Apa yang dilakukan Jokowi sebenarnya cukup fenomenal bagi sebagian orang yang merindukan humanism approach dalam melakukan pendekatan, penyelenggaraan pemerintahan. Jokowi lebih bisa "memanusiakan" manusia yang jarang dilakukan kepala daerah di negeri ini. Dalam penataan PKL Jokowi melakukan pendekatan apa yang disebut "sosio-cultural". atau pendekatan sosial dan budaya, lebih banyak diskusi. Blusukan ketempat kumuh bahkan meminimalsir tugas dari satpol PP. Namun pada hasil akhirnya juga tetap pada tujuan penataan yang berkesinambungan.. humanism sosio cultural approach inilah yang membuat simpati dan rasa empati bermunculan dari berbagai lapisan masyarakat.
Bangsa ini adalah bangsa yang besar, yang nantinya juga memerlukan sosok manusia yang besar, memiliki pengaruh yang besar, baik secara internal maupun eksternal. memerlukan sosok yang berprestasi dalam kancah internasional maupun nasional. anak bangsa yang dirindukan bukan hanya dalam sosio-kultural approach namun juga memiliki high intelectual personal, sosok penyemangat yang bersahaja, namun dengan prestasi yang diakui di tingkat dunia. yang kata-katanya mampu membakar semangat pemuda yang merupakan penggerak bangsa seperti apa yang dilakukan Ir. Soekarno. Memiliki keberanian yang disegani seperti Jenderal Soeharto, memiliki intelektualitas yang tinggi seperti Prof. Habibie. Siapakah dia?
Sosok DR. Anies Baswedan dapat dikatakan memenuhi kriteria tersebut. pada pidatonya mampu membakar semangat jiwa fresh graduated untuk merelakan waktunya sebagai pejuang dalam mendidik anak negeri di berbagai pelosok terpencil negeri ini dalam program indonesia mengajar. keberaniannya juga tak diragukan lagi sejak menjadi ketua senat mahasiswa ugm..
Hari itu cukup terik di suatu hari, di hari Jumat. Seperti biasa, setiap habis sholat Jumat di Gelanggang Mahasiswa, para mahasiswa akan menggunakan momen ini untuk demo. Habis Jumatan adalah momen yang menarik karena massa mahasiswa akan bergabung dengan jamaah sholat Jumat. Jadinya, terkumpul jumlah massa yang biasanya relatif banyak untuk demo. Hari itu mahasiswa berdemo menentang SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) yang di mata mahasiswa adalah judi yang dilegalkan oleh negara.
Seminggu sebelumnya, 15 tahun sejak NKK-BKK di tahun 1978, untuk pertama kalinya mahasiswa di Indonesia berhasil mengumpulkan massa sebanyak 13 ribu. Tabloid DeTak (sekarang detik.com) memuat laporan khusus tentang dahsyatnya massa demonstrasi itu. Massa yang begitu banyak itu menghentakkan Indonesia karena Suharto masih kuat-kuatnya bercokol. Semua koran dan majalah menurunkan headline tentang gerakan belasan ribu mahasiswa di Yogya. Belasan ribu mahasiswa itu menginspirasi kota-kota lain untuk bergerak dan memprotes SDSB.
Berbeda dengan minggu sebelumnya dimana militer kecolongan sehingga mahasiswa berhasil menerobos barikade aparat keamanan sehingga bisa demo ke jalan menuju DPR, hari itu militer benar-2 tidak mau kecolongan lagi. Bunderan UGM dikepung. Pasukan dari Korem Pamungkas, dibantu oleh Batalyon Artileri Medan dari Magelang mengepung kampus. Kala itu bukan jaman reformasi. Kala itu adalah jaman ORBA dengan rejim militer yang represif. Setiap demo pasti akan dihadang dengan pasukan rapih, professional dan amat terlatih untuk mengalahkan musuh.
Mobil-mobil lapis baja berseliweran dan diparkir di sekitar kampus. Helikopter tampak terbang rendah di atas kampus memandu pergerakan pasukan elit yang bergerak rapih jali, sistimatis! Tentara dengan tas ransel disertai antena tinggi menjulang bergerak sangat efisien, mengikuti perintah satu komando dari helikopter, cepat dan tanpa ba, bi, bu, mengepung mahasiswa yang sedang berdemo di Bunderan.
Dari mobil Komando, keluarlah tegap Komandan Militer menuju massa mahasiswa untuk negosiasi (atau intimidasi?) dan disambut oleh para pimpinan mahasiswa. Seorang Perwira Infanteri tempur dengan 2 Bunga Melati di Pundaknya berbicara. Gagah dia bilang ke Anies Baswedan yang saat itu menjadi pemimpin Senat Mahasiswa UGM supaya bubar.
Mereka tarik Anies Baswedan masuk ke dalam Markas Menwa UGM, di depan Bunderan UGM. Beberapa orang mahasiswa menemani. Di ruangan yang kecil itu penuh diisi oleh belasan intel dan pasukan berseragam. Suasana dalam ruangan terlihat tegang, mencekam. Debar jantung dan aliran darah mahasiswa yang ada di ruangan itu berpacu cepat.
„Anies!, lihat kampus sudah dikepung. Anda tidak bisa apa-apa lagi. Anda terkepung! Sekarang saya perintahkan kalian semua bubar!“, seperti mitralyur meledak dari mulut sang Letkol Komandan memberi perintah.
Suasana hening sebentar. Kemuadian Anies kalem menjawab: „Kami dan kampus kami memang terkepung tapi Bapak lihat ke sekeliling. Semua wartawan nasional dan internasional meliput pengepungan ini. Apa yang terjadi jika BBC atau CNN (saat itu Al Jazeera belum ada :d), memberitakan bahwa kendaraan lapis baja beserta helikopter tempur mengepung kampus UGM, kampus rakyat?“