Mohon tunggu...
Davina Az Zahra
Davina Az Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik dengan kehidupan sosial di masyarakat dan ingin belajar banyak bahasa di dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial di Era Digital: Dampak Penggunaan Aplikasi Twitter Terhadap Perilaku Sosial Remaja

30 Maret 2024   22:54 Diperbarui: 30 Maret 2024   23:00 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dampak dari konten negatif yang tidak diinginkan ini bisa sangat merugikan. Konten yang merugikan bisa berupa pembicaraan yang bermuatan kebencian, informasi palsu atau hoaks yang menyesatkan, serta komentar yang mengganggu atau mengintimidasi. Konten semacam ini tidak hanya dapat mengganggu kesejahteraan mental pengguna, tetapi juga dapat memicu konflik dan perpecahan di antara komunitas. Selain itu, penting bagi pengguna untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya konten negatif dan pentingnya praktik yang aman dan bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial. Ini melibatkan mengembangkan kemampuan untuk mengenali dan menghindari konten yang merugikan, serta berpartisipasi aktif dalam membangun lingkungan online yang lebih positif dan mendukung.

Bagi para remaja di Indonesia, masa remaja seringkali menjadi periode yang menantang dan penuh dengan perubahan. Ini adalah masa di mana mereka mengalami masa pubertas, di mana tubuh dan emosi mereka mengalami transformasi yang signifikan. Selain itu, masa remaja juga merupakan waktu di mana mereka mulai mencari jati diri mereka sendiri, menjelajahi minat, nilai, dan identitas mereka. Dalam usaha mencari identitas ini, para remaja sering kali dipenuhi dengan keingintahuan yang besar tentang dunia di sekitar mereka. Mereka ingin mengetahui lebih banyak tentang segala hal, mulai dari topik akademis hingga hal-hal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan perkembangan sosial. Namun, di tengah keingintahuan ini, seringkali juga muncul rasa percaya diri yang berlebihan, di mana para remaja merasa sudah cukup dewasa untuk melakukan banyak hal tanpa adanya kontrol atau bimbingan dari orang tua mereka.

Namun, di balik dorongan untuk mengeksplorasi dunia di sekitar mereka, seringkali terjadi konflik antara keinginan untuk mandiri dan kemandirian yang sebenarnya belum sepenuhnya matang. Remaja cenderung merasa bahwa mereka sudah cukup umur untuk mengambil keputusan sendiri tanpa campur tangan orang tua mereka. Mereka mungkin merasa frustrasi dengan batasan yang diberlakukan oleh orang tua, yang dianggap sebagai hambatan dalam proses pencarian jati diri mereka. Seiring dengan itu, pandangan mereka tentang dunia seringkali masih terbatas dan belum matang, sehingga mereka rentan terhadap pengaruh negatif dari lingkungan sekitar, termasuk media sosial dan teman sebaya.

Hal ini mengacu atau berdampak kepada perilaku sosial para remaja. Media sosial memberikan pengaruh buruk terhadap perilaku sosial para remaja melalui berbagai mekanisme yang dapat mengganggu kesejahteraan mental dan hubungan antarindividu. Pertama, penggunaan media sosial yang berlebihan seringkali memicu perasaan tidak puas dan rendah diri karena remaja cenderung membandingkan diri mereka dengan gambaran kehidupan sempurna yang ditampilkan di platform tersebut. Hal ini bisa meningkatkan kecemburuan sosial dan rasa tidak percaya diri, serta mengganggu perkembangan identitas diri yang sehat.

Kedua, fenomena cyberbullying juga menjadi masalah serius di media sosial, di mana remaja rentan menjadi korban intimidasi dan pelecehan verbal. Ini dapat menyebabkan dampak psikologis yang signifikan, termasuk depresi, kecemasan, dan isolasi sosial. Terakhir, media sosial juga memicu gangguan tidur karena remaja seringkali tergoda untuk tetap terhubung dengan platform tersebut hingga larut malam. Gangguan tidur ini dapat mengganggu kinerja akademik, kesehatan mental, dan interaksi sosial langsung, menyebabkan penurunan kualitas hidup remaja secara keseluruhan.

Selain menjadi tempat untuk berinteraksi dan berbagi informasi, aplikasi Twitter juga bisa menjadi sumber gambaran hal-hal negatif bagi para remaja. Melalui Twitter, remaja dapat terpapar dengan berbagai konten yang mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai positif atau norma-norma sosial yang sehat. Salah satu contoh yang mencolok adalah adanya hate comments atau komentar berbentuk kebencian yang tersebar di platform tersebut. Paparan terhadap konten negatif semacam ini dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku remaja, terutama karena masa remaja seringkali merupakan masa pencarian identitas di mana mereka rentan terhadap pengaruh lingkungan sekitar, termasuk media sosial.

Dalam upaya untuk merasa diterima atau diakui oleh kelompok sebaya, para remaja mungkin merasa tertarik untuk meniru atau mencontoh perilaku yang mereka lihat di Twitter, termasuk penggunaan kata-kata yang tidak pantas atau komentar yang bernada negatif. Mereka mungkin menganggap bahwa melakukan hal-hal seperti itu dianggap keren atau populer di kalangan teman-teman mereka, tanpa menyadari dampak negatif yang sebenarnya dari tindakan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyebaran budaya toksik di antara remaja, di mana norma-norma destruktif atau tidak sehat menjadi semakin tersebar dan diterima.

Fenomena menurunnya minat bersosialisasi remaja di lingkungan sekitar atau tempat tinggal karena keterbiasaan atau kenyamanan dengan pertemanan di media sosial telah menjadi salah satu dampak negatif yang signifikan dari penggunaan media sosial. Remaja cenderung terpaku pada interaksi virtual melalui platform seperti Twitter, yang menawarkan kenyamanan dan kemudahan akses tanpa harus meninggalkan rumah atau menghadapi tantangan sosial dalam kehidupan nyata. Ketika mereka semakin terfokus pada interaksi daring, minat mereka terhadap interaksi sosial di lingkungan sekitar secara alami menurun.

Pentingnya pertemanan di lingkungan nyata menjadi terpinggirkan dalam pikiran remaja karena mereka merasa bahwa pertemanan di media sosial sudah cukup memenuhi kebutuhan sosial mereka. Mereka mungkin merasa bahwa pertemanan virtual lebih mudah dipelihara dan memberikan lebih banyak kepuasan secara instan dibandingkan dengan interaksi fisik yang memerlukan usaha dan komitmen. Hal ini dapat mengakibatkan remaja mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial yang penting, seperti komunikasi langsung, empati, dan kerja sama, yang sangat penting untuk kehidupan sosial dan profesional di masa depan.

Namun, meskipun pertemanan di media sosial dapat memberikan sejumlah manfaat, seperti koneksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan memperluas lingkaran sosial, penting untuk diingat bahwa interaksi sosial di dunia nyata memiliki nilai yang tak ternilai. Pertemanan di lingkungan sekitar tidak hanya memberikan dukungan emosional dan psikologis yang lebih dalam, tetapi juga membantu remaja membangun koneksi yang kuat, meningkatkan keterampilan komunikasi, dan memperluas wawasan mereka tentang dunia. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara interaksi sosial di media sosial dan interaksi dalam kehidupan nyata guna memastikan perkembangan sosial yang sehat dan kesejahteraan yang baik secara keseluruhan.

Dalam era digital yang semakin maju, peran orang tua dalam membimbing dan memantau penggunaan media sosial oleh para remaja menjadi sangat penting. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pemahaman yang mendalam kepada anak-anak mereka tentang dampak dan risiko yang terkait dengan penggunaan media sosial. Dengan berkomunikasi secara terbuka dan membangun dialog yang konstruktif, orang tua dapat membantu remaja memahami pentingnya menggunakan media sosial secara bertanggung jawab. Mereka dapat memberikan arahan tentang bagaimana cara menyaring konten yang tidak aman atau tidak pantas, serta memberikan panduan tentang keamanan online dan privasi data.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun