Selain itu, buku ini menghadirkan suasana pada sebuah kampung di Papua, tepatnya di daerah Teluk Wondama, daerah di mana kampung Yende merupakan kampung sang penulis yang membawakan konteks jaman tersebut pada kita sekarang.
Saya pun segera membayangkan kehidupan Yanes dan keluarganya, begitu dekatnya mereka pada alam, dan betapa melimpahnya beragam jenis ikan di lautnya.
Yanes dari penakut, menemukan cara dan kejadian yang akhirnya membuatnya menjadi berani. Ternyata rasa takut bisa jadi lebih besar dari apa yang ia alami, dan ia berhasil mengalahkan rasa takutnya.
Lewat buku ini juga, penulis seolah mengkampanyekan literasi karena pada salah satu adegan dalam buku, kita melihat Yanes mendapat hadiah dari orang tuanya, berupa buku. Sebuah kampanye literasi yang menarik, hadir pada buku ini sebagai contoh.
Kita juga bisa berkenalan dengan seorang penulis asal Papua. Sependek pengetahuan saya, buku cerita anak yang berlatar Papua, begitu sedikit penulis dari Papua yang menulisnya. Besar dugaan saya, Pak C. Akwan adalah salah satu pionir penulis cerita anak dari Papua.
Akhirnya, saya percaya tidak hanya anak-anak, tapi orang dewasa pun dapat larut membaca dan bisa belajar banyak dari cerita ini.
Malam itu, sebelum menguap panjang dan menutup mata cepat dan tertidur Yanes pun berdoa, Tuhan, diamlah dalam hati tetanggaku! Tuhan, diamlah dalam hari ayah dan ibu serta kakak-kakakku!
Tuhan, diamlah dalam hatiku!
**
Judul : Yanes, Penakut yang Menjadi Pemberani
Penulis : C.Akwan
Terbit : 1982
Penerbit : Dep. P dan K (Inpres No.4 tahun 1982)
32 Halaman