3. Visi yang Berbeda Tentang Misi Yesus: Simon mungkin memiliki harapan bahwa Yesus adalah Mesias yang akan membebaskan Israel dari penjajahan Romawi secara politis. Kaum Zelot sering kali membayangkan Mesias sebagai seorang pemimpin militer yang akan memimpin pemberontakan melawan Romawi dan mengembalikan kemerdekaan Israel. Di sisi lain, Matius yang telah bertobat mungkin mulai memahami bahwa misi Yesus bukanlah pembebasan politik, melainkan pembebasan spiritual. Perbedaan harapan ini bisa memicu perdebatan antara Simon dan Matius tentang apa yang sebenarnya Yesus coba capai.
Peran Yesus Sebagai Pembawa Damai
Dalam situasi yang sangat potensial untuk menimbulkan konflik ini, Yesus tampil sebagai pembawa damai yang bijaksana. Dia memahami latar belakang dan perasaan yang berbeda di antara murid-murid-Nya, namun Yesus tidak memilih mereka berdasarkan status sosial atau pandangan politik. Dia melihat hati mereka dan potensi mereka untuk diubahkan melalui kasih dan pengampunan. Yesus mengajarkan nilai-nilai baru yang melampaui perbedaan ideologi dan latar belakang sosial.
Yesus menyampaikan pesan bahwa Kerajaan Allah bukanlah kerajaan duniawi yang didirikan melalui kekerasan atau kekuasaan politik, melainkan sebuah kerajaan rohani yang dibangun di atas dasar kasih, pengorbanan, dan pelayanan kepada sesama. Ini adalah ajaran yang mungkin sulit diterima oleh Simon, yang selama ini terbiasa berpikir dalam kerangka perjuangan politik dan kekerasan. Namun, Yesus menunjukkan kepada Simon bahwa misi-Nya adalah untuk membawa pembebasan yang lebih dalam, yaitu pembebasan dari dosa dan pembaruan hati, bukan sekadar pembebasan dari penjajahan politik.
Bagi Matius, ajaran kasih Yesus adalah sesuatu yang sangat melegakan. Dia telah hidup dalam stigma dan penolakan dari masyarakat, namun Yesus menerima dia tanpa syarat. Yesus menunjukkan bahwa kasih Allah terbuka bagi semua orang, termasuk mereka yang dianggap sebagai pendosa atau pengkhianat oleh masyarakat. Matius akhirnya meninggalkan profesinya sebagai pemungut pajak dan menjadi salah satu dari dua belas murid Yesus, membuktikan bahwa kasih dan pengampunan Allah mampu mengubah hidup seseorang.
Membangun Persatuan di Tengah Perbedaan
Salah satu aspek yang paling luar biasa dari pelayanan Yesus adalah kemampuannya untuk menyatukan orang-orang yang berbeda latar belakang dan pandangan hidup. Dalam komunitas murid-Nya, Yesus berhasil menyatukan Simon dan Matius, dua orang yang pada awalnya tampak tidak mungkin bekerja sama. Yesus mengajarkan mereka bahwa misi mereka jauh lebih besar dari kepentingan pribadi atau politik.
Yesus membimbing Simon dan Matius untuk saling memahami dan menghormati. Dia menekankan bahwa dalam misi untuk menyebarkan kabar baik dan membawa kasih Allah ke dunia, tidak ada tempat untuk kebencian atau dendam pribadi. Simon, yang sebelumnya penuh dengan semangat perlawanan dan kebencian terhadap penjajah Romawi, mulai melihat bahwa misi Yesus tidak berkaitan dengan perebutan kekuasaan politik, melainkan membawa kasih dan damai bagi semua orang.
Bagi Matius, yang selama ini hidup dalam stigma sebagai pemungut pajak yang dibenci, kasih Yesus membuka jalan bagi pemulihan. Dia tidak lagi dipandang sebagai musuh bangsa, tetapi sebagai saudara seiman yang memiliki tempat dalam rencana Allah. Pengalaman Matius dengan kasih dan pengampunan Yesus menjadi bukti nyata bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni, dan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk diubahkan melalui kasih Allah.
Kesimpulan
Melalui peran-Nya sebagai pemimpin dan pembimbing, Yesus berhasil meruntuhkan tembok kebencian dan prasangka di antara Simon dan Matius. Kedua murid ini, yang berasal dari latar belakang yang sangat berbeda, dipersatukan dalam tujuan yang lebih besar: menyebarkan kabar baik dan membawa kasih Allah kepada dunia. Yesus menunjukkan kepada mereka bahwa kasih, pengampunan, dan damai adalah jalan yang sejati untuk membawa Kerajaan Allah ke dunia, dan dengan bimbingan-Nya, mereka mampu mengatasi perbedaan mereka dan bekerja sama untuk misi yang lebih besar.