Mohon tunggu...
David Salomo Silaen
David Salomo Silaen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dibalik "Penjara Iman"

22 November 2024   09:14 Diperbarui: 22 November 2024   21:38 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Toleransi adalah jiwa dari keberagaman yang membuat perbedaan menjadi kekuatan, bukan perpecahan." – Nelson Mandela

Toleransi adalah elemen penting dalam menjaga harmoni di tengah keberagaman, tetapi penerapannya seringkali menjadi tantangan tersendiri. Toleransi tidak hanya berarti menerima perbedaan, tetapi juga merangkulnya sebagai bagian dari kehidupan bersama. Di tengah masyarakat yang kompleks, dialog dan pengalaman langsung menjadi kunci untuk memahami dan menghormati perbedaan. SMA Kolese Kanisius mencoba menjawab tantangan ini melalui sebuah perjalanan lintas agama ke Pondok Pesantren Kebon Jambu di Cirebon pada tahun 2024. Perjalanan ini memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya keberagaman dan penguatan nilai-nilai kemanusiaan.

Mengupas Dialog Moderasi Beragama

 Hari pertama dimulai dengan penerimaan hangat dari pengurus dan santri di pondok pesantren. Dalam suasana yang akrab, kami disambut dengan senyum tulus yang menunjukkan keterbukaan mereka terhadap kehadiran kami, tamu lintas agama. Puncak kegiatan pada hari itu adalah dialog lintas agama yang melibatkan UIN Bandung, Pondok Pesantren Kebon Jambu, dan SMA Kanisius. Topik diskusi adalah moderasi beragama, sebuah konsep yang menekankan keseimbangan antara penghayatan agama yang kuat dengan keterbukaan terhadap pandangan berbeda.

Dialog ini membuka wawasan baru bagi saya. Para pembicara menjelaskan bagaimana moderasi beragama adalah upaya untuk menjauhkan diri dari ekstremisme sekaligus menghindari sekularisme yang terlalu longgar. Sebagai siswa yang tumbuh dalam lingkungan yang berbeda, saya merasa pembahasan ini relevan untuk memperkuat pemahaman saya tentang toleransi. Dalam suasana diskusi yang penuh keterbukaan, kami berbagi pandangan dan pengalaman yang akhirnya mempererat hubungan antar kelompok.

Belajar dari Kehidupan Pesantren

 Malam harinya, saya berbincang dengan salah satu pengurus pondok yang menceritakan detail tentang sistem kehidupan di pesantren. Ia menjelaskan pembagian tugas, aturan ketat, serta rutinitas sehari-hari para santri. Dari percakapan ini, saya menyadari bahwa pesantren bukan hanya tempat untuk mendalami agama, tetapi juga untuk membentuk karakter disiplin dan tanggung jawab. Di akhir malam, kami menyaksikan pengajian dan shalat berjamaah, sebuah pengalaman yang memperlihatkan kekhusyukan dan kedekatan para santri dengan Tuhan.

Hari kedua membawa pengalaman yang lebih mendalam. Saya berkesempatan mengikuti kelas bersama para santri, mulai dari pelajaran penjas hingga fikih. Kelas bahasa Arab menjadi salah satu yang paling menantang bagi saya. Melalui proses belajar yang interaktif, saya memahami bahwa bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga pintu menuju pemahaman budaya dan agama yang lebih dalam.

Pada malam hari, semangat para santri saat mengaji sangat menginspirasi. Mereka membacakan puisi tentang toleransi dan rasa syukur atas pengalaman baru yang kami bagikan. Salah satu momen yang paling menyentuh adalah saat mereka melakukan ultras, menunjukkan kegembiraan dan antusiasme mereka terhadap ilmu dan kebersamaan. Di akhir malam, kami berbincang dengan para pengurus pondok, mendiskusikan berbagai hal mulai dari kehidupan di pesantren hingga pendidikan lintas agama.

Mengenal Kesederhanaan dan Kebersamaan

 Hari terakhir dimulai dengan ziarah ke makam pendiri pesantren. Perjalanan menuju makam, yang berada di dekat masjid, menjadi momen refleksi bagi saya. Dalam perjalanan, para santri melantunkan doa dengan khusyuk, menciptakan suasana yang tenang dan sakral. Saya melihat bagaimana mereka menghormati leluhur mereka sebagai bagian dari tradisi yang memperkuat identitas mereka.

Setelah ziarah, kami kembali ke pondok untuk melanjutkan kegiatan. Meski rencana kerja bakti tidak terlaksana sepenuhnya, kami tetap berusaha membantu dengan membersihkan kamar. Meski sederhana, kegiatan ini memberi kami gambaran tentang tanggung jawab para santri dalam menjaga kebersihan lingkungan mereka. Ketika tiba saatnya untuk berpamitan, perasaan campur aduk memenuhi hati saya. Ada kebanggaan karena telah menjalani pengalaman berharga ini, tetapi juga kesedihan karena harus meninggalkan tempat yang memberikan begitu banyak pelajaran.

Menyerap Nilai-Nilai Kehidupan

 Pengalaman tiga hari dua malam di Pondok Pesantren Kebon Jambu adalah perjalanan yang mengubah cara pandang saya terhadap toleransi. Dari para santri, saya belajar tentang disiplin, kesederhanaan, dan tanggung jawab. Di balik dinding pondok yang sederhana, saya menyaksikan bagaimana iman yang kuat menjadi landasan untuk menjalani kehidupan dengan penuh makna.

Sebagai seorang siswa dari lingkungan yang berbeda, saya terinspirasi oleh nilai-nilai yang mereka pegang teguh. Meskipun agama kami berbeda, banyak pelajaran hidup yang relevan untuk diterapkan dalam kehidupan saya sehari-hari. Toleransi tidak lagi saya lihat sebagai sekadar kata, tetapi sebagai tindakan nyata yang memperkuat hubungan antar manusia.

Penutup yang Berkesan

 Seperti yang diungkapkan Nelson Mandela, toleransi adalah jiwa keberagaman. Perjalanan ini mengajarkan bahwa toleransi bukan hanya menerima perbedaan, tetapi juga belajar dari mereka yang berbeda. Nilai-nilai yang saya serap di pesantren ini mengajarkan bahwa perbedaan bukan alasan untuk menciptakan jarak, melainkan peluang untuk memperkaya iman dan kehidupan.

Ekskursi lintas agama ini menjadi bukti nyata bahwa dialog antaragama dapat menciptakan jembatan yang menghubungkan berbagai perbedaan. Pengalaman ini tidak hanya mengajarkan toleransi, tetapi juga memberikan harapan bahwa keberagaman dapat menjadi kekuatan yang menyatukan. Semoga kegiatan seperti ini terus dilanjutkan agar generasi muda dapat hidup berdampingan dengan saling menghormati, memahami, dan menciptakan dunia yang lebih damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun