Mohon tunggu...
Dayah -
Dayah - Mohon Tunggu... -

Didalam setiap kata menyimpan banyak makna, tapi kadang kata hanya lah sebatas kata :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja

27 Februari 2016   14:59 Diperbarui: 27 Februari 2016   15:30 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembayung senja terlihat indah.

Warna nya yang orange, terlihat hangat.

Namun hati ku beku.

Aku benci, kadang marah yang teramat marah.

Seperti pekat yang membuat senja tak lagi indah.

Keadaan menawarkan ku dua pilihan.

Pilihan yang apapun akan ku ambil.

Akan membuat senja tak lagi indah.

 

Aku menatap senja ku nan indah.

Namun ia tak bisa ku gapai.

Kemudian ku menoleh tanah yang ku pijak.

Yaa, aku ingin langit.

Tapi waktu menyadarkan ku, 

aku perpijak pada tanah.

 

Dan kamu yang ku mau, adalah langit.

Langit yang hanya akan bisa ku tatap.

Ketika langit ku berwarna orange, 

disitu lah bahagia ku.

 

Bisa kah kamu menjadi tanah yang ku pijak.

Agar mudah ku gapai.

Ahhh, bukan kah sesuatu yang mudah cepat sirna.

Aku tak mau engkau sirna.

 

Tahu kah kamu, tanah yang ku pijak tak bisa membuat ku bahagia.

Aku ingin pergi dari pijakan ku sekarang.

Tapi tanah ini seakan mencengkeram ku.

Tak sudi membiarkan kaki ku melangkah pergi,

Apa lagi pergi ke langit yang ku mau.

 

Lalu harus bagaimana kah aku.

Berdiri pada tanah yang mencengkeram kaki kaki ku, 

Sambil terus memandang senja?

Memandang bahagia ku?!

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun