Mohon tunggu...
Davina Az Zahra
Davina Az Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik dengan kehidupan sosial di masyarakat dan ingin belajar banyak bahasa di dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial di Era Digital: Dampak Penggunaan Aplikasi Twitter Terhadap Perilaku Sosial Remaja

30 Maret 2024   22:54 Diperbarui: 30 Maret 2024   23:00 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan kehidupan manusia di Bumi tak terelakkan seiring dengan arus perubahan zaman dan pengaruh globalisasi yang semakin meluas. Globalisasi, sebagai proses integrasi ekonomi, sosial, budaya, dan politik antar negara di seluruh dunia, telah mengubah tatanan kehidupan manusia dengan cara yang signifikan. Salah satu aspek utama dari globalisasi adalah adopsi dan penyebaran teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan interaksi lintas batas secara cepat dan efisien. Dengan internet dan media sosial, orang-orang dapat terhubung dengan mudah tanpa memandang jarak geografis, memungkinkan pertukaran ide, informasi, dan budaya secara tak terbatas.

Dalam hal berpakaian, globalisasi telah membawa perubahan dramatis dalam gaya dan tren fashion di seluruh dunia. Permeabilitas budaya melalui media massa dan industri fashion internasional telah menghasilkan penyebaran cepat gaya busana dari satu negara ke negara lainnya. Hal ini telah menciptakan identitas fashion global yang semakin terlihat, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang budaya mengadopsi atau memodifikasi gaya pakaian sesuai dengan tren internasional. Selain itu, fenomena fast fashion dan produksi massal telah mempercepat siklus mode, menyebabkan konsumsi pakaian yang lebih cepat dan seringkali lebih berlebihan.

Selain itu, dalam hal komunikasi, globalisasi telah mengubah cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Teknologi komunikasi seperti ponsel pintar dan aplikasi pesan instan telah memfasilitasi komunikasi lintas batas secara instan, menghapuskan hambatan geografis dan waktu. Fenomena ini telah memengaruhi budaya komunikasi manusia, terutama di kalangan generasi muda yang lebih terbiasa dengan teknologi. Kini, komunikasi tidak lagi terbatas pada percakapan langsung atau surat-menyurat, melainkan juga melalui platform daring yang memungkinkan berbagi pesan, foto, dan video dengan cepat dan mudah.

Teknologi telah memainkan peran besar dalam meningkatkan kemampuan manusia untuk bertahan hidup. Dengan adanya kemajuan dalam bidang medis, pertanian, dan teknologi energi, manusia memiliki akses yang lebih besar terhadap perawatan kesehatan yang lebih baik, makanan yang lebih aman dan berkualitas, serta sumber energi yang lebih efisien. Globalisasi telah mengubah cara manusia berkomunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi, seperti internet dan media sosial, memungkinkan orang untuk terhubung dengan mudah tanpa terbatas oleh batas geografis. Hal ini telah menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih cepat dan lebih terbuka, memungkinkan pertukaran ide, informasi, dan budaya secara instan di seluruh dunia.

Komunikasi yang berkembang pesat tersebut dibuktikan dengan adanya media sosial. Media sosial adalah platform online yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi, berbagi konten, dan terhubung dengan orang lain melalui internet. Media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari banyak orang di seluruh dunia yang digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga, berbagi pemikiran dan ide, mendapatkan berita dan informasi terbaru, mempromosikan bisnis, serta menyampaikan pesan politik dan sosial.

Namun, media sosial juga memiliki dampak yang kompleks dan terkadang kontroversial. Beberapa kekhawatiran yang sering muncul termasuk penyalahgunaan informasi, privasi pengguna, perundungan daring, serta dampak negatif pada kesehatan mental. Seiring perkembangan teknologi dan perubahan sosial, media sosial terus berubah dan menjadi subjek diskusi yang penting dalam budaya dan politik kontemporer.

Salah satu media sosial yang ada sekarang dan banyak sekali remaja yang memakai aplikasi tersebut adalah Twitter atau yang sekarang kita sebut dengan X. Twitter adalah platform media sosial yang memungkinkan pengguna untuk berbagi pesan singkat yang disebut "tweets." Tweets biasanya memiliki batasan 280 karakter, meskipun sebelumnya batasan tersebut hanya 140 karakter. Twitter merupakan salah satu platform yang sangat populer di seluruh dunia dan digunakan untuk berbagai tujuan. Salah satunya di kalangan para remaja di Indonesia saat ini.

Para remaja di Indonesia menggunakan aplikasi twitter sebagai sarana berkomunikasi jarak jauh, di dalam aplikasi tersebut kita bisa dengan mudah mendapatkan teman jika kita mengetahui bagaimana cara mengatur beranda pada akun twitter kita. Selain itu informasi atau berita juga dengan mudah menyebar ke khalayak masyarakat karena jangkauannya cukup luas dan mudah diakses. Dengan sebab itu twitter juga sering menjadi sarana atau platform digital yang digunakan untuk promosi oleh beberapa akun atau kepentingan yang ingin mendapatkan keuntungan. Bahkan aplikasi ini juga sering dijadikan diskusi publik dan juga tempat kampanye bagi tokoh politik karena banyak digunakan oleh remaja atau generasi Z.

Beberapa Alasan mengapa remaja Indonesia menggunakan aplikasi Twitter:

1. Koneksi dengan teman: Remaja menggunakan Twitter untuk terhubung dan berkomunikasi dengan teman-teman mereka serta anggota keluarga yang lain. Mereka dapat saling berbagi pemikiran, pengalaman, dan informasi melalui platform ini.

2. Mendapatkan informasi terkini: Twitter merupakan sumber utama informasi terkini bagi remaja Indonesia. Mereka menggunakan aplikasi ini untuk mendapatkan berita, tren terbaru, dan pembaruan tentang topik yang mereka minati, baik itu politik, hiburan, atau hal-hal lainnya.

3. Mengekspresikan pendapat: Remaja menggunakan Twitter sebagai wadah untuk mengekspresikan pendapat mereka tentang berbagai isu sosial, politik, dan budaya. Mereka dapat berdiskusi, berdebat, dan berbagi pandangan mereka dengan orang lain di platform ini.

4. Mendukung gerakan sosial: Twitter sering digunakan oleh remaja Indonesia untuk mendukung gerakan sosial atau kampanye tertentu yang mereka anggap penting. Mereka dapat menggunakan tagar atau retweet untuk menyebarkan kesadaran atau memobilisasi dukungan untuk suatu tujuan.

5. Mengikuti tokoh idola: Remaja sering mengikuti akun Twitter tokoh-tokoh publik, selebriti, atau idola mereka untuk mendapatkan pembaruan tentang kegiatan mereka, foto, atau pemikiran yang mereka bagikan.

6. Membangun jejaring dan koneksi: Twitter memungkinkan remaja untuk membangun jejaring dan koneksi dengan orang-orang baru yang memiliki minat atau tujuan yang sama. Mereka dapat bergabung dalam komunitas atau grup diskusi untuk berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki minat yang serupa.

7. Mencari hiburan: Remaja menggunakan Twitter sebagai sarana hiburan dengan melihat meme, video lucu, atau konten-konten kreatif lainnya yang diposting oleh pengguna lain di platform ini.

8. Pencarian informasi pendidikan: Twitter juga digunakan oleh remaja untuk mencari informasi terkait pendidikan, seperti tips belajar, informasi perguruan tinggi, atau berbagi sumber belajar.

9. Mengembangkan keterampilan digital: Penggunaan Twitter membantu remaja mengembangkan keterampilan digital mereka, seperti menulis dengan singkat dan jelas, memahami tren online, atau memahami dinamika media sosial.

10. Mengikuti kompetisi dan acara: Beberapa remaja menggunakan Twitter untuk mengikuti kompetisi atau acara tertentu yang diselenggarakan secara online. Mereka dapat mengikuti update terkait acara tersebut dan berpartisipasi dalam diskusi atau kompetisi yang diadakan melalui Twitter.

Tetapi dengan banyaknya keuntungan serta hal positif dalam aplikasi tersebut, tentu juga banyak sekali dampak negatif yang bisa didapatkan saat menggunakan media sosial tersebut. Salah satunya adalah bahayanya pemalsuan umur pada platform twitter. Pemalsuan umur dapat menjadi bagian dari upaya untuk memalsukan identitas seseorang di platform Twitter. Orang yang melakukan pemalsuan umur bisa saja mengaku lebih tua atau lebih muda dari usia sebenarnya untuk berbagai alasan, seperti menghindari pembatasan usia atau menarik perhatian dari target tertentu.

Pemalsuan umur dapat membuka pintu bagi eksploitasi atau grooming anak-anak dan remaja di platform Twitter. Anak-anak dan remaja yang berpura-pura lebih tua dari usia sebenarnya dapat menjadi target pemikiran dan tindakan yang tidak aman dari pihak lain di platform. Meskipun Twitter memiliki kebijakan yang melarang pemalsuan umur, pengawasan terhadap praktik ini mungkin tidak selalu efektif. Hal ini dapat memungkinkan pemalsuan umur untuk terus terjadi tanpa terdeteksi, mengakibatkan penyalahgunaan dan risiko bagi pengguna yang lebih muda.

Masalah konten negatif yang muncul di beranda pengguna Twitter memang menjadi salah satu tantangan yang signifikan dalam pengelolaan pengalaman pengguna di platform tersebut. Meskipun Twitter telah menyediakan berbagai fitur untuk membantu pengguna mengontrol dan menyaring konten yang mereka lihat, seperti muted words dan block, namun hal ini tidak menjamin bahwa konten yang tidak diinginkan sepenuhnya dapat dicegah dari beranda pengguna.

Dampak dari konten negatif yang tidak diinginkan ini bisa sangat merugikan. Konten yang merugikan bisa berupa pembicaraan yang bermuatan kebencian, informasi palsu atau hoaks yang menyesatkan, serta komentar yang mengganggu atau mengintimidasi. Konten semacam ini tidak hanya dapat mengganggu kesejahteraan mental pengguna, tetapi juga dapat memicu konflik dan perpecahan di antara komunitas. Selain itu, penting bagi pengguna untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya konten negatif dan pentingnya praktik yang aman dan bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial. Ini melibatkan mengembangkan kemampuan untuk mengenali dan menghindari konten yang merugikan, serta berpartisipasi aktif dalam membangun lingkungan online yang lebih positif dan mendukung.

Bagi para remaja di Indonesia, masa remaja seringkali menjadi periode yang menantang dan penuh dengan perubahan. Ini adalah masa di mana mereka mengalami masa pubertas, di mana tubuh dan emosi mereka mengalami transformasi yang signifikan. Selain itu, masa remaja juga merupakan waktu di mana mereka mulai mencari jati diri mereka sendiri, menjelajahi minat, nilai, dan identitas mereka. Dalam usaha mencari identitas ini, para remaja sering kali dipenuhi dengan keingintahuan yang besar tentang dunia di sekitar mereka. Mereka ingin mengetahui lebih banyak tentang segala hal, mulai dari topik akademis hingga hal-hal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan perkembangan sosial. Namun, di tengah keingintahuan ini, seringkali juga muncul rasa percaya diri yang berlebihan, di mana para remaja merasa sudah cukup dewasa untuk melakukan banyak hal tanpa adanya kontrol atau bimbingan dari orang tua mereka.

Namun, di balik dorongan untuk mengeksplorasi dunia di sekitar mereka, seringkali terjadi konflik antara keinginan untuk mandiri dan kemandirian yang sebenarnya belum sepenuhnya matang. Remaja cenderung merasa bahwa mereka sudah cukup umur untuk mengambil keputusan sendiri tanpa campur tangan orang tua mereka. Mereka mungkin merasa frustrasi dengan batasan yang diberlakukan oleh orang tua, yang dianggap sebagai hambatan dalam proses pencarian jati diri mereka. Seiring dengan itu, pandangan mereka tentang dunia seringkali masih terbatas dan belum matang, sehingga mereka rentan terhadap pengaruh negatif dari lingkungan sekitar, termasuk media sosial dan teman sebaya.

Hal ini mengacu atau berdampak kepada perilaku sosial para remaja. Media sosial memberikan pengaruh buruk terhadap perilaku sosial para remaja melalui berbagai mekanisme yang dapat mengganggu kesejahteraan mental dan hubungan antarindividu. Pertama, penggunaan media sosial yang berlebihan seringkali memicu perasaan tidak puas dan rendah diri karena remaja cenderung membandingkan diri mereka dengan gambaran kehidupan sempurna yang ditampilkan di platform tersebut. Hal ini bisa meningkatkan kecemburuan sosial dan rasa tidak percaya diri, serta mengganggu perkembangan identitas diri yang sehat.

Kedua, fenomena cyberbullying juga menjadi masalah serius di media sosial, di mana remaja rentan menjadi korban intimidasi dan pelecehan verbal. Ini dapat menyebabkan dampak psikologis yang signifikan, termasuk depresi, kecemasan, dan isolasi sosial. Terakhir, media sosial juga memicu gangguan tidur karena remaja seringkali tergoda untuk tetap terhubung dengan platform tersebut hingga larut malam. Gangguan tidur ini dapat mengganggu kinerja akademik, kesehatan mental, dan interaksi sosial langsung, menyebabkan penurunan kualitas hidup remaja secara keseluruhan.

Selain menjadi tempat untuk berinteraksi dan berbagi informasi, aplikasi Twitter juga bisa menjadi sumber gambaran hal-hal negatif bagi para remaja. Melalui Twitter, remaja dapat terpapar dengan berbagai konten yang mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai positif atau norma-norma sosial yang sehat. Salah satu contoh yang mencolok adalah adanya hate comments atau komentar berbentuk kebencian yang tersebar di platform tersebut. Paparan terhadap konten negatif semacam ini dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku remaja, terutama karena masa remaja seringkali merupakan masa pencarian identitas di mana mereka rentan terhadap pengaruh lingkungan sekitar, termasuk media sosial.

Dalam upaya untuk merasa diterima atau diakui oleh kelompok sebaya, para remaja mungkin merasa tertarik untuk meniru atau mencontoh perilaku yang mereka lihat di Twitter, termasuk penggunaan kata-kata yang tidak pantas atau komentar yang bernada negatif. Mereka mungkin menganggap bahwa melakukan hal-hal seperti itu dianggap keren atau populer di kalangan teman-teman mereka, tanpa menyadari dampak negatif yang sebenarnya dari tindakan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyebaran budaya toksik di antara remaja, di mana norma-norma destruktif atau tidak sehat menjadi semakin tersebar dan diterima.

Fenomena menurunnya minat bersosialisasi remaja di lingkungan sekitar atau tempat tinggal karena keterbiasaan atau kenyamanan dengan pertemanan di media sosial telah menjadi salah satu dampak negatif yang signifikan dari penggunaan media sosial. Remaja cenderung terpaku pada interaksi virtual melalui platform seperti Twitter, yang menawarkan kenyamanan dan kemudahan akses tanpa harus meninggalkan rumah atau menghadapi tantangan sosial dalam kehidupan nyata. Ketika mereka semakin terfokus pada interaksi daring, minat mereka terhadap interaksi sosial di lingkungan sekitar secara alami menurun.

Pentingnya pertemanan di lingkungan nyata menjadi terpinggirkan dalam pikiran remaja karena mereka merasa bahwa pertemanan di media sosial sudah cukup memenuhi kebutuhan sosial mereka. Mereka mungkin merasa bahwa pertemanan virtual lebih mudah dipelihara dan memberikan lebih banyak kepuasan secara instan dibandingkan dengan interaksi fisik yang memerlukan usaha dan komitmen. Hal ini dapat mengakibatkan remaja mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial yang penting, seperti komunikasi langsung, empati, dan kerja sama, yang sangat penting untuk kehidupan sosial dan profesional di masa depan.

Namun, meskipun pertemanan di media sosial dapat memberikan sejumlah manfaat, seperti koneksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan memperluas lingkaran sosial, penting untuk diingat bahwa interaksi sosial di dunia nyata memiliki nilai yang tak ternilai. Pertemanan di lingkungan sekitar tidak hanya memberikan dukungan emosional dan psikologis yang lebih dalam, tetapi juga membantu remaja membangun koneksi yang kuat, meningkatkan keterampilan komunikasi, dan memperluas wawasan mereka tentang dunia. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara interaksi sosial di media sosial dan interaksi dalam kehidupan nyata guna memastikan perkembangan sosial yang sehat dan kesejahteraan yang baik secara keseluruhan.

Dalam era digital yang semakin maju, peran orang tua dalam membimbing dan memantau penggunaan media sosial oleh para remaja menjadi sangat penting. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pemahaman yang mendalam kepada anak-anak mereka tentang dampak dan risiko yang terkait dengan penggunaan media sosial. Dengan berkomunikasi secara terbuka dan membangun dialog yang konstruktif, orang tua dapat membantu remaja memahami pentingnya menggunakan media sosial secara bertanggung jawab. Mereka dapat memberikan arahan tentang bagaimana cara menyaring konten yang tidak aman atau tidak pantas, serta memberikan panduan tentang keamanan online dan privasi data.

Selain itu, orang tua juga memiliki kesempatan untuk menjadi contoh yang baik dalam penggunaan media sosial bagi anak-anak mereka. Dengan menunjukkan perilaku yang sehat dan bertanggung jawab, seperti membatasi waktu layar, tidak terlibat dalam cyberbullying, dan mempraktikkan etika online yang baik, orang tua dapat memberikan teladan yang positif bagi remaja mereka. Mereka juga dapat mendorong remaja untuk terlibat dalam aktivitas di dunia nyata yang mempromosikan interaksi sosial langsung, seperti kegiatan sekolah, olahraga, atau sukarela. Dengan melibatkan remaja dalam aktivitas positif di dunia nyata, orang tua membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk sukses dalam kehidupan, sambil tetap memanfaatkan potensi positif dari penggunaan media sosial.

Dalam keseluruhan, pendekatan yang proaktif dan peduli dari orang tua dalam mengelola penggunaan media sosial oleh remaja mereka adalah kunci untuk menciptakan lingkungan online yang sehat dan aman. Dengan memberikan bimbingan, pengawasan, dan dukungan yang tepat, orang tua dapat membantu remaja mereka mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya interaksi sosial di dunia nyata, sambil tetap memanfaatkan potensi positif dari media sosial sebagai alat untuk terhubung, belajar, dan berbagi.           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun