Mohon tunggu...
Kabar Kalimantan
Kabar Kalimantan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Agah kampong

Agah kampong adalah media sosial Informasi layanan publik merupakan situs berita independen terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, lingkungan, sosial dan budaya secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asal Usul Perkembangan Sub Suku dayak bakati kalimantan

26 Juli 2021   18:19 Diperbarui: 17 Januari 2023   17:36 3467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berladang merupakan tradisi adat dan budaya kearifan lokal terutama
"Bagi suku dayak bakati benua "sara.
desa pisak kecamatan tujuh belas kabupaten bengkayang kalimantan barat."

saat mau membuka ladang harus mempunyai urutan dan tahap tahap rangkaian aturan adat tradisi yang harus dilaksanakan."
"Tak bisa dipungkiri bahwa perladangan berpindah memang upaya pertanian tradisional di wilayah adat, namun pembakaran dilakukan dengan tata cara disertai hukum adat untuk warga yang melanggar aturan. Pembukaan lahan dan perladangan di kampung adat luasnya sangat terbatas dan terkendali, karena mengikuti aturan turun temurun. Para peladang tradisional sudah mahir menerapkan teknik membakar yang aman mengikuti kearifan nenek moyang yang tersirat dalam hukum adat.

Bagi Suku Dayak bakati benua sara terutama dusun segonde desa pisak kecamatan tujuh belas kabupaten bengkayang kalimantan barat misalnya."

"berladang bukan sekedar bercocok tanam saja melainkan ada unsur ritual yang sakral didalamnya." Orang Dayak asli dalam adat-istiadatnya, mengenal sistem berladang yang biasa disebut "bauma / nuan (berladang membuka hutan)" berladang satu kali panen dalam setahun. Pada saat proses perladangan dimulai, Suku Dayak bakati melaksanakan beberapa tahapan acara adat-istiadat.
Orang Dayak saat melakukan perladangan tidak sendiri-sendiri, tetapi membentuk kelompok-kelompok yang disebut "pangari, (gotong royong)

Urutan Adat dan tradisi kearifan lokal."
Berikut ini deretan Peribahasa lokal." seperti
"Matok / patok." membuat tanda atau batas artinya meminta izin kepada leluhur ingin mengerjakan hutan atau tanah baru untuk berladang
"Nguma : membersihkan belukar di area ladang yang mau digarap
"Nabut : menebang pohon
"Najak : memotong cabang pohon yang tumbang dijadikan hamparan ranting ranting
"Ngerais : dalam bahasa lokal dayak bakati adalah sekat bakar, membuat batas api atau jalan di sekeliling ladang agar tidak merembes ke hutan lain ketika dibakar

Pembuatan sekat bakar dilakukan sebelum tahap pembakaran dilakukan, dengan cara membersihkan sekeliling ladang dari semak, Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perembetan api ke ladang yang bersebelahan dengan ladang yang akan dibakar. Untuk mencegah agar api tidak menjalar ke daerah yang tidak diingini atau yang mereka lindungi.

Pembakaran biasanya melibatkan orang lain yang memiliki pengetahuan khusus untuk membalikkan arah angin saat api tidak terkendali. Angin yang berhembus dengan kencang memang mempermudah pembakaran. Akan tetapi jika angin kencang dan berhembus tidak ke arah yang tak diinginkan tentu akan merepotkan peladang. Pada umumnya pembakaran dilakukan pada siang hari saat matahari terik dan sebelum pulang si petani memastikan api sudah padam.

"Nyau adalah bakar / membakar

"Natak : mengumpulkan sisa kayu atau ranting ranting yang tidak habis terbakar oleh api untuk dibakar kembali

"Nuruk : artinya nuggal / menuggal
"Mudu'k : artinya merumput.

"Tradisi ritual adat ngabiongk
Adat Ngabiongk #ngabiongk adalah ritual adat untuk menempatkan atau memangil semangat padi agar padi tumbuh subur serta tidak diganggu oleh hama atau binatang dan meminta doa kepada petara/ jubata atau tuhan agar bisa mendapatkan panen yang berlimpah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun