Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pentingnya "Kantin Kejujuran", Mulia Tujuannya Meski Sulit Praktiknya!

13 September 2020   20:04 Diperbarui: 15 September 2020   06:31 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan 'Allah melihat, malaikat mencatat' pada kantin kejujuran (sumber: http://thuiny.blogspot.com)

Pentingnya karakter jujur

...kurang cerdas dapat diperbaiki... namun tidak jujur sulit diperbaiki...

Saya selalu kagum dengan kata-kata dari Bung Hatta ini. Nilai kejujuran merupakan salah satu nilai dasar dalam pembentukan karakter bangsa. Pintar tanpa kejujuran itu tidak baik. Mendingan kurang pintar, tapi karakternya jujur. Hal yang sering dilupakan kini. 

Sedari kecil tanpa sadar orangtua banyak mengajari anaknya untuk tidak jujur. Misalnya ketika ada tamu atau orang yang mencari, namun orangtua malas menemuinya, kita disuruh untuk bilang sedang tidak di rumah. Padahal jelas-jelas ada di rumah. 

Anak sekolah naik angkot, lalu mengatakan pada sang supir "nanti Pak, dibayar sama teman yang belakangan turun". Ketika temannya turun, ternyata cuma bayar dirinya sendiri.

Orang muda sering dituntut memiliki nilai bagus di sekolah. Namun karakter kejujurannya tidak dibangun. Demi mendapat nilai tinggi, segala cara dilakukan ketika ujian. Misalnya membuat contekan. Demi lulus, malahan ada guru yang membagikan kunci jawaban soal UN. 

Untunglah mas Menteri sudah menghapus UN dari bumi pertiwi. Ada juga yang berusaha masuk kuliah di jurusan favorit dengan jasa joki ujian. 

Masih banyak contoh-contoh lain yang makin lama menjadikan masyarakat Indonesia menuju ke arah yang serba permisif terhadap berbagai bentuk kecurangan, kemunafikan, kebohongan, ketidakjujuran dan ketidakadilan. 

Ini menjadi tanggung jawab bersama untuk membangun kembali pentingnya menanamkan kembali karakter pada generasi penerus. Menurut saya, salah satu yang bisa dilakukan adalah membiasakan jujur tanpa dipaksa, misalnya menghidupkan kembali adanya 'KPK' alias 'Kantin Penguji Kejujuran' atau Kantin Kejujuran. Konsep ini konon sudah digagas oleh Komisi Pemberantasan Korupsi sejak tahun 2005.

Petuah dari Bung Hatta (sumber: merahputih.com)
Petuah dari Bung Hatta (sumber: merahputih.com)

Konsep kejujuran pembeli bagian dari budaya kita

Sebelum kita bahas lebih jauh, mengenai kantin penguji kejujuran atau warung kejujuran atau toko kejujuran, mari kita telisik bagaimana konsep kejujuran pembeli ini sebetulnya sudah banyak dipraktikkan kehidupan sehari-hari. Banyak warung yang mengutamakan kejujuran pelanggannya. 

Pernah mampir ke Angkringan? Ketika mencicipi makanan di sana, kita biasanya langsung comot saja gorengan atau sate atau nasi kucing yang dijajakan. Lalu setelah kenyang, cukup memberitahu apa saja yang sudah dimakan. Penjual angkringan pun percaya saja, lalu menghitung berapa bayarannya.

Contoh lain, misalnya di Warung Burjo. Kita bisa duduk nongkrong di sana, makan camilan yang disediakan, lalu setelah selesai makan, lapor ke penjaganya. Apa saja yang sudah disantap. Lagi-lagi kejujuran pembeli yang diutamakan. 

Warung makan atau kantin bayar belakangan. Jika makan dikantin ini, setelah kenyang barulah lapor ke ibu kantin, apa saja yang dimakan tadi. Lalu bayar sejumlah yang ibu kantin minta. Ibu kantin pun biasanya percaya saja. 

Contoh-contoh ini sebetulnya memberi keyakinan pada kita, bahwa nilai kejujuran itu sebetulnya sudah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sejak dulu. Bagian dari kekayaan budaya kita.

Rontok meski telah digagas sejak 15 tahun silam

Menurut berita Detik, Desember 2008, konsep kantin kejujuran sudah dilaksanakan sejak 2005. Ada 17 warung yang tersebar di berbagai sekolah di daerah seperti Riau, Jambi, dan Bali. Data Kemendikbud 2008 mencatat ada 1.000 kantin kejujuran yang dimiliki sekolah-sekolah negeri di seluruh Indonesia. 

Suasana di Kantin Kejujuran SMA 6, Solo (sumber: VOA/Yudha)
Suasana di Kantin Kejujuran SMA 6, Solo (sumber: VOA/Yudha)

Sementara itu, Lipunaratif, menuliskan jumlah kantin kejujuran yang kemudian dijalankan oleh Kejaksaan Agung ada sekitar 10.000. Namun yang berjalan baik hanya sekitar 675 kantin di sekolah. Selainnya bangkrut dan merugi sehingga ditutup. 

Sejak dibentuknya pada 2007 silam, dari total 697 kantin kejujuran yang pernah ada di Bekasi, tinggal satu yang bertahan. Selebihnya gulung tikar alias tutup karena merugi. 

Apa yang bisa dipelajari dari gagalnya ratusan 'KPK' ini?

Ada beberapa hal yang patut diduga jadi penghambat berkembangnya kantin atau warung kejujuran ini, antara lain: sikap belum terbiasa jujur, masih ada yang malah mencuri uang dari kotak bayaran, ada juga yang membayar kurang dari seharusnya. 

Situasi tidak mendukung.  Misalnya, tidak tersedianya uang kembalian juga menjadi kelemahan. 

Pembeli belum tentu membawa uang pas, bisa jadi dia memilih membayar kurang dari seharusnya ketimbang tidak mendapat kembalian. Atau malah berpikir nanti saja bayarnya, namun malah lupa. Ini hal-hal yang bisa diperbaiki sebetulnya.

Keprihatinan mengenai bangkrutnya kantin kejujuran di sekolah atau instansi ini menjadi gambaran nyata bahwa menanamkan kejujuran masih jadi PR besar. 

Tabiat kejujuran siswa mudah diukur dari seberapa cepat kantin kejujuran di sekolah nya bangkrut. Meski kantin ditempeli tulisan 'Allah melihat, malaikat mencatat', tidak mempan dan nyatanya tetap saja bangkrut. 

Tulisan 'Allah melihat, malaikat mencatat' pada kantin kejujuran (sumber: http://thuiny.blogspot.com)
Tulisan 'Allah melihat, malaikat mencatat' pada kantin kejujuran (sumber: http://thuiny.blogspot.com)

Apa jadinya masa depan bangsa ini, jika generasi muda mengesampingkan karakter kejujuran ini? Apakah sudah saatnya kurikulum anti-korupsi dimasukkan dalam materi pendidikan dasar dan menengah? 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nampaknya perlu memikirkan lagi mungkin pelajaran budi pekerti ada bagusnya kembali dihidupkan. Termasuk pengamalan nilai-nilai pancasila di sekolah.

Kantin kejujuran sebagai laboratorium (lab) kehidupan ini sama pentingnya dengan lab ilmu sains atau lab bahasa atau lab komputer di sekolah. Kantin kejujuran ini ibarat lab kecil, dunia nyata tempat mempraktikkan nilai-nilai kejujuran siswa didik di sekolah. 

Jadi selayaknya kantin kejujuran ini tetap dipertahankan, jika bangkrut "dihidupkan" kembali, tentu dengan perbaikan-perbaikan. Sekolah jangan berputus asa, melainkan mengevaluasi dan mencari cara efektif menumbuhkan rasa jujur pada siswanya dan diuji lagi apakah kantinnya bisa bertahan. 

Hal sederhana bisa dilakukan, misalnya dengan menempeli pengumuman mingguan atau bahkan harian jika kantin merugi, sebagai pengingat. Misalnya cukup menuliskan 'Kemarin kantin kita rugi!'. Meski terlihat sederhana bisa jadi malah efektif sebagai pengingat. 

Jika rugi terus, bisa dicoba disiasati dengan adanya kamera tersembunyi yang tidak diketahui siswa. Mempelajari siapa siswa yang tidak jujur. Jika ada, bisa dipanggil personal untuk diingatkan oleh guru pengawas tanpa mempermalukannya di depan umum. Pun bisa jadi siswanya  semua jujur, namun ada pengelola yang nakal mengklaim rugi untuk keuntungan pribadi.

Warung kejujuran di luar negeri juga ada loh!

Ternyata warung dengan konsep mirip kantin kejujuran juga ada di luar negeri. Berikut contoh di beberapa negara asing.

Gimmelwald, Swiss: Warung kejujuran (honesty shop) ini ada di Gimmelwald, desa kecil di Swiss. Warung tersebut lahir tahun 2010 dari sebuah ide David Waterhouse.
Ada satu warung kosong di desa yang menarik perhatiannya. Ia ingin aktifkan kembali, namun dia tidak mampu membayar petugas untuk menjaganya. Terbersit ide mengaktifkan lagi warung itu dengan konsep honesty box yang biasanya ditemukan di gerbang pertanian milik petani disana. Sayuran, telur, dan hasil pertanian dipajang begitu saja tidak perlu dijaga, hanya dilabeli harga dan disiapkan kotak bayaran.

Honesty box (sumber: theguardian.com)
Honesty box (sumber: theguardian.com)

Konsep honesty box itu pun diterapkannya di warung/toko tersebut. Tidak ada penjaga warung, tidak ada kamera cctv sama sekali. Pengunjung tinggal masuk, kemudian menelusuri dan memilih barang apa yang diinginkan. 

Kerajinan lokal, cinderamata, makanan atau minuman. Cek harga, hitung total bayaran, lalu masukkan uangnya dalam sebuah amplop, kemudian masukkan di kotak bayaran. Keunikan dari warung kejujuran ini pun viral, bahkan menjadi objek wisata populer, didatangi banyak turis yang penasaran. 

The Honesty Shop, Gimmelwald Swiss (instagram @janeking)
The Honesty Shop, Gimmelwald Swiss (instagram @janeking)

London, Inggris: Meniru toko kejujuran di Swiss, David Waterhouse menerapkan konsep tersebut ke London. Awalnya orang mencibir David dengan mengatakan bahwa itu hanya akan berhasil dilakukan di Swiss. 

Namun ternyata kesuksesan toko kejujuran di London ini membuktikan bahwa cibiran tadi salah. "Kami mencatat setiap pagi dan setiap malam dan sepertinya tidak kehilangan apa pun" ujar David.

Toko kejujuran dengan memanfaatkan bus tingkat ini, yang dijuluki 'Trusty', berlokasi di Marble Quay, St Katharine. 10% dari setiap keuntungan disumbangkan ke badan amal usulan pembeli seperti Macmillan Cancer Support dan lainnya.

The Honesty Shop, London (Sumber: positivenews.co.uk)
The Honesty Shop, London (Sumber: positivenews.co.uk)

Kambalda, Australia: Whitney Page, seorang wanita asil Selandia Baru, pada awal tahun 2020 lalu mendirikan toko kejujuran di Kambalda, sekitar 600 kilometer dari Perth, West Australia. Toko ini didesain tanpa etalase, tanpa alarm. 

Pelanggan dipercaya untuk mengambil apa yang mereka inginkan dan membayar barang pilihannya. Namun pembayaran dilakukan dengan transfer langsung ke rekening toko. Awalnya orang tidak terbiasa, namun lama-lama menikmatinya.

Uniknya, disini penduduk lokal yang lagi kesulitan dan tidak punya uang, boleh tetap membeli namun membayarnya kemudian setelah punya uang. Konsep yang ditawarkan benar-benar memberikan kepercayaan penuh pada pelanggan. 

Whitney Page, melalui badan amal disana, juga mendonasikan keuntungan dari toko ini kepada warga yang benar-benar mengalami kesulitan keuangan di Kambalda. Luar biasa.

Whitney Page dan toko kejujuran yang dikelolanya di Kambalda (sumber: abc.net.au)
Whitney Page dan toko kejujuran yang dikelolanya di Kambalda (sumber: abc.net.au)

Kantin kejujuran ini mirip dengan apa yang diterapkan Kompasiana pada Kers pemilik akun biru, yang tulisannya autolabel pilihan. Kers 'berdarah biru' dianggap penulis jujur dan dipercaya akan menyajikan tulisan terbaiknya, sehingga tidak perlu dimoderasi untuk sekadar label pilihan.

Dengan adanya kantin atau warung kejujuran ini kita dibebaskan, diuji kejujurannya. Diuji untuk jujur pada diri sendiri. Diberikan kepercayaan penuh. 

Tujuannya sangat mulia. Melatih praktik jujur tanpa harus dilihat dan diketahui orang lain. Ini akan membentuk integritas dan mendorong sifat jujur pada generasi muda, sehingga nanti tidak menjadi pelaku perselingkuhan. Eh, ada hubungan tidak ya?

Referensi: 1, 2, 3, 4, 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun