Mohon tunggu...
David Safri Anggara
David Safri Anggara Mohon Tunggu... Penulis - Pemuda Desa

Seorang Pemuda Desa yang Menjadi Pembelajar Sawji Greget Sengguh Ora Mingkuh Gunungkidul, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun "Tinta Emas" Peradaban Islam di Era Milenial

17 Desember 2018   18:53 Diperbarui: 17 Desember 2018   19:03 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://kashmirobserver.net

Dari dua makna perbedaan tersebut, bagaimana kita memaknai jihad di era kontemporer saat ini? Inilah tantangan kita, khususnya bagi kelompok generasi milenial agar tidak terjebak pada pemahaman salah tafsir makna jihad (Maufur, 2012, h. 9-10).  

Tawaran sederhana yang dapat saya berikan adalah, makna jihad harus direvisi dan diverasi sesuai dengan konteks zaman. Bagi kita, sebagai generasi milenial, jihad perlu dimaknai sebagai sebuah entitas keumatan yang di dalamnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan berjuang menjaga panji Islam (izzul Islam li illa likalimatillah) harus dimaknai dengan penguasaan penuh penetahuan. 

Oleh karena itu, jihad bagi generasi milenial adalah membangun persepsi dengan dasar pengetahuan luas sehingga dapat merebut ruang-ruang akademis di kancah global yang pada gilirannya, berjuang di jalan agama itu dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Alhasil, jika kita fokus pada tujuan awal yakni berjihad menggunakan nalar kritis dengan landasan ilmu pengetahuan, niscaya Islam sebagai agama pembawa rahmat dan kedamaian akan segera terealisasi.

Oleh karena itu, tindakan radikalisme, terorisme, bom bunuh diri dan sebutan lainnya yang dipicu oleh paham agama yang sempit harus ditanggalkan. Sudah saatnya Islam membangun peradaban baru melalui tinta emas pengetahuan. Pasalnya, peradaban pengetahuan yang luas akan membawa dampak positif bagi kelangsungan hidup manusia tanpa menebar rasa takut dan teror. 

Apalagi di tengah kebangsaan Indonesia yang homogen, sehingga perlu pemikiran-pemikiran apik agar tidak terjebak dalam kubangan kenistaan yang sesungguhnya dapat menjadi racun dan cambuk negatif bagi Islam itu sendiri. Mari kita sama-sama membangun peradaban Islam melalui ilmu pengetahuan dan teknologi secara arif dan bijaksana!

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun