Setelah para penganut madzhab Empirisme yang kita kaji, seperti Aristoteles, Bacon, dan Locke mengakui adanya alam realitas dengan segala hakikat yang ada padanya, kita mendapatkan bahwa david Hume mengingkari adanya substansi material sebagai akibat dari keterpusatannya pada indera saja, serta pengetahuan-pengetahuan yang berubah yang kita ketahui. Berikut analisis David Hume tentang kualitas.
 David Hume mengingkari prinsip kausalitas sebagai sebuah keniscayaan yang kita percayai sambil berkeyakinan bahwa berbagai peristiwa di alam ini terjadi berurutan secara pasti.Â
Dia berpendapat bahwa keyakinan ini bukan keyakinan pada efek penyaksian luaran dan runtutuan fenomenal dari peristiwa-peristiwa alam tanpa kepastian yang kita sebut sebagai kausalitas. contohnya apabila kita melihat salah satu dari beberapa bola yang bergerak yang menghantam sebuah bola lain dan membuatnya bergerak, tidak terlintas dalam benak kita seketika itu juga bahwa dalam bola pertama terdapat kekuatan laten yang berpindah kepada bola kedua yang lalu membuatnya bergerak.Â
Namun pandangan dan penglihatan secara berulang terhadap hal itu segera menciptakan perasaan atau kebiasaan mental khusus dalam diri kita, meskipuan indera-indera hanya memperlihatkan kepada kita runtutan kejadian yang mungkin kita namakan "kausalitas". Mengenai kausalitas, David Hume berpendapat bahwa tiada keharusan fisik yang mutlak dan tiada koneksi mutlak antara kejadian a dan kejadian b, maka tiada hukum sebab akibat.Â
Yang ada hanyalah hubungan erat antara ruang dan waktu. Hume menyatakan bahwa konsep kausalitas hanyalah "animal faith" (kepercayaan naif) kita belaka yang tidak punya dasar. Apa yang kita anggap sebagai hubungan kausalitas hanyalah merupakan kesan yang muncul dari keteraturan dua peristiwa tertentu yang terjadi secara berurutan umumnya menunjukkan hasil yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H