"Misbah Belgi gantian dong"( kataku).digantilah oleh mereka berdua sampai pos ke3, dan disanalah kita beristirahat sejenak hanya untuk menghilangkan rasa haus kami dan kondisinya Fawaid sudah agak membaikan kita lanjutkan perjalan kita sampai puncak.
“Untung Lo tadi gak Sampek pingsan,klok Lo pingsan siapa yang akan gendong Lo Sampek puncak heeeee....."Ucap Faqih.“ya klok gue pingsan kan ada Abang gue“ Fawaid cengingisan sambil melihat ke arah gue .“aku” Ucap aku, “heeeee“fawaid tertawa kecil.
“Lagian kok bisa sih kamu gitu?” Tanya Faqih.
“Jadi gini tadi tuh entah kenapa kepalaku tuh puying banget tiba tiba udah jatoh” Jawab Fawaid menjelaskan semuanya.
“ooo itu, iya memang makin ke atas bau belerang itu memang makin nyesek ” Tegurku.
“lain kali bawa Masker.” Ucap Faqih. “wes udah ,” Jawabku
Setelah udah merasa cukup beristirahat kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Udara sudah semakin dingin. Aku mulai menggigil, aku memang tidak kuat dengan udara dingin. Bibirku memucat, hidungku teras begitu sakit. Aku benar-benar kedinginan. Hosen pun mengeluarkan selimut dari tasnya. Fawaid dan Hosen mulai memelukku untuk menghangatkanku.
“lo, kamu gak apa-apa kan? Kamu masih kuat?” Tanya Hosen.
“Gak apa-apa kok aku masih kuat, lagian aku udah gak terlalu kedinginan kok,” Jawabku.
“Kamu yakin Dawil?” Tanya Fawaid, yang begitu cemas.
“Yakin, ayo kita lanjut lagi,” Jawabku dengan penuh semangat.