Mohon tunggu...
David Salomo Silaen
David Salomo Silaen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dibalik "Penjara Iman"

22 November 2024   09:14 Diperbarui: 22 November 2024   21:38 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setelah ziarah, kami kembali ke pondok untuk melanjutkan kegiatan. Meski rencana kerja bakti tidak terlaksana sepenuhnya, kami tetap berusaha membantu dengan membersihkan kamar. Meski sederhana, kegiatan ini memberi kami gambaran tentang tanggung jawab para santri dalam menjaga kebersihan lingkungan mereka. Ketika tiba saatnya untuk berpamitan, perasaan campur aduk memenuhi hati saya. Ada kebanggaan karena telah menjalani pengalaman berharga ini, tetapi juga kesedihan karena harus meninggalkan tempat yang memberikan begitu banyak pelajaran.

Menyerap Nilai-Nilai Kehidupan

 Pengalaman tiga hari dua malam di Pondok Pesantren Kebon Jambu adalah perjalanan yang mengubah cara pandang saya terhadap toleransi. Dari para santri, saya belajar tentang disiplin, kesederhanaan, dan tanggung jawab. Di balik dinding pondok yang sederhana, saya menyaksikan bagaimana iman yang kuat menjadi landasan untuk menjalani kehidupan dengan penuh makna.

Sebagai seorang siswa dari lingkungan yang berbeda, saya terinspirasi oleh nilai-nilai yang mereka pegang teguh. Meskipun agama kami berbeda, banyak pelajaran hidup yang relevan untuk diterapkan dalam kehidupan saya sehari-hari. Toleransi tidak lagi saya lihat sebagai sekadar kata, tetapi sebagai tindakan nyata yang memperkuat hubungan antar manusia.

Penutup yang Berkesan

 Seperti yang diungkapkan Nelson Mandela, toleransi adalah jiwa keberagaman. Perjalanan ini mengajarkan bahwa toleransi bukan hanya menerima perbedaan, tetapi juga belajar dari mereka yang berbeda. Nilai-nilai yang saya serap di pesantren ini mengajarkan bahwa perbedaan bukan alasan untuk menciptakan jarak, melainkan peluang untuk memperkaya iman dan kehidupan.

Ekskursi lintas agama ini menjadi bukti nyata bahwa dialog antaragama dapat menciptakan jembatan yang menghubungkan berbagai perbedaan. Pengalaman ini tidak hanya mengajarkan toleransi, tetapi juga memberikan harapan bahwa keberagaman dapat menjadi kekuatan yang menyatukan. Semoga kegiatan seperti ini terus dilanjutkan agar generasi muda dapat hidup berdampingan dengan saling menghormati, memahami, dan menciptakan dunia yang lebih damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun