertanduk, yang indah sekali dilihat.

Senang rasanya anak saya sedari kecil mulai mempelajari ada hewan apa saja yang hidup di hutan-hutan Papua. Tentu saja, pengenalan awal ini semoga membuatnya selalu ingin tahu apakah hewan tersebut ada, dilindungi dan ini berarti alamnya perlu dijaga. Habitat hewan tersebut adalah hutan, sehingga semoga ia mengerti bahwa hutan di Papua perlu dijaga, dan rawat oleh kita semua. (End)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun