Etika berfoto di acara dukacita adalah isu yang sering kali diabaikan, tetapi sangat penting untuk dihormati. Fenomena orang yang melayat ke rumah duka, ber-selfie ria, kerap kita temukan. Entah kita lihat langsung di rumah duka atau dari postingan di media sosial. Kita sering melihat fenomena yang kurang etis, di mana seseorang atau beberapa orang berpose tersenyum di dekat peti jenazah. Mereka ini sebetulnya turut berdukacita atau malah senang?Â
Presiden AS Barrack Obama pernah dihujani kritik tajam pada sekitar Desember 2013. Pasalnya, Obama bernarsis ria, foto selfie bersama Perdana Menteri Denmark Helle Thorning-Shcmidt dan Perdana Menteri Inggris David Cameron, di acara pemakaman Nelson Mandela. Orang-orang menilai apa yang dilakukan Obama tidak tepat, mengingat acara pemakaman  merupakan momen yang sakral dan seharusnya penuh khidmat. Tidak dilihat publik sebagai momen seseorang, apalagi pemimpin dunia, selfie dan tersenyum di suasana duka.Â
"Seharusnya ada moratorium untuk selfie dalam acara mengenang dan pemakaman, bukan?" kicau seorang pengguna Twitter bernama @JeffryHalverson (Sydney Morning Herald).
Pada kesempatan lain, Presiden Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), Gianni Infantino, juga dihajar kritik keras seusai melakukan selfie alias swafoto di depan peti jenazah legenda sepak bola Brasil, Pele. Infantino tampak berhenti untuk berswafoto dengan sekelompok pria, beberapa meter dari peti jenazah. Publik menilai ini tidak etis.Â
Ketika kita berada di tengah-tengah momen-momen yang penuh duka, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam menjalani acara dukacita. Salah satu pertimbangan yang sering kali terabaikan adalah etika fotografi.
Mari kita pahami mengapa berfoto di acara dukacita dianggap kurang etis. Ada beberapa alasan utama untuk hal ini:
Kehormatan terhadap almarhum. Saat kita hadir di acara dukacita, kita seharusnya menghormati almarhum dan keluarganya yang sedang berduka. Berfoto dengan senyuman di dekat peti jenazah dapat memberikan kesan kurangnya penghormatan dan empati terhadap perasaan keluarga yang tengah berduka.
Privasi Keluarga. Keluarga yang kehilangan orang yang dicintai sedang mengalami momen yang sangat pribadi dan emosional. Berfoto di dekat peti jenazah tanpa izin mereka bisa menjadi pelanggaran privasi yang tidak etis.
Penafsiran yang salah. Masyarakat umum mungkin menafsirkan foto-foto seperti itu dengan cara yang salah. Mereka mungkin menganggap bahwa keluarga almarhum sebenarnya tidak berduka atau bahkan merasa senang atas kepergian orang yang mereka cintai, padahal sebagian besar dari kita tahu bahwa dukacita adalah momen yang sangat sulit dan penuh perasaan.
Jadi, jika kita sependapat bahwa berfoto dengan senyuman di dekat peti jenazah adalah kurang etis, bagaimana seharusnya kita berfoto di acara dukacita?Â
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dilakukan:
Tanyakan Izin Keluarga. Sebelum mengambil foto di acara dukacita, selalu tanyakan izin kepada keluarga atau pihak yang bertanggung jawab atas acara tersebut. Hargailah keputusan mereka, dan jika mereka tidak mengizinkan, hormati itu.
Pilih Momen yang Tepat. Jika Anda telah mendapatkan izin untuk mengambil foto, pastikan untuk melakukannya dalam momen yang pantas. Hindari berfoto di dekat peti jenazah atau selama prosesi pemakaman. Sebaliknya, pilih momen-momen ketika orang-orang berkumpul untuk berbicara atau berbagi kenangan tentang almarhum.
Tetaplah Tenang dan Tulus. Selama pengambilan foto, pastikan untuk menjaga ekspresi wajah Anda yang tenang dan tulus. Jangan tersenyum atau terlihat ceria jika suasana hati sedang sangat sedih. Penuhilah momen dukacita tersebut dengan rasa hormat dan penghormatan.
Jangan Mempublikasikan Sembarangan. Jika Anda memutuskan untuk membagikan foto-foto tersebut di media sosial atau tempat lain, pertimbangkan kembali apakah tindakan ini sesuai. Jangan melupakan bahwa privasi keluarga tetap penting, dan foto-foto tersebut seharusnya tidak digunakan untuk kepentingan pribadi atau publik.
Pada adat daerah tertentu, ada hal berbeda, bahkan ada yang memutarkan musik dan menari-nari, misalnya di daerah Batak. Itu sifatnya kekhususan, dan umumnya itu lebih kepada keluarga inti. Bukan pelayatnya.Â
Toh tujuan melayat adalah memberi penghormatan terhadap keluarga yang berduka serta almarhum yang telah berpulang. Jadi, kepantasan, etika dan rasa empati perlu menjadi perhatian saat berfoto pada suasana duka, apalagi sebagai pelayat. Setuju?Â
Bagaimana menurut Kompasianers? Silahkan urun pendapat di komentar...
Salam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H