[caption caption="5H Kunci mewujudkan Home Sweet Home, #BahagiaDiRumah"][/caption]Dalam sebuah penelitian, Steven Covey—penulis buku “The Seven Habits” —menanyakan mengenai “apa 3 hal yang terpenting dalam hidup” kepada para respondennya. Tentu banyak jawaban yang muncul, di antaranya: karier, uang, sahabat, rumah, dan hobi. Namun, 95% responden menjawab bahwa hal yang terpenting dalam hidup mereka adalah: keluarga, sebagai peringkat teratas.
Di tengah-tengah kerapuhan insitusi keluarga yang makin meningkat pada abad XXI ini, ternyata masih banyak pribadi yang menempatkan keluarga sebagai hal yang terpenting dalam hidupnya. Mereka tetap yakin bahwa keluarga mereka bisa menikmati kebahagiaan.
Terbukti hari ini, bahwa Tabloid NOVA masih terus konsisten untuk peduli dan memperhatikan keluarga-keluarga agar terus mengalami kebahagiaan, dan memberikan banyak informasi serta solusi-solusi terhadap berbagai problematika rumahtangga.
Dan asyiknya lagi, di ultahnya yang ke-28 ini, mereka punya gawe besar "NOVAVERSARY", dengan melibatkan banyak orang untuk turut berperan serta, berbagi, berdiskusi, bersumbangsih demi mewujudkan #BahagiaDiRumah.
Bagi saya, ini merupakan sebuah BIG HOPE. Sebuah harapan besar bagi keluarga-keluarga untuk bisa mengalami kebahagiaan dalam rumahtangganya. Ini motivasi yang luar biasa dahsyat. Sebuah keyakinan yang mendasar bahwa bahagia di rumah bukanlah sebuah kemustahilan. Melainkan sangat-sangat mungkin terjadi.
Saya begitu tertarik akan hal ini. Itu sebabnya, saya turut berpartisisapi, eh… berpartisipasi untuk bersumbangsih menulis catatan mengenai #BahagiaDiRumah ini. Ketertarikan saya didasari atas 2 hal. Pertama, begitu banyaknya keluarga yang berantakan di jaman ini. Perceraian dan perselingkuhan makin meningkat. Sehingga menghasilkan anak-anak yang terluka dan ketiadaan figure ortu yang yang harmonis.
Sementara dasar yang kedua adalah, saya menikmati suasana bahagia dalam keluarga. Mulai dari keluarga orangtua, kemudian saudara-saudara kandung saya, plus keluarga saya sendiri. Semua harmonis dan menikmati kebahagiaan yang baik.
Ketertarikan ini mendorong lubuk hati saya untuk menuliskan bebrapa catatan penting mengenai keluarga dan mengusahakan bagaimana terwujudnya #BahagiaDiRumah itu. Yang dalam istilah saya adalah “home sweet home”. Membuat suasana rumah yang manis, menyenangkan, menggembirakan dan “ngangenin” (bikin rindu).
Apa pentingnya keluarga?
Mari kita awali dengan memahami pentingnya sebuah keluarga. Saya mengajak Anda memahami pentingnya keluarga dengan gambaran sebagai berikut;
Pertama, sebagai pelabuhan. Seperti halnya kapal setelah berlayar di laut lepas membutuhkan pelabuhan untuk membuang jangkar—menimba energi baru; manusia juga membutuhkan tempat berlabuh, tempat untuk berbagi kisah, tempat untuk melepas lelah, tempat untuk mencurahkan cinta, tempat untuk membagi dan menerima kehidupan.
Kedua, sebagai sumber energi. Banyak orang ternama menuturkan bahwa kesuksesan hidup mereka tidak lepas dari cinta dan dukungan keluarga. Sebut saja: Bill Clinton, Thomas A. Edison, dan Ronald Reagan. Seorang bijak berkata:
”Tidak ada keberhasilan apa pun yang dapat menggantikan kegagalan dalam berkeluarga.”
Artinya: meskipun seseorang mampu meniti kesuksesan karier hingga puncak, dihormati di mana-mana; tetapi kalau keluarganya hancur, hubungan dengan anggota keluarga berantakan, keberhasilan itu tetap saja terasa hambar, dan hampa.
Ketiga, sebagai tempat persemaian cinta kasih. Ada ungkapan: “Kita harus ingat bahwa cinta dimulai dari keluarga, dan kita juga harus ingat bahwa masa depan kemanusiaan berjalan melalui keluarga.” Di dalam keluargalah, segenap kasih sayang dibagikan dan diterima. Suami istri, saling melimpahkan cinta kasih; mulai dari memperhatikan, melayani, bersetubuh, saling mendorong, belajar meminta maaf dan mengampuni. Dan cinta kasih itu kemudia dialirkan kepada anak atau anak-anaknya.
Bahagia di rumah
Saya teringat dengan kata-kata bijak yang berbunyi seperti berikut;
“You can buy a house. But, you can’t buy a home”
Perhatikan kalimat diatas. Ada 2 kata yang berbeda untuk menolong kita memahami soal rumah atau keluarga. Kata yang pertama yaitu; “house”. House yang memiliki arti rumah, yang tertuju kepada bangunannya (fisiknya - gedungnya). Jadi menunjuk kepada bendanya. House, rumah dalam artian benda ini dapat dibeli dengan uang.
Kata yang kedua adalah; “home”. Ini bukan menunjuk pada rumah dalam bentuk bendanya. Melainkan pada isi atau penghuni yang tinggal di dalam “house” itu. Ini berbicara soal suasana hati dari orang-orang yang menghuni suatu rumah. Apakah suasananya akan seperti “sorga”, atau sebaliknya seperti “neraka”. Itu semua ditentukan oleh sikap hidup para penghuninya.
Untuk suasana yang di dalam rumah, orang tidak bisa membelinya dengan uang. Melainkan membutuhkan pengorbanan diri, kerendahan hati dan penerimaan atas keberadaan dan kelemahan terhadap semua orang yang menghuni di dalamnya; mulai dari suami, istri dan anak-anak. Jadi bukan soal harta benda, materi dan fasilitas isi rumah lainnya.
Problematika
Bila diperhatikan, kita akan menemukan banyak fenomena dalam hidup sehari-hari. Ada orang yang orientasi hidupnya hanya untuk mencari kebahagiaan dengan hal-hal yang menurut mereka menyenangkan. Selalu ingin yang serba instan dan mudah, apa pun dilakukan demi mencapai kesenangan. Akibat pencapaian kesenangan tersebut, kepekaan terhadap kebahagiaan yang sesungguhnya justru menjadi tumpul.
Kebahagiaan memang mendatangkan kesenangan. Tetapi, bukan serta-merta tentang hal-hal yang menyenangkan. Maka banyak orang yang akhirnya melenceng carapandangnya. Dunia telah menggiring mereka pada pemahaman-pemahaman yang melenceng; mengukur kebahagiaan hanya dengan ukuran materi.
Orang beranggapan, bahwa dengan memiliki banyak harta, kedudukan, ketenaran, serta berbagai fasilitas kehidupan; mulai dari gadjet, mobil pribadi, villa, dll, maka mereka akan berbahagia. Padahal realitanya, masih banyak orang yang memiliki harta kekayaan yang berlimpah dan ketenaran, justru rumahtangganya kandas, dan ending hidupnya banyak dari mereka yang matinya mengenaskan karena mereka kehilangan kebahagiaan.
Solusi yang ditawarkan
Pernahkah Anda membeli gembok? Saya sudah berulangkali. Coba perhatika. Setiap kali kita membeli gembok, di dalam wadahnya (dusnya) selalu disertai dengan anak kuncinya. Jika tidak ada, kita berhak untuk mengembalikan dan meminta tukar yang lain. Ini adalah gambaran. Bahwa setiap persoalan, sebenarnya ada solusinya. Ada kuncinya.
Dalam usaha meraih harapan #BahagiaDiRumah, saya menawarkan sebuah solusi dengan menggunakan kunci berikut ini. Kunci ini bukan sekedar teori belaka. Melainkan sudah teruji dan sudah banyak yang berhasil mempraktekkannya.
Kunci itu adalah dengan melakukan 5H. Apakah itu?
1. H yang pertama adalah, Hidup Benar Sebagai Seorang Suami.
Suami yang hidup benar adalah suami yang takut akan Tuhan. Pengertian takut yang dimaksud adalah RASA HORMAT terhadap Tuhan. Seorang suami yang menghormati Tuhan, tidak akan sembarangan memperlakukan istri dan anak-anaknya. Dia juga tidak akan sembarangan bertindak dan menyia-nyiakan hidupnya. Seorang suami yang menghormati Tuhan, tidak akan berani berselingkuh, karena dia tahu bahwa istrinya adalah orang yang dicipta dan disayangi oleh Tuhannya. Dia juga tidak akan bertindak kasar terhadap istri dan anak-anaknya.
Suami yang menghormati Tuhan, akan bekerja dengan tulus ikhlas demi menafkahi dan membahagiakan seisi rumahnya. Dia akan memimpin dan membawa seisi rumahnya untuk beribadah dan mendekat kepada Tuhan. Sungguh alangkah bahagianya jika setiap suami bisa melakukan semua ini. Istri dan anak-anaknya pasti akan menikmati suasana sorga setiap hari.
2. H yang kedua adalah;Hidup Benar Sebagai Seorang Istri
Tidak ubahnya dengan point di atas. Seorang istripun juga harus hidup benar di hadapan Tuhan. Hidup benar itu juga hidup yang penuh rasa HORMAT KEPADA TUHAN. Jika seorang istri hidup hormat kepada Tuhan, ia juga pasti akan hormat kepada suami sebagai kepala rumahtangganya. Istri akan tunduk kepada otoritas/kewibawaan suaminya. Bukan merendahkan, bukan merongrong melainkan menolong suaminya.
Seorang istri yang hidup benar, akan melakukan segala urusan tugas rumahtangganya dengan tulus ikhlas, dengan penuh rasa syukur dan limpahan kasih sayang. Merawat anak-anaknya dengan penuh perhatian dan pengorbanan diri. Dia akan selalu ada setiap waktu untuk anak-anaknya. Setia melayani dan menjaga cintanya untuk suami. Dengan demikian suami dan anak-anaknya akan disebut berbahagia. Alias menikmati sorga setiap hari.
3. H yang ketiga adalah;Hidup Benar Sebagai Seorang Anak.
Masih pada fokus hidup benar. Seorang anakpun sangat wajib untuk hidup HORMAT KEPADA TUHAN. Seorang anak yang takut/hormat akan Tuhan, akan berani taat kepada ortunya. Bukan berani melawan. Wujud dari ketaatan seseorang kepada Tuhannya adalah melalui ketaatan seorang anak terhadap orangtuanya. Karena bagaimanapun keadaan orangtua, mereka adalah wakinya Tuhan di bumi.
Anak akan dengan otomatis taat pada orangtua jika orangtua melakukan apa yang telah disebut diatas. Sehingga hubungan yang harmonis antara orangtua dengan anakpun akan tercipta dengan sendirinya. Dengan demikian, suasana “home” seperti sorga pun bisa dipastikan terjadi dalam keluarga.
4. H yang keempat adalah,Hidup Benar Dalam Bertindak
Jika semua anggota keluarga sudah memahami perannya masing-masing dengan menerapkan hidup benar di dalam keluarga, maka semua tindakannya akan berpusat kepada alasan yang mendasar itu. Sebab pada dasarnya, tindakan seseorang berdasarkan pemahamannya. Contoh; seorang ayah akan bertindak kasar terhadap istri dan anaknya, karena menurut pemahamannya seorang ayah berhak untuk melakukan itu. Seorang anak akan berani memberontak orangtuanya karena ia memahami bahwa anak berhak untuk melawan.
Sangat jelas bahwa pemahaman seseorang menentukan tindakannya. Dengan pemahaman yang benar, semua anggota keluarga akan bertindak dengan benar pula. Ini yang sangat berdampak.
5. H yang kelima adalah,Hidup Benar Dalam Kasih dan Pengampunan
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia penuh dengan kesalahan. Bahkan kesalahan yang sama bisa terulang kembali. Itu yang memungkinkan orang lain menjadi kecewa, marah dan jengkel. Itu pula yang menyebabkan sakit hati. Namun ada baiknya jika semua anggota keluarga memiliki ruang MAAF di hati masing-masing. Saling mendahului untuk meminta maaf dan mudah memaafkan (mengampuni) juga.
Mengampuni adalah wujud dari keseluruhan kasih. Sebab kasih yang sejati adalah mengasihi tanpa syarat. Kasih yang “walaupun”. Walaupun dia menyakitiku, aku tetap mengasihinya. Walaupun dia menjengkelkanku, aku tetap mengasihi dia. Jika suami, istri dan anak bisa menerapkan ini dengan baik, maka tidak akan ada akar kebencian dan amarah di dalam rumahnya. Semua akan mesra, dan saling memaklumi kelemahan masing-masing.
Penutup
Anda bisa membayangkan suasananya? Sungguh indah dan menyenangkan bukan? Suasana yang benar-benar menghadirkan kebahagiaan setiap hari. Antara suami istri dan anak begitu mesra. Tanpa ada ketakutan dan batasan dalam berkomunikasi. Tidak ada ancaman dan hukuman, tidak ada cacian dan makian.
Kalau sudah begitu, bisa dipastikan bahwa semua anggota keluarga akan selalu memilih berkumpul di rumah bersama semua anggotanya untuk menikmati kebahagiaan yang luar biasa itu. Home Sweet Home, #BahagiaDiRumah pastilah tercipta.
Semoga apa yang saya tuliskan ini memberi manfaat bagi kita semua. Terimakasih kepada Tabloid NOVA dan para pembaca. Salam bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H