Anggaplah orang yang dibicarakan itu sukses atau berhasil mengubah hidupnya lebih baik. Di balik pencapaiannya itu ada perjuangan yang tidak mereka ketahui.Â
Ada tantangan besar dijalaninya. Mungkin ketika berkuliah, ada masa-masa menahan lapar ketika uang bulanan tidak cukup. Ada stres berkepanjangan saat mengerjakan tugas kuliah, skripsi, tesis atau apapun itu.Â
Ada perjuangan begadang tiap malam agar tugas dan perkuliahan selesai tepat waktu. Ada perjuangan menjaga kesehatan mental. Tidak terjerumus ke pergaulan yang salah. Tidak terjerumus pada narkoba.Â
Apakah pikiran mereka sampai kesana? Saya kok yakin tidak!
Mengklaim kesuksesan orang lain hanya karena Anda pernah memberi sedikit bantuan rasanya naif. Hal itu menyakitkan. Seakan mengabaikan kerja keras orang itu. Seolah-olah memposisikan orang hanya dapat sukses berkat dia. Hentikan!
Bagaimana kalau kita ubah sudut pandangnya. Bayangkan jika subjek percakapan ini adalah orang yang mengalami kegagalan, menghadapi masalah, menjadi pelarian atau pecandu narkoba, dan berakhir di penjara. Akankah orang-orang ini juga merasa memiliki kontribusi pada kegagalan itu?
Beranikan mereka mengubah obrolannya. Misalnya, "Kasian juga ya dia".Â
"Ah, seandainya saja aku menolongnya dulu, mungkin dia tidak akan jadi pencuri."
"Seharusnya dulu aku sering menanyakan kabarnya, memberikan nasihat padanya agar tidak salah bergaul."
"Ah, jangan-jangan gara-gara aku tidak kasih dia mau pinjam uang, dia jadi terjerumus ke dalam prostitusi?"