Mohon tunggu...
david ming
david ming Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Educational Qualifications: Personal information Name: : David Ming Date of Birth : July 15, 1974 Sex: : Male Nationality : Indonesia Phone: : +6287810919016 E-Mail: : davidmingming3@gmail.com 2. Denominational Affiliation I am an ordained minister with the church of Pentacostal Indonesia 3. Education (post-secondary) School Place Year of Grad. Degree Santa Louis Sby 1991-1994 Sekolah Teknologi Menengah (STM) Bethany Bible Institute Sby 1995-2000 Bachelor of theology Harvest Bible College Katharos Theologiccal Seminary Jkt Jkt 2000-2002 2009-2012 Master of Art Master of Theology Anugrah Theological Seminary Jkt 2012-2015 Doctor of Theology Kadesi Theological Seminary Jogja 2019-Now Dr. Dr. David Ming D.Th. 1.Google Schoolar https://scholar.google.com/citations?user=0O8Oka0AAAAJ&hl=en 2.Scopus https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57226352744 3.Publon (WoS) https://www.webofscience.com/wos/author/record/2049681 4.ORCID https://orcid.org/0000-0001-9649-1622 5.SINTA https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/6734962 6.Research gate https://www.researchgate.net/profile/Davidming-Ming 7.Science open https://www.scienceopen.com/search#author/635bb06c-8be5-40df-be3b-50bfda6f9c53 8.Semantic Schoolar https://www.semanticscholar.org/author/David-Ming/2064601669

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peranan Pelprip di Tengah Perubahan Gereja dan Negara

8 Desember 2023   15:15 Diperbarui: 8 Desember 2023   15:56 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PERANAN PELPRIP DI TENGAH PERUBAHAN GEREJA  DAN NEGARA

David Ming*

Sekolah Tinggi Teologi kadesi bogor,Indonesia

*davidmingming3@gmail.com

 
Pendahuluan

Perubahan transformasi zaman yang cepat itu tidak hanya melahirkan gaya hidup yang serba baru, keruntuhan hierarki-negara, keluarga yang pecah belah, perkawinan sementara (temporary-marriege), kaum lesbian dan homoseks serta legalitas secara spritual dan yuridis dan adanya tuntutan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan berpolitik. Di pihak lain pada zaman millenium yang cepat juga memberi kejutan masa depan yang berdimensi ganda karena keterbatasan kemampuan untuk mengadaptasi.1

Hal ini diungkapkan secara menarik oleh Toffler. Kita boleh mendefinisikan kejutan masa millenium sebagai suatu krisis, baik fisik maupun psikologis, sebagai akibat kelebihan muatan (overload) pada sistem adaptif fisik organisme manusia dan proses pengambil keputusannya, dengan kata lebih sederhana, kejutan masa depan adalah reaksi manusia terhadap kejutan masa depan dengan cara yang berbeda. Gejala inipun bervariasi sesuai dengan tahap dan intensitas penyakitnya kegelisahan, permusuhan terhadap otoritas yang hendak membantu, dan kekerasan yang nampaknya tanpa sebab, sampai penyakit fisik, depresi.

Oleh sebab itu, pada zaman millennium ini, diperlukan suatu wadah yang dapat menampung dalam mengatasi semuanya itu. Dari sinilah penulis melihat bahawa hanya gereja yang dapat menghadapi tantangan tersebut.  Gereja yang memiliki visi dan misi kedepan, artinya gereja yang mengalami paradigma perubahan sesuai tuntutan pada zaman millennium ini. Itulah sebabnya, gereja yang memiliki beban visi yang kearah misi dalam menghadapi perubahan zaman ini sangat diperlukan. Maka penulis sebagai "student" akan  membahas projectnya bagaimana bila gereja yang masih menganut faham secara tradisonal/konservatif, akan terjadinya permasalahan yang mengakibatkan gereja tidak bertumbuh bahkan terlindas dengan pengaruh zaman millennium yang serba cepat dan modern.

Penulis akan melihat project transformationnya yaitu permasalahan terjadinya tantangan terhadap gereja diperkotaan, terutama bagi kaum mudanya yang merupakan generasi penerus gereja masa depan. Untuk itu diperlukan tantangan  gereja  di masa millennium untuk mengatasi kemiskinan terlebih dahulu. Karena menurut data statistik menunjukan bahwa semakin dunia memasuki era millennium, maka semakin banyak terjadinya kemiskinan. Oleh sebab itu, disinilah gereja akan melaksanakan misinya untuk membantu menghadapi perubahan zaman diera millennium ini.

Selanjutnya, penulis membahas apakah gereja itu, bagaimana gereja menghadapi tantangan pada zaman era millennium. Dan penulis menemukan jawabannya adalah gereja masa depan, artinya gereja yang bergerak keluar dari kekonservatifan yang vacuum dan menuju kepada garis depan yang mampu menjawab tantangan diera millennium.  

Maka akan terlihat bagaimana profil gereja masa depan dan bagaimana profil gereja tradisional. Sehingga penulis menemukan jawabannya bahwa hanya gereja yang mempunyai profil gereja masa depan sesuai dengan teori yang diajarkan pada saat "D.Min Orientation And Dissertation" yang dapat mampu bertahan diera modernisasi dan globalisasi.

Ketika kita melihat dalam Alkitab tentang manusia yang pertama, Allah menciptakan dia segambar dengan Allah. Ia menjadi pria yang maksimal, ia menjadi seorang pria yang sesungguhnya Tuhan ciptakan dan tempatkan di Taman Eden (Kej 1:29; 2:15).

Tetapi pria itu, tidak bisa mengalami sesuatu yang diinginkan Allah ketika ia menuruti kesalahan istrinya yaitu Hawa dengan memakan buah pengetahuan yang jahat dan baik. Dalam hal ini, sama dengan cerita Musa yang telah disinggung penulis. Di ceritakan bahwa Musa tidak bisa masuk tanah kanaan, karena Musa melanggar perintah Tuhan (Baca I Kor 10:6-19).  

Dari sini hal yang dapat dipelajari adalah pria zaman modern ini tidak bisa  menjadi pria yang maksimal, oleh karena tidak hidup dengan cara Allah. Dan banyak pria yang jatuh dalam hal pencabulan, perselingkuhan sexual dan hal tersebut mereka anggap hal yang biasa saja. Kejadian tersebut menyebabkan otoritas Allah tidak ada dalam pribadi kehidupan seorang  laki-laki yang maksimal.

Dalam makalah ini penulis melihat hukum maksimal yang berarti Allah memberikan ketetapan atau hukum bahwa pria harus menjadi seorang pemimpin atau harus menjadi seorang pria yang benar/ sejati dan dapat memimpin dengan benar keluarga (anak/istrinya), gereja dan negara  

 

Dalam hal ini, penulis melihat dengan pemakaian kalimat "Saya menyukai pria yang sesungguhnya. Saya menyukai pria yang memiliki potensi yang maksimal."

Dari sini diberikan pengertian bahwa seorang pria yang sesungguhnya memiliki potensi yang maksimal adalah seorang pria yang dapat menghadapi tekanan hidup dan tidak mudah putus asa dalam menghapi persoalan hidup. Dalam metode modern ini, banyak pria-pria yang tidak bisa maksimal, oleh karena mereka tidak dapat menghadapi tekanan hidup dan sering mereka berlari menhadapi kenyataan hidup.  

Oleh sebab itu, penulis melihat ada beberapa cara menjadi seorang pria yang maksimal dalam menhadapi hidup dan tidak mudah putus asa dalam menghapi persoalan hidup yaitu :

Allah memerintahkan kita untuk saling mengasihi

Dalam zaman sekarang ini, manusia telah kehilangan kasihnya, dan menurut Allah kasih itu bukan sekedar perasaan, namun tindakan yang nyata, dimana kasih itu berpusat kepada kehendak Allah yang dapat diperintah dan oleh karena itu pulalah Allah memerintahkan kasih. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menasehatkan untuk saling mengasihi sebab kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri, ia menutupi segala sesuatu dan sebagainya (Baca I Kor 13:4-7).

Allah memerintahkan kita untuk bertobat

Didalam Alkitab dicatat bahwa Allah  tidak membawa Musa ke atas gunung untuk menerima loh yanh berisi "Sepuluh Undangan". Tetapi Allah yang memberikan sepuluh perintah. Jadi kita tidak pernah diundang untuk mentaati Allah, tetapi kita diperintahkan untuk taat kepada Allah melalui Tuhan Yesus Kristus (Baca Mat 22:37-40).

Mentaati perintah Allah, sama dengan halnya memberikan kedamaian kepada kita.

Kedamaian itu sangat menyenangkan. Tetapi kedamaian itu dapat dicapai apabila kita terlebih dahulu untuk menjadi taat. Ketaatan itu tidaklah mudah (Baca Yes 14:12)

Allah memerintahkan kita untuk mengakui dosa-dosa kita

Pengakuan dosa adalah rumus untuk kita dapat memiliki hubungan yang damai sejahtera dengan Allah (Baca I Yoh 1:9)

Kebenaran dan kenyataan memiliki arti yang sama

Dosa yang tidak diakui adalah dosa adalah dosa yang tidak diampuni dan menutup kebenaran Allah (Baca Yoh 8:31-33) Dan kenyataanya Allah perlu membongkar dan menyucikan (Baca Roma 3:23 dan 6:23).

 

Seorang imam dimulai dari keluarga (Baca Ef 5). Tuhan sudah menentukan seorang pria menjadi imam. Disini penulis seorang imam terjadi didalam keluarga Kristen. Dari bab ini penulis mendapatkan yaitu:

Seorang imam dalam keluarga haruslah berdoa bagi istrinya. Berdoa bersama akan menghasilkan keakraban. Disini keakraban dengan melayani bukan dengan berkhotbah, namun dengan doa.

Kita melakukan  apa yang telah kita akui. Artinya disini adalah menjadi seorang pria yang maksimal dengan melakukan apa yang kita akui. Dalam Alkitab ada dua kuncinya yaitu :

Yakinkan dirimu bahwa engkau sudah mengampuni dan mengakui dosa (I Yoh 1:8-9)

Mengasihi. Seorang pria yang maksimal adalah mengasihi istrinya (I Pet 3:1-2)

enulis mencatat ada yang terpenting  yaitu Seorang pria yang sejati atau yang semaksimal perlu diubahkan, sehingga keluarganya dapat diubahkan atau berubah.  Jika seorang menjadi pemimpin, maka seorang pria tersebut harus siap menghadapi tantangan perubahan. Perubahan terhadap sesuatu tidak bias disebut sebagai perubahan sebelum sesuatu itu mengalami perubahan.

Dalam Alkitab dicatat Yohanes Pembaptis menambahkan keberanian imannya dan dengan keberaniannya ia menegur raja yang memerintah pada saat itu (Yoh pasal 11- 12) Harga yang harus dibayar adalah kepalanya dipenggal. Tetapi Yohanes Pembaptis tahu dan sejak saat itu, orang lain mulai memahami prinsip yang sudah dilakukan oleh Yohanes.

Penulis mencatat ada sesuatu yang jauh lebih penting didalam hidup ini dari pada hidup kita sendiri. Kebenaran, rasa hormat, integritas merupakan cirri dan keteguhan hati yang dibutuhkan oleh seorang pria, termasuk didalamnya adalah kasih. Pengubahan yang diinginkan oleh Allah adalah pengubahan bangunan hati yang ada didalam hati Allah. Kekurangan rohani merekamembuat mereka mentransferkan keinginan mereka kemasalah materi bukan sesuatu yang dikehendaki oleh Roh Kudus untuk di ubahkan. Hai kaum pria perubahan tetap harus dimulai pertama di dalam diri kita sendiri.

Allah sudah merencanakan atas seseorang untuk mau mengambil beban seorang pria yaitu kitalah orangnya. Didalam kitab Efesus 5:23 menyebutkan bahwa kaum pria adalah kepala dalam rumah tangga setara dengan Kristus sebagai kepala dalam Gereja. Perkara ini merupakan makna yang paling dahsyat bagi kaum pria. Kebenarannya adalah Kristus yang adalah juru selamat Gereja dan Tuhan yang menyediakan jalan keluar terhadap masalah-masalah jemaat demikianlah dengan kaum pria. Kaum pria mengambil tugas yang sama didalam keluarga mereka. Jalan keluar terhadap keluarga tetap harus diselesaikan oleh seorang pria yang sejati atau maksimal.

Seorang pria  harus bertanggung jawab atas tindakannya yang harus diperbuatnya. Dan setiap pria harus mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada Allah. Karena itulah, begitu pentingnya Kalvari suatu tempat dimana Kristus mati. Hanya ditempat itulah dunia yang penuh dosa diampuni dan diterima oleh Allah. Ditempat itulah Allah menghapuskan segala dosa yang ada didunia (Baca I Kor 5:21 dan Kis 4:12). Allah mencari seorang pria yang memiliki sifat kepemimpinan yang diam seperti emas dan dapat memimpin keluarganya dengan takut akan Tuhan.

Kaum pria yang semaksimal adalah yang dapat melihat diri mereka sendiri dengan pandangan Allah yang melihat sebelum mereka melihat keluarga mereka. Itulah tantangan saudara sebagai seorang pria yang semaksimal mengenal Allah, mengenal diri sendiri, mengenal keluarga, mengenal tanggung jawab yang diberikan oleh Allah kepadanya.

DALAM ERA ANTI-KELEMBAGAAN, bahkan istilah program pun sudah tidak disukai. Ungkapan-ungkapan seperti "program tampaknya lebih penting daripada mansuia," dan "gereja kami diprogram secara berlebihan" merupakan contoh celaan yang diterima oleh banyak gereja sepanjang tahun70-an. Apa yang terjadi, tentu saja, adalah bahwa pelayanan baru tumbuh yang terpotong-potong dalam pendidikan kristen pasca perang dunia II menggunakan bentuk-bentuk kelembagaan yang agak pasti selama tahun 60-an. Setelah hilangnya sebagian keluwesan dari bentuk-bentuk kelembagaan itu, kadang-kadang mereka lebih menjadi tuan daripada pelayanan,dan dalam situasi semacam itu kita dapat mengkritik usangnya bentuk-bentuk yang telah ada lebih lama daripada fungsi mereka.

Tetapi sebagian besar gereja masih sangat tradisional dalam pelayanan pendidikan, dan sebagian besar gereja tradisional masih berpikir dari sudut pandang program. Fokus kami dalam bab ini adalah untuk mengenali keseimbangan yang menyeluruh dalam pendidikan di mana satu pelayanan besar seperti sekolah minggu tidak boleh dibiarkan mendominasi peran pembinaan di gereja sementara pendidikan lain yang sama pentingnya tidak mendapat perhatian yang cukup.

Program gereja yang seimbang untuk pendidikan kristen ditandai oleh sejumlah faktor. Program itu bisa terdiri dari sejumlah komisi atau pelayanan yang bercirikan pendidikan. Program tersebut dijaga agar berjalan lancar melalui suatu proses organisasi yang mempertahankan beberapa prinsip penggabungan dan bertalian (dibahas pada bab 6). Ada satu ciri utama yang harus mendahului yang lainnya. Ciri ini berdasarkan posisi dan pentingnya merupakan ciri paling utama dari setiap program pendidikan, entah gereja atau sekolah, agama atau sekuler, singkatnya, ciri tersebut adalah program pendidikan gereja harus secara kokoh dilandasi oleh tujuan-tujuan yang Alkitabiah yang secara jelas menetapkan apa yang hendak dilakukan oleh program pendidikan tersebut.

Tinjauan singkat mengenai siklus pendidikaan dapat berguna disini, sekalipun ini bukan buku pelajaran psikogi. Gambar 1 bukan satu-satunya bentuk siklus pendidikan, tetapi pada umumnya siklus ini sesuai dengan apa yang dilihat oleh sebagian besar pendidik kristen sebagai proses pendidkan yang dapat berkembang dalam kelas tunggal atau dalam satu program yang utuh.

Perhatikan bahwa kita mulai dengan tujuan-tujuan Alkitabiah yang dirumuskan dari perintah-perintah Alkitabiah yang lebih pokok lagi. Jelas sekali mengapa bab II, yang berhubungan dengan filsafat, begitu penting dalam suatu buku yang membahas masalah organisasi dan prograam. Program pendidkaan dibuat berdasarkaan filsafaat pendidikan. Bagi orang kristen, filsafat pendidikan dibuat berdasarkan teologi Alkitab. Allah telah bersabda, oleh sebab itu gereja bertindak berdasarkan penyataan ini.

Dengan memandang sekilas pada diagramakan segera tampak bahwa tujuan --tujuan yang Alkitabiah kita mengembangkan tujuan-tujuan lokal; dengan kata lain, kita menggunakan tujuan umum yang dipaki semua orang kristen, tetapi kita menyesuaikan dengan lingkungan kita dan dengan kebutuhan jemaat kita. Dalam beberapa hal, semua tujuan pendidikan dibuat berdasarkan kebutuhan walaupun kebutuhan-kebuituhan itu mungkin tidak disadari oleh orang-orang untuk siap program pendidikan itu di buat.

SIKLUS PENDIDIKAN BELAJAR DAN MENGAJAR  

Selain itu, diagram ini jelas bahwa metodologi, kurikulum, administrasi- yakni aspek-aspek yang tampak secara strategis begitu penting dalam proses pendidikan- hany bisa jelas setelah tujuan ditetapkan dengan jelas. Tiap aspek bermanfaat untuk tujuan aspek yang lainnya dan sebaliknya tiap aspek bermanfaat untuk tujuan aspek lainnya dan sebaliknya tiap aspek hanya kuat kalau aspek yang mendahuluinya memiliki dasar Alkitabiah yang kuat. Metodologi sangat penting untuk mengajar; tetapi kalau kurikulum tidak baik, metodologi yang paling bagus pun tidak dapat menyelamatkan program pendidikan.

Yang sangat ironis dalam bidang pendidikan agama sekarang ini adalah kadang-kadang orang-orang yang paling tidak bisa berkomunikasi justru sangat memperhatikan proses kimunikasi. Gereja liberal yang telah menolak otoritasFirman Allah seringkali mengadakan usaha-usaha nyata untuk meningkatkan program-program pendidikan yang sekarang terlibat dalam bisnis menyebarkan ide-ide manusia.

Prose evaluasi berlangsung pada akhir setiap putaran. Evaluasi menyangkut semua langkah dalam ssiklus pendidikan, dan setiap ssegi program harus diteliti dengan seksama. Mengadakan evaluasi tidak bisa dipisahkan dengan tujuan, karena dalam beberapa hal evaluasi hanya menjawab pertanyaan, apakah kita secara  efektif melaksanakan apa yang kita rencanakan? Langkah-langkah lain dalam proses tersebut merupakan sarana yang memungkinkan kita mencapai apa yang tercantum dalam tujuan kita.

Penting untuk diperhatikan bahwa tanda panah pada siklus pendidikantidak naik untuk mencakup evaluasi terhadap perintah-perintah dan tujuan-tujuan Alkitabiah yang mendasari seluruh program. Panah itu langsung kembali untuk mempertimbangkan ulang tujuan-tujuan dan barangkali merumuskan ulang tujuan-tujuan tersebut. Yang terpenting adalah bahwa Firman Allah adalah mutlak dan tidak pernah berubah. Karena itu, tidak perlu ada evaluasi kalau perintah dan tujuan benar-benar Alkitabiah. Setiap perubahan pada bagian ini akan memperlemah dan bukan memperkuat program pendidikan. Ini adalah demonstrasi praktis tentang perlunya prinsip mengenai kebenaran mutlak.

Ada kebingungan mengenai kebingungan istilah "tujuan,""arah", "maksud," dan "sasaran" dalam sebagian bacaan tentang pendidikan kristen. Saya melihat tidak ada gunanya berusaha melihat perbedaan teknis di antara istilah-istilah itu, maka saya memakai istilah-istilah itu dengan pengertian yang sama di sepanjang buku ini. Sebab itu, kita bisa saja mengambil definisi Eavey tentang sasaran lalu memberlakukannya untuk semua kata di atas. Devinisi itu mengatakan bahwa "Sasaran adalah perhatian yang difokuskan untuk memungkinkan pengeluran energi bagi pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya."2

Daripada mencoba memberikan semacam perbedaan tipis di antara kata-kata itu, tampaknya lebih praktis jika kita menggunakan pendekatan Findley Edge ketika ia secara sederhana mendefinisikan jenis-jenis tujuan yang berbeda itu dengan menggunakan kata sifat. Misalnya, ada "tujuaan tahunan," "tujuaan triwulanan," dan "tujuan mingguan."  Ini merupakan klasifikasi tujuan pendidikan berdasarkan waaktu.21 Tujuan dapat juga diklsifikasikan berdasarkan jenis pelajaran dan pengaalaman, dan daftar terbaik dalam kategori ini diberikan oleh Benyamin Bloom seorang pendidik bersama dengan bidang-bidang ini: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.3

Beberapa daftar tujuan sudah ditulis dan tersedia untuk dipelajari dalam buku-buku yang terdaftar pada akhir bab ini. Supaya lengkap, disini tersedia juga sebuah  daftar yang lain, prograam pendidikan kristen di gereja lokal harus berusaha memimpin seseorang agar:

memahami maksud Alkitab tentang Trinitas Allah dan berhungan pribadi denganNya melalui Yesus Kristus Anak Allah.

berhungan secara Alkitabiah dengan orang-orang kristen lain dengan berpartisiasi bersama mereka dalam gereja unversal.

memperoleh pembinaan kristen melalui program cermat dan konstan secara Alkitabiah yang menekankan doktrin, perkembangaan keyakinan kristen secara pribadi, dan tingkah laku diri yang sesuai dengan Alkitab baik dalam keluarga maupun dalam kelompok masyarakat yang lebih besar.

menyerahkan diri kembali kepada Kristus untuk menjadi muridNya.

berpartisipasi secara antusias dan Alkitabiah dalam menyampaikan Injil kepada seluruh duniaa.

Kelima bidang ini dapat dipandang sebagai satu tujuan umum yang menyatu. Jika kita

 memiliki konsep Alkitab yang murni tentang apa itu gereja, maka kita pasti menyimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh gereja adalah membuat orang menjadi lebih lebih seperti kepala gereja, Yesus Kristus. Karena itu, tujuan pendidikan kristen di gereja lokal pada umumnya adalah untuk menghasilkan kedewasaaan kristen yang sempurna dalam kehidupan orang-orang. Untuk tujuan inilaah prograam pendidikan kristen diadakan daan kearah itulaah semua sarananya terfokus. Mungkin diagram berikut yang menggunakan istilah-istilah "sasaran,"  "aaspek" daan "sarana"  dapat menolong untuk menggambarkan hubungan antara tujuan dan pembuatan program dalam pendidikan kristen di gereja lokal.

Perhatikan bahwa "aspek" dalam diagram ini hanya mewakili hal-hal pendukung tujuan yang sudah dinyatakan sebelumnya. Aspek adalah rancangan yang berubah menjadi pekerjaan. Melalui saluran-saluran ini kita berharaap dapat membawa jemaat kepada kedewasaan kristen yang sempurna. Gambarkan ini melukiskan seluruh program kerja yang berhubungan dengaan pendidikan kristen. Hal yang penting adalah bahwa dasar bangunanya selaalu diletakkaan sebelum atap dipasang. Betapa bodohnya bila kita berusaha memasang sirap diatap sebagai langkah pertama proses pembuataan bangunan. 

Namun justru inilah cara yang dilakukan banyak gereja ketika mulai dengan pertanyaan, sarana-sarana pendidikan apakah yang harus kita miliki di gereja ini? Pertama-tama dasar harus diletakkan, kemudian baru kita membangun gedung. Jika dengaan teliti dan dengaaan doa yanmg sungguh kita telah memeriksa berbagai kebutuhan umum dan khusus dan telah menulis tujuan-tujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan tersebut, jika kita telah menentukan rencana-rencana jangka panjang dan jalan yang harus diikuti untuk mencapainya, bukanlah berarti kita siap untuk berbicara dengan bijaksana tentang berbagaai sarana atau pelayannan dari program gereja secara keseluruhan.

 

MENUJU FALSAFAH ALKITABIAH TENTANG PENDIDIKAN GEREJA

Hanya apabila orang mengerti dengan benar ciri gereja dan apa yang dikatakan Perjanjian Baru tentang gereja, barulah ia dapat menyusun filsafat pendidikan gereja yang memuaskan. Filsafat pendidikan seseorang berkembaang berdasarkan teologinya secara tidak terpisahkan berkaitan dengan teologi tersebut. Banyak masalah yang sekarang ada dalam program pendidikan gereja dikalangan Injili timbul karena kurangnya pemahaman yang jelas tentang apa yang sebenarnya yang kita coba lakukan dalam pendidikan gereja dan bagaimana kita harus melakukannya.

Sejauh pendidikan kristen berusaha untuk menyampaikan pengertian tertentu kepada anggotanya daan membawa para anggota itu ketingkat kedewasaan yang lebih tinggi sebagai hasil dari penyampaian tersebut, pendidikan gereja itu sama seperti pendidikan pada umumnya. Karena itu banyak aspek yang sama dari filsafat pendidikan yang akan di bahas dalam hubungan dengan situasi sekolah juga relevan untuk topik pendidikan gereja. Paragraf-paragraf berikut merupakan analisis singkat tentaang sepuluh faktor yaang ahrus ditinjau dalam setiap analisis filsafat pendidikan. Setiap faktor terdapat dalam pendidikan gereja, entah dalam kadarlebih banyak atau lebih sedikit, dan masing-masing faktor itu harus dipandang dari sudut pandang Injili daan Alkitabiah secara sungguh-sungguh.

 

METAFISIKA BAGI PENDIDIKAN GEREJA HARUS BERPUSAT PADA ALLAH

Metafisika ada hubungannya dengan persoalan kenyataan akhir. Metafisika merupakan dalil yang sangat penting dan pokok yang merupakan inti pembicaran setiap filsafat, karena metafisika merunut dan mengenali kenyataan pada sumbernya. Yang ditegaskan oleh filsafat kristen adalah bahwa kenyatan akhir terletak pada Allah kekal itu sendiri (Kej 1:1; Yoh 1:1).

Pembaca yang sepintas lalu pun akan melihat bahwa Alkitab tidak berusaha membuktikan keberadaan Allah. Hal itu merupakan dalil yang diterima tanpa dapat dibuktikan oleh semua usaha pendidikan yang dijalankaan oleh orang-oraang yang menaruh iman mereka pada pribadi Allah, Sang pencipta alam semesta itu.Pendidikangereja yang sungguh-sungguh bersifat kristen berawal, berlanjut dan berakhir dengan konsep mengenai Allah Tritunggal.

Pendidik kristen tidak segan-segan untuk menerima penyelidikan terbuka terhadap realitas imannya. Tidak adanya penjelasan dan pembelaan yang rinci tentang suatu metafisika Alkitabiah adalah karena mengikuti cara teologi Alkitab sendiri membicarakan persolan tersebut.

 

EPISTIMILOGI BAGI PENDIDIKAAN GEREJA HARUS BERPUSAT PADA PENYATAAN

Adalah teologis bahwa setelah orang mencapai kesimpulan mengenai apa yang nyata, keinginan filosofis berikutnya adalah menentukan apa yang benar. Kebenaran bukan dihasilkan oleh manusia dan bukan ditemukan pada saat orang mengadakan perenungan dalam batinnya sendiri. Sarana untuk mengetahui kebenaran bagi pendidikan kristen adalah penyataan Allah, baik yang alami maupun yang khusus.

Penyataan yang alami berkaitan dengan keajaiban-keajaiban fisik dari alam semesta, yang melalui keidahan dan kerumitannya yang mengaggumkan berbicara tentang Pencipta ilahi mereka. Bagi seorang ilmuan pasti sangat menggetarkan hati kalau makin hari makin banyak ia mnenemukan rahasia Allah dalam alam, terutama kalau ia menyadari bahwa Allah telah mengizinkannya untuk mengetahui sesuatu yang dari semula sudah Allah ketahui.

Meskipun kesaksiannya berbobot, penyataan yang alami itu sendiri tidaklah cukup. Gaebelein berkata,"Alam semesta mengandung banyak sekali fakta tentang Allah dan kebesaranNya serta keberadaanNya yang hakiki. Namun mengenai pengetahuan yang menyangkut kehidupan kekal tidak diungkapkan secara langsung."5

Jadilah Alkitab adalah inti dari epistimologi kristen. Bagi orang kristen, pendidikan (di dalam atau di luar gereja) yang mengabaikan Alkitab, adalah rendah mutunya. Belajar dengan mengabaikan sumbersegala kebenaran adalah kebodohan dan penghujatan.

 

ANTROPOLOGI PENDIDIKAN GEREJA HARUS BERPUSAT PADA GAMBAR

Setiap pendidik harus merumuskan suatu filsafat tentang hakikat manusia, karena kesimpulan antropologisnya akan mempengaruhi proses mengajarnya. Apabila manusia dianggap sebagai mahluk yang pada dasarnya baik, seperti pendapat banyak penyelidik dalam sejarah, pendekatan untuk mengajar tentang manusia akan sangat berbeda ketimbang jika orang menerima pandangan Alkitab tentang kebodohan sifat manusia. "Pendekatan dari segi gambar" terhadap antropologi kristen didasarkan pada 3 kebenaran Alkitab:

Manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kej 1:26).

Ketika dosa memasuki bangsa manusia melalui Adam, gambar Allah dalam diri manusia ternoda (Roma 5:19).

Allah telah menyediakan sebuah cara yakni kematian Kristus di kayu salib, yang melaluiNya manusia dapat diselamatkan dan persekutuan dengan Allah(1 Kor 15:22).

Karenaa tujuan pendidikaan gereja adalah untuk membina orang-orang yang ada di

dalam Kristus, jelas sekali bahwa menarik orang datang kepada Juruselamat harus mendahului proses pembinaan. Orang yang dilahirkan kembali menerima sifat baru, tetapi sifatnya yang dari Adam tidak hilang. Untuk menanggulangi hal itu, pendidikan gereja secara terus menerus bersandar pada Firman Allah sebagai alat pengudusan yang menjalankan proses penyucian di dalam kehidupan orang kristen.

Dalam antropologi kristen, guru dan murid memahami bahwa kasih karunia Allah harus bekerja bukan saja dalam penyelamatan awal, tetapi berlanjut dalam proses pendidikaan dan pembinaan yang melibatkan pendidikan gereja. Semua pemimpin gereja harus terus menerus menyadari bahwa kasih kaarunia Allah aadalah sangat penting jika individu itu ingin melakukan sesuaatu yang patut untuk memperoleh berkat Allah.

 

AKSIOLOGI PENDIDIKAN GEREJA HARUS BERPUSAT PADA KEKEKALAN

Sejumlah nyanyian yang digunakan dalam gereja injili untuk melayani anak-anak

dan pemuda bernilai teologis sangat rendah dan kadang-kadang malah berpengaruh negatif. Akan tetapi, ssebuah contoh dari nyanyian yang efektif adalah yang berjudul "Dengan Memandang Nilai-Nilai Kekal." Kata-katanya sebenarnya menggambarkan tujuan aksiologis dari pendidikan gereja injili.

Dengan memandang nilai-nilai kekal, Tuhan.

Dengan memandang nilai-nilai kekal

Kumau bekerja tiap hari buat Yesus

Dengan memandang nili-nilai kekal

Keranjingan orang zaman ini untuk mengetahui eksistensi  manusia telah

 menciptakan suasana yang oleh Uskup Whittmore disebut "presentism." Karena pandangan metafisikanya, maka aksiologi seorang sekuleris mensyaratkan bahwa pendidikannya berguna untuk zaman sekarang. Bagi orang kristen, dilain pihak, persoaalan tentang nilai-nilai menduduki posisi yang jauh lebih luas dan penting dalam filsafat pendidikannya. Sesungguhnyaa, seluruh struktur dibaangun dengaan laandasan pemikiraan bahwa tujuaan pendidikan adalah untuk membina individu-individu ke arah kedewasaan kristen. Seluruh hidup sebetulnya merupakan persiapan menuju hidup kekal. Rasul Paulus menuliskan kepada Titus.

Karena kasih Allah yang menyelamatkan semua umat manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan daan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalaam dunia sekarang ini dengan menantikaan penggenapan penghaaarapan kitaa yang penuh bahagia dan penyataan kemulian Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus. (Tit 2:11-13).

Ditengah-tengah masyaarakat yaang materialistis, gereja harus berusaha menamkaan sistim nilai yang berawal dari penyerahan diri seneuhnya menjadi warga surga dan bukan waarga dunia. Gereja harus mengajarkan nilai-nilai ini di dalam kelas-kelass mereka, dikotbahkan dari mimbar mereka, dan gereja harus memberikan kemampuan kepadapara orang tua untuk menyampaikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan kelurga setiap hari. Pertentangan total antara sistim nilai dunia dengan sistim nilai kristen ditunjukkan dalam sejumlaah bagian dari Alkitab, tetapi tidak ada yang lebih jelas daripada ketika Yakobus menulis bahwaa "persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah" (Yak 4:4). Ayat ini serupa terdapat dalam Kolose 3, 1 Yohannes 2, Filipi 3, dan Matius 6.

Bagaimanakah falsafah kristen dalam pendidikan gereja dapat menghindari bahaya tersembunyi berupa nilai-nilai relatif dan etika situasional? Hanya dengan menekankan kemahatahuan Allah, PengetahuanNya tentang segala sesuatu, dan nilainya dari segi kekalan (Rm 8:23). Banyak nilai-nilai kristen yaang mungkin tampak tidak berarti dalam masyarakat, tetapi Firman Allah mengingatkan pembacanya bahwa tidak seorang manusia pun mati untuk dirinya sendiri. Nilai kayu salib dan kota kekal itu bukanlah nilai relatif. Nilai-nilai tersebut ada di dalam Dia yang tidak terbatas oleh waktu dan yang meminta semuaa orang, agar seperti Rasul Paulus, menganggap segala sesuatu sebagai rugi supaya memperoleh yang terbaik, yaitu Kristus.

 
TUJUAN PENDIDIKAN GEREJA HARUS BERPUSAT PADA KRISTUS

Tidaklah salah kalau disepanjang buku ini yaaang ditekankan adalah kejelasan dari tujuan. Hal utama yang membuat suatu sistim pendidikaan gereja atau sekolah kuarang komunikatif dan relevan adalah tujuaaan-tujuan yang tidak jelaas yang mungkin terpikirkan atau mungkin tidak terpikirkan oleh para pemimpin pendidikan kristen. Seperti dalam semua pendidikan, tujuan pendidikan di gereja adalah umum  dan khusus. Tujuan umum adalah untuk membawa semua manusia kepada kedewasaan di dalam Yesus Kristus.

Comenius melihat tugas ini  sebagai rangkap tiga. Pertama, manusia harus mengetahui segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri; kedua, ia harus dapat menguasai segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri; dan ketiga ia harus mengarahkaan segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri, kepada Allah. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini tugas pendidikan kristen adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sang murid, mengembangkan tindkan dan wawasan moralnya, meningkatkan rasa hormatnya kepada Allahdan mengembangkan kehidupan rohaninya yang benar.6

 

Kesimpulan

Gereja millennium / masa depan akan terwujud dengan adanya para pemimpin yang menyadari bahwa dirinya sebagai master perubahan. Pemimpin tidak hanya berhenti disini namun terus melanjutkan langkah-langkah ke tahap berikutnya bagi penggembalaan pengikutnya.

Kita dapat memperkirakan bahwa gereja akan menjadi  semakin  kuat dan berjaya diatas muka bumi ini (Bilangan 14:21, Habakuk 2:14). Gereja akan menjadi satu suatu eksponen masyarakat yang mempunyai pengaruh yang cukup besar dan menyelamatkan umat manusia. Gereja akan benar-benar menjadi garam dunia dan sebuah kota diatas bukit Matius 5:13,14).

Bila umat Allah tetap teguh membela kebenaran dan kekudusan, dan melawan arus kejahatan, pasti akan terjadi suatu konfrontasi besar, suatu peperangan rohani untuk memperebutkan hati umat manusia. Tetapi dengan kekuatan dan kemuliaanNya, gereja akan menang (Matius 16:18). Rumah Tuhan akan ditinggikan (Yesaya 2:2) dan akan begitu mempengaruhi masyarakat dan pemerintaahan bahkan segala bangsa didunia (Yesaya 60:1-5). Kita akan melihat umat Allah kembali lagi berkuasa didunia (Kejadian 1:26-28:Mazmur 149).

Jadi, penullis sebagai "student transformasi project" melihat arti gereja masa depan untuk mengahadapi diera millennium adalah :

Gereja harus menemukan hakekat dan mengutamakan yang utama. Gereja yang harus mengevaluasi dirinya dan coba membuaang atau menomorduakan yang bukan hakekat dari gereja.
Jadi, gereja masa depan adalah gereja yang masuk ketengah --tengah masa globalisasi masyarakat, menjawab kebutuhan dan melayani mereka, sehingga mereka akrab dan tidak merasa asing dengan gereja. Menyongsong gereja masa depan dalam mengahadapi transformasi perubahan diera Millenium Glabalisasi ini dengan penuh harapan.  

 
Daftar Rujukan

1 Makmur Halim, Gereja Di Tengah-Tengah Perubahan Dunia, hal.9.
             
2  C.B. Eavey. "Aims and Objectives of Christian Education," dalam An Introduction to Evaangelical Christian Education, ed. 3. Edward Hakes (Chicago: Moody, 1964), hal. 55.

3 Findley B. Edge, Teaching for Results (Naasville: Broadman, 1956), bab 6.

4 Benjamin Bloom, Taxonomy of Educational Objectives.

5 Frank E. Gaebelein, Christian Education in aa Democracy (New York: Oxford. 1951) hal 37.

6 C.B Eavey History of Christian Education (Chicago: Moody, 1964). Hal. 74.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun