Mohon tunggu...
Dayu Rifanto
Dayu Rifanto Mohon Tunggu... Dosen - @dayrifanto | Membaca, menulis dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mahasiswa S3 Pendidikan Masyarakat. Mempunyai ketertarikan yang besar pada isu literasi anak, remaja dan pendidikan masyarakat. Dapat dihubungi melalui dayurifanto@gmail.com | linktr.ee/dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jangan Panggil Aku Guru

13 Oktober 2021   08:17 Diperbarui: 13 Oktober 2021   08:39 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Aduh, sudah dua bulan (gaji) belum keluar, kami makan apa?” 

Dua tahun berturut-turut, pada 2020 dan 2021, buku yang ditulis oleh guru di Kabupaten Keerom dan Kabupaten Mappi-Papua, masuk dalam nominasi karya terbaik dari Kusala Sastra Khatulistiwa. Kusala Sastra Khatulistiwa adalah sebuah ajang penghargaan bagi dunia kesusastraan Indonesia dan mulai dilaksanakan sejak tahun 2001. 

Penghargaan ini sebelumnya bernama Khatulistiwa Literary Award, tetapi berganti nama sejak tahun 2014. Kedua buku tersebut, yang pertama adalah karya Gody Usnaat, seorang guru di Kampung Semografi, Distrik Web, Keerom. 

Ia menulis buku puisi “Mama Menganyam Noken” yang diterbitkan oleh penerbit Papua Cendekia pada tahun 2019. Dan buku  lainnya adalah kumpulan cerita pendek dengan judul “Anak-anak Asli Mappi” karya Casper Aliandu, guru di Kabupaten Mappi, diterbitkan oleh Indonesia Tera pada tahun 2020.

Casper merupakan nama pena dari Carolus Petrus. Di bidang puisi, Casper sempat menjadi finalis sayembara sastra Bunga Tunjung Biru (2017), juara 1 cipta puisi kategori 2 tingkat nasional Festival Sastra dan Bahasa Universitas Brawijaya, Malang (2017), puisinya masuk dalam antologi Tiga Dermaga dan Bintang di Pulau Garam (puisi pilihan sayembara sastra bunga, 2017), Simfoni (Malang, 2017) dan ia juga pernah menerbitkan buku puisi tunggal dengan judul Lihat, Dengar & Rasa (2017) dan SAINS (Sastra Akan Ikut Napas Sains/Sains Akan Ikut Naluri Sastra, 2017).

Menjadi guru di Mappi adalah sebuah pilihan yang ia tempuh, sebab dengan begitu ia merasa akan punya (banyak) waktu untuk menulis. Dan pilihan ini menghadirkan beragam kisah. 

Hal unik lainnya adalah beragam judul dalam buku ini menggunakan inspirasi dari kaos yang dipakai murid-muridnya saat datang bersekolah. Mereka gunakan kaos karena tak mampu membeli seragam. Walau rasanya kok bisa ya, tulisan-tulisan di kaos  bisa dirangkai menjadi judul-judul begitu spesifik, dan unik?

Pada buku ini, kita bisa membaca persoalan sederhana sehari-hari di Mappi, melalui kacamata Pak Guru Casper. Walau ia merasa tak layak dipanggil menjadi guru, juga merasa belum pantas menjadi pengajar, karena masih merasa kurang ajar, begitu tulisnya. 

Casper membawa kita menemui persoalan pendidikan, pembangunan, persoalan kesetaraan juga kesehatan dan rupa lainnya. Walau bisa dibilang, rasanya bobot tema pendidikan dan pembangunan menjadi sentral dalam tulisan  pergulatan sehari-hari Casper di kampung.

Melalui isu pendidikan, dalam kisah“We started with trust” ia membawa kita pada pilihan pendidikan menjadi satu-satunya jalan bagi murid-muridnya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, tidak ada jalan lain selain belajar sungguh, bertekun melatih pemikiran, perasaan dan perilaku.

Di satu sisi hadir keyakinan pendidikan menjadi jalan satu-satunya, di lain sisi kita akan membaca beragam kisah (klasik) pendidikan yang seperti mengulang atau memperkuat hasil kajian Papua LIPI di tahun 2009 dalam buku “Masalah Pendidkan dan Kesehatan di Papua”, misalnya dengan permasalahan pembayaran gaji-gaji terlambat, guru sedikit saja ada di kampung. “Bahan makanan telah habis dan saya harus bertapa di atas ketinting selama satu jam serta menghabiskan jarak sekitar 30 kilometer demi jaringan telepon. Apa hubungan makanan dan jaringan telepon? Hubungan yang sangat erat bagaikan saudara. Komunikasi melalui telepon untuk memastikan gaji. Tanpa gaji maka tidak ada bahan makanan. Tidak ada bahan makanan, bisa gigit jari. Aduh, sudah dua bulan belum keluar, kami makan apa?”Sehingga membuat Pak Guru  mesti mengutang ke mama di kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun