Mohon tunggu...
DAVINA GABBY IRAWATI
DAVINA GABBY IRAWATI Mohon Tunggu... Lainnya - Airlangga University

Psychology student at Airlangga University '23

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Benarkah Media Sosial Ruang Ramah untuk Semua?

28 Mei 2024   13:06 Diperbarui: 28 Mei 2024   13:23 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumen penulis

Selain itu, mengubah gender bias juga dihadapi dengan resistensi dari mereka yang diuntungkan oleh ketidaksetaraan gender. Ada ketakutan bahwa perubahan tersebut dapat mengancam posisi atau keuntungan yang telah mereka nikmati dalam struktur sosial yang ada. 

Resistensi ini dapat menghambat upaya-upaya untuk memperkenalkan kebijakan atau program-program yang mendukung kesetaraan gender. Oleh karena itu, pendekatan yang bijaksana dan strategis diperlukan untuk membangun dukungan yang kuat untuk perubahan tersebut (Hakim, F. N., 2019).

Tidak kalah pentingnya adalah tantangan internalisasi gender bias oleh individu. Banyak orang secara tidak sadar menginternalisasi pandangan-pandangan yang tidak setara tentang gender dari lingkungan sekitar mereka. Bahkan ketika mereka sadar akan ketidaksetaraan gender, mereka mungkin masih terperangkap dalam pola pikir yang memperkuatnya. Salah satu contohnya adalah ketika memberikan komentar atau kritik yang saling berlebihan terhadap penampilan atau pilihan hidup wanita yang satu dengan lainnya (Nascimento, Cavalcanti, & Da Costa-Abreu, 2022). 

Misalnya, seorang perempuan mungkin secara tidak sadar membandingkan penampilan fisiknya dengan perempuan lain dan memberikan komentar yang merendahkan tentang berat badan atau penampilan mereka. Hal ini tidak hanya merugikan bagi yang diberi komentar, tetapi juga memperkuat standar kecantikan yang sempit dan tidak realistis dalam masyarakat (Friedman, dkk. 2020).

Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi setiap individu untuk meningkatkan kesadaran akan dampak negatif dari internalisasi gender bias di media sosial (Yin & Abdullah, 2024). Selain itu, membangun dukungan sosial yang kuat dan mendukung satu sama lain dalam mengatasi tekanan dan ekspektasi yang tidak realistis juga dapat membantu mengurangi dampak negatif dari gender bias di media sosial. Mengubah pola pikir yang sudah terinternalisasi ini memerlukan upaya yang berkelanjutan, termasuk refleksi diri yang mendalam, pendidikan yang mendalam tentang kesetaraan gender, dan pembentukan kesadaran akan dampak dari tindakan dan sikap kita. 

Dengan demikian, mengubah gender bias bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan kesadaran, pendidikan, dan tindakan yang tepat, perubahan yang positif dapat dicapai dalam jangka panjang. Platform media sosial juga perlu mengambil langkah-langkah untuk melindungi pengguna dari pelecehan dan penilaian yang tidak adil, termasuk melalui kebijakan yang ketat dan mekanisme pelaporan yang efektif (Directorate-General for Internal Policies of the Union, 2023).

Dengan kesadaran yang meningkat tentang dampak gender bias dan tindakan yang tepat dari semua pemangku kepentingan, maka dapat menciptakan solusi lingkungan online yang lebih inklusif dan aman bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin atau identitas gender mereka sehingga tercapai kesetaraan gender dimana memiliki hak yang sama dan keseimbangan kekuasaan, status, peluang, serta keamanan atau kebebasan dari kekerasan. Sebuah media sosial yang adil dan ramah akan menjadi ruang yang lebih baik untuk berbagi pengalaman, berinteraksi, dan membangun koneksi yang bermakna di dunia digital yang semakin terkoneksi.

Davina Gabby Irawati, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

REFERENSI

Friedman, S. E., Schmer-Galunder, S., Chen, A., Goldman, R. P., & Ausman, M. (2020). Gender Gaps Correlate with Gender Bias in Social Media Word Embeddings. In CogSci.

Gala, D., Khursheed, M. O., Lerner, H., O'Connor, B., & Iyyer, M. (2020, November). Analyzing gender bias within narrative tropes. In Proceedings of the Fourth Workshop on Natural Language Processing and Computational Social Science (pp. 212-217).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun