Selain itu ada Prof. Dr. Wigati Yektiningtyas, M.Hum, seorang pengajar pada FKIP Universitas Cenderawasih sejak tahun 1987. Kariernya diawali sebagai guru bahasa Indonesia bagi para ahli bahasa dari berbagai negara di Summer Institute of Linguistics Jayapura pada 1986-1987. Hal ini yang  membuatnya menaruh perhatian besar pada linguistik dan foklor di Papua. Beliau menyelesaikan seluruh pendidikan tingginya di Univeristas Gadjah Mada, yaitu Sarjana Muda Sastra Inggris (1981-1984), Sarjana Sastra Inggris (1984-1986), S2 Pengkajian Amerika (1996-1998), dan S3 Jurusan Ilmu Sastra (2004-2007).  Ia menulis antara lain buku Burung Cenderawasih dan Burung Gagak (2011), Konamino: Asal Mula Anjing di Kampung Weriagar(2011), Pohon Mangi-mangi dan Pohon Masoi(2011), Kumpulan Cerita Rakyat Sebyar dan Sumuri (2011), Ebi dan Kandei (2018), Asal Mula Nama Kota Abepura(2018), Perjalanan Masyarakat Heram ke Danau Sentani (2018), dan Burung Kasuari dan Burung Pipit (2018).
Penelusuran lainnya membuat saya bertemu dengan salah satu penulis buku bacaan anak dari Manokwari, yang juga produktif. Yaitu Ibu Margried Pondajar, kelahiran Manokwari, Papua Barat. Â Sejak lahir sampai bersekolah SD sampai SMA di Manokwari. Kemudian ia berkuliah di FKIP Universitas Cenderawasih-Jayapura dan melanjutkan pendidikan S2-nya di Universitas Negeri Surabaya dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Margried Pondajar berlatar belakang sebagai guru. Ia merasa wawasan untuk menulis mulai terbuka ketika kembali berkuliah di Surabaya, karena banyak dosen luar biasa yang mengajar dan membimbingnya. Ada tiga orang dosen yang berpengaruh baginya dan membuatnya memilih terus menulis, mereka itu antara lain Prof. Dr. Haris Supratno dan Prof Dr. Setya Yuwana, MA serta Prof Dr. Suyatno M.Pd.
Ia pun menulis banyak buku bacaan anak bergambar yang bersumber dari cerita rakyat. Antara lain ada "Fabel Suku Mpur, Kab. Tambrauw" "Si Kembar Mui dan Miyepa" "Kisah Burung Pipit dan Kasuari" "Tumbi si Pemburu Ulung" "Ariai Dongeng Klasik Sobey Kabupaten Teluk Wondama PB"Â "Putri Duyung dan Isaiyori "Kakek Ineisudga Yang Penyayang" Tuai dan 7 Bidadari" "Pemuda Ajaib" "Dongeng Arfak Hattam" Â "Cerita Klasik Suku Arfak Meyah Seri 1 dan 2"Â - dan bagai buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya, kegemaran menulis pada dirinya pun berlanjut pada sang anak. Salah seorang anak dari Margried Pondajar ikut menulis buku bacaan anak bergambar, salah satunya berjudul "Kasuari, Ksatria Berkaki Kokoh"
Tentu saja di luar sana masih banyak penulis bacaan anak yang tinggal atau berasal dari Papua yang perlu kita  ketahui. Misalnya Dzikry el Han, Enda Kaban, Floranesia Lantang, Henderite L. Ohee, Iriani Wanma dan yang lainnya. Saya pun membayangkan jika kita ingin agar anak-anak kita menjadi pembaca yang rajin, maka kita perlu menjadi teladan sekaligus menjadi teman membaca mereka. Terlebih, "tidak ada anak yang lahir suka baca. Ia dilatih, dibentuk" begitu ungkap Adian Cambers, seorang penulis asal Inggris.
Dengan demikian penting untuk mengenal para penulis bacaan anak dari Papua beserta karya-karyanya. Termasuk memberi contoh mengapreasiasi karya para penulis ini dengan membeli buku-buku yang mereka tulis. Membacanya bersama anak-anak, membagikan kegemaran membaca sehingga menjadi dukungan pada apa yang dikerjakan oleh para kreator, para penulis. Semoga dengan begitu harapan hadirnya sebuah masyarakat yang peduli pada buku bacaan, serta menjadi bangsa pembaca bisa sama-sama kita wujudkan.