Mohon tunggu...
David Hidayat
David Hidayat Mohon Tunggu... Guru - mahasiswa uin ws

kenalilah dirimu sendiri terlebih dulu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekstrakurikuler Pramuka dalam Membentuk Karakter dari Segi Teori Ekologi

20 April 2021   12:40 Diperbarui: 20 April 2021   13:07 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendekatan tersebut dilakukan melalui lima subsistem yang relevan dengan Kepramukaan di lingkungan sekolah yakni, 1) mikrosistem, yang mengkaji setting di mana individu hidup, 2) mesosistem, mengkaji interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro yang meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks, 3) eksosistem, mengkaji pengalaman- pengalaman dalam setting sosial lain di mana anak tidak memiliki peran yang aktif tetapi berefek pada pengembangan karakternya, 4) makrosistem, kajian tentang peran kebudayaan dalam pendidikan karakter, dan 5) kronosistem, yang meliputi kajian terkait pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris.

Peranan habit dan karakter dalam kepramukaan tidak cukup juka hanya dikaji dari aspek contentnya saja. Diperlukan pendekatan yang lebih untuk menemukan konsep kepramukaan yang sistemik. Dalam konteks ini, teori ekologi perkembangan akan membantu memberikan landasan bagaimana mengkaji perkembangan anak pada lingkungan tempat dia bertumbuh dan menjalani masa kanak-kanak, dengan melakukan pengkondisian setting yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan perkembangannya sehingga akan terbentuk karakter dan habit yang diharapkan.

2. PEMBAHASAN

Di era sekarang karakter generasi muda mulai luntur. Generasi muda saat ini, baik di kota maupun di desa banyak menghabiskan waktunya untuk bermain gadget, game online seperti mobile legend, pubg, free fire dan sejenisnya, sehingga mereka lupa akan nilai-nilai luhur seperti budi pekerti, tata krama, adab, gotong royong dan nilai-nilai luhur lainnya.

Tentunya hal ini merupakan kegagalan dalam pendidikan karakter yang ada di sekolah. Seakan-akan dalam dunia pendidikan karakter di Indonesia menjadi barang yang langka. Padahal pendidikan karakter, nilai luhur dan budi pekerti sudah ada saat bangsa Indonesia itu ada. Banyak sekali berita guru yang di bully murid, tawuran, atau perkelahian antar pelajar.

Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa ada krisis yang nyata dan keprihatinan dalam masyarakat kita yang paling berharga, yaitu anak-anak. Lalu apakah pendidikan karakter merupakan hal baru dalam pendidikan di Indonesia ? Jawabannya tentu saja tidak. Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya pembentukan budi pekerti (karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Tiga hal tersebut sangat dibutuhkan untuk menunjang generasi bangsa, yang akan meneruskan perjuangan bagi bangsa Indonesia.

Jika kita kaji dan teliti lebih lanjut mengenai apa penyebab dari semua tindakan jahat dan buruk, yaitu berasal dari karakter seseorang yang rusak atau hilang. Kiat pendidikan karakter sangat dibutuhkan saat ini apalagi di masa transisi pandemi covid. Helen G. Douglas (dalam bukunya Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013) mengatakan karakter tidak diwaiskan tetapi suatu yang dibagun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi perbuatan. Karakter yang kuat adalah sandanan fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hdup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan.

Konsep pendidikan di Pramuka memiliki sistem among yaitu yang pramuka dewasa membimbing pramuka muda. Sistem among ini junga memakai sistem amond dari Ki Hajar Dewantara meliputi, ing ngarsa sung tulada (mengandung nilai keteladanan). Ing madya mangun karsa (mengandung nilai kreativitas dan penembangan gagasan), dan tut wuri handayani ( mengandung nilai memantau, melindungi, meawat, menjaga, dan mengembangkan karakter peserta didik). Berikut adalah konsep kepramukaan dalam sisitem Teori ekologi perkembangan Brofembenner.

a. Microsistem

            microsistem merupakan lingkungan yang paling  dekat dengan pribadi peserta didik yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman sebaya, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan hal-ha lain yang sehari-hari ditemui oleh peserta didik. Dalam makrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial tersebut. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi individu bahkan ikut aktif membangun setting pada mikrosistem ini. Karakteristik individu dan karakteristik lingkungan akan berkontribusi dalam proses interaktif yang terjadi, sehingga membentuk sebuah karakter dan habit tertentu. Keluarga terutama orangtua dan lingkungan sekolah merupakan agen sosialisasi terdekat dalam kehidupan setiap individu, sehingga keluarga mempunyai pengaruh besar pada pembentukan karakter dan habit seseorang.

Di sini Pramuka dengan kurikulumnya yaitu sku (syarat kecakapan umum) mulai dari sd sampai peguruan tinggi memiliki sku yang berbeda. Dimana sku ini bertujuan agar anggota pramuka memiliki kecakapan dari segi agama, sosial, dan nasionalisme yang sesuai dengan Trisatya dan dasa dharma. Dengan itu diharapkan anggota pramuka memiliki katakter dan ketrampilan yang berdaya saing dan membentuk bangsa yang berkarakter hebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun