Saya ingat sekali dengan salah satu pesan dari seorang Guru yang mengajar keterampilan di masa Sekolah Dasar dulu. Pada waktu itu, kami diajar untuk membuat keterampilan menganyam. Beberapa teman perempuan dapat melakukannya dengan hasil yang baik. Sedangkan sebagian besar yang cowok-cowok tidak menghasilkan karya yang baik. Termasuk saya. Bagi saya dan teman-teman cowok, menganyam adalah pekerjaan yang sulit, begitu susah dan njlimet alias ruwet. Kami sempat putusasa. Nah, disitulah Guru saya berpesan; “butuh ketekunan anak-anak. Bukan cuma menganyam saja. Ini pelajaran hidup. Dalam hal apapun, kita butuh yang namanya tekun”.
Pesan itu sangat melekat di pikiran saya sampai hari ini. Dan itu yang menggerakkan hati saya dalam menjalani kehidupan ini. Ketekunan! Iya, ketekunan. Itu sangat penting. Untuk menjadi orang yang berhasil (sukses), setiap orang sangat perlu untuk memiliki ketekunan. Mengapa? Karena dibalik ketekunan ada sebuah hasil yang indah. Hasil yang keren. Hasil yang sempurna.
Coba perhatikan. Beberapa contoh yang bisa kita lihat sekarang. Apakah saat ini Anda sedang mengenakan celana Jeans? Atau kemarin-kemarin Anda pernah mengenakan celana jeans tersebut. Tahukah Anda bagaimana jalan cerita munculnya celana jeans di bumi? Nah, disini saya akan memberitahu bagi yang belum tahu. Sejarah kemunculan celana jeans di bumi adalah berkat ketekunan dari seorang pria pekerja penambang emas di Kalifornia Amerika. Cerita singkatnya begini;
Pada tahun 1850-an, Levi Strauss mengadu nasib ke Kalifornia untuk menambang emas. Dari menambang sekian waktu ternyata hasilnya tak seberapa banyak, tetapi ia tidak putus asa. Ia lantas mencari usaha sampingan dengan membuat bahan kain keras (jeans) untuk tenda atau penutup mobil. Teman kerjanya berkomentar: “Mengapa kamu tidak membuat celana dari bahan ini saja?” Orang itu menjelaskan bahwa para penambang perlu celana dari bahan kain yang kuat. Strauss setuju. Dengan ketekunannya, ia pun membuat celana bagi para penambang emas. Hal ini menjadi langkah awal bagi dia untuk mendapatkan “emas” (penghasilan). Celana berbahan jeans itu disukai banyak orang, bahkan menjadi populer sampai ke seluruh dunia. Dan sampai hari ini kita juga mengenakannya.
Begitulah cerita singkat mengenai asal muasal celana jeans. Dari ketekunan seorang penambang emas, maka menghasilkan sebuah karya yang melegenda. Masih ada satu contoh lagi. Coba perhatikan di sekitarmu sekarang. Lihatlah ke atas, tapi bukan ke langit. Lihatlah lampu-lampu penerang di rumahmu, di sekolahmu, di mall, di kafe-kafe. Anda pasti tahu jalan cerita munculnya bola-bola lampu itu. Yah, berkat buah ketekunan seorang Thomas Alfa Edison yang semasa sekolahnya pernah tidak lulus itu. Karena dia begitu tekun dalam membuat uji coba hingga ratusan kali, maka ia membuahkan karya yang keren, karya yang sempurna. Lampu-lampu penerang yang sangat berguna bagi dunia hingga hari ini. Kita pun merasakan dan menggunakan hasil karyanya.
Masihkah kita perlu bertekun?
Menjawab pertanyaan diatas, kemungkinan ada dua jawaban yang muncul. Pertama, IYA perlu. Tetapi yang kedua, ENGGAK perlu. Jawaban yang muncul dari golongan orang yang memiliki energy positif alias orang yang berantusias dalam menjalani kehidupannya. Sebaliknya, jawaban yang kedua muncul dari golongan orang yang pesimis. Orang yang tidak memiliki keyakinan akan masadepannya. Nah, Anda masuk dalam golongan orang yang mana? Saya ulangi lagi. Anda masuk dalam golongan orang yang mana? Renungkanlah sejenak. Diam dan pikirkan hal itu.
Jika Anda orang yang pesimis, dan berkata tidak perlu bertekun maka berhentilah membaca buku ini. Tutuplah dan berikan pada orang lain. Tetapi jika Anda adalah orang yang optimis, dan berkata “oh, bertekun itu sangat perlu”, maka lanjutkanlah membacanya dan bersemangatlah. Petiklah beberapa value - nilai kehidupan di dalamnya. Ini sangat penting bagi kehidupan anak muda yang ingin sukses dalam hidupnya.
Sebenarnya, apa sih ketekunan itu? Buat saya, ketekunan itu adalah sebuah sikap pejuang, yang pantang menyerah dan terus berusaha melakukan yang terbaik di saat kondisi terburuk sekalipun. Ketekunan akan membentuk orang menjadi tahan banting; pandai melihat peluang di tengah penghalang. Dan, buahnya adalah keberhasilan. Nilai-nilai yang seperti inlah yang perlu dimiliki oleh seorang muda.
Dalam hal asmara saja, ketekunan juga sangat dibutuhkan. Saya jadi teringat dengan slogan atau jargon orang-orang Jawa yang berkata demikian; “tresno iku jalaran soko nglibet”.Terjemahan bahasa Indonesia sehari-harinya kurang lebihnya adalah seperti ini; “cinta itu datang karena keuletannya dalam mengejar”. Hal ini juga terjadi dalam hidup saya. Dulu, berkat ketekunan saya, akhirnya perempuan yang saya cintaipun luluh dalam pelukan. Asyeeeekkk… Dan sekarang dia telah menjadi mama dari anak-anak saya.
So,
Mengapa Anda susah untuk bertekun. Orang tekun itu akan menghasilkan banyak hal yang indah kok. Jika Anda adalah seorang pelajar atau mahasiswa, bertekunlah dalam belajar, banyak membaca, mengerjakan tugas, maka kelak akan Anda tuai prestasi yang baik. Dan tentunya masadepan indah lebih dekat dengan Anda. Percayalah bahwa ada upah besar dibalik ketekunanmu. Kita memang belum atau tidak bisa melihat upah yang akan kita terima nanti seperti apa, namun ketekunan kitalah yang akan menjaminnya.
Belajar dari petani yuk…
Untuk menambah semangat kita dalam bertekun, ada baiknya kita belajar dari spiritnya petani. Coba kita telusuri hatinya, apakah seorang petani sudah bisa melihat buah sebagai hasil pekerjaannya? Tidak! Namun, ia menanti-nantikannya. Dengan tekun ia mengerjakan tanahnya, agar kelak tanah itu menghasilkan sebanyak mungkin buah. Kita mengerti bahwa buah yang akan dihasilkan itu berhubungan erat dengan ketekunan dan kerja keras petani dalam mengerjakan tanahnya.
Seandainya ada seorang petani malas yang ceroboh tidak mau mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan dengan tanahnya. Lalu, bandingkan petani malas ini dengan petani yang tekun, yang dalam keadaan panas maupun dingin terus merawat kebunnya dengan melakukan semua pekerjaan yang dihindari oleh si petani malas tadi. Pasti hasilnya sangat jauh berbeda. Si petani tekun pasti akan memanen hasilnya, sedangkan si petani malas hanya dapat melihat dan menyesalinya.
Nah, mengapa petani yang tekun tadi mau melakukan semua itu? Karena ia ingin memperoleh sesuatu yang belum bisa ia lihat pada saat itu, tetapi yang untuknya ia bekerja dengan tekun: ia ingin memperoleh buah. Kebunnyalah yang akan menghasilkan banyak buah, dan petani yang tekun inilah yang harus menjadi teladan bagi kita. Bertekunlah dalam segala hal, kelak pasti kan kau tuai hasilnya.
Selamat bertekun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H